Pekan lalu, Uni Emirat Arab, terutama Kota Dubai, dilanda oleh hujan badai yang mengakibatkan curah hujan mencapai 250 milimeter, merupakan yang terbesar dalam 75 tahun terakhir. Fenomena alam yang langka ini menyebabkan banjir melanda hampir seluruh area, menenggelamkan sejumlah mobil di tengah jalan.
Situasi darurat melanda Dubai dan sejumlah negara Teluk lainnya karena efek dari hujan badai yang tak terduga ini. Meskipun sebagian wilayah mulai surut dari genangan air, beberapa tempat masih dilanda banjir.
Salah satu dampak signifikan dari hujan badai ini adalah penutupan Bandara Internasional Dubai. Bandara tersebut terpaksa ditutup karena terendam banjir, mengakibatkan gangguan pada layanan penerbangan.
Namun, ada kabar baik bagi warga dan pengunjung Dubai. Bandara Internasional Dubai telah kembali beroperasi setelah proses pemulihan yang intensif. Menurut Kepala Operasional Bandara Dubai, Majed Al Joker, bandara tersebut diproyeksikan untuk pulih sepenuhnya pada Kamis (18/4), setelah ditutup akibat hujan deras pada Selasa (16/4).
Sementara itu, pemulihan dari dampak banjir terlihat masih berlangsung. Citra satelit dari Landsat 9 yang dioperasikan oleh NASA memperlihatkan sejumlah wilayah kota Dubai dan Abu Dhabi masih terendam banjir beberapa hari setelah hujan mereda. Fasilitas umum dan layanan publik pun turut terdampak oleh banjir ini.
Hal ini menjadi peringatan bagi Uni Emirat Arab, yang dikenal dengan iklim gurunnya yang kering, bahwa fenomena alam tak terduga seperti hujan badai bisa terjadi kapan saja. Sistem drainase yang ada pun terkadang tidak mampu menangani jumlah air yang berlebihan.
Meskipun demikian, berita positif datang dengan adanya laporan bahwa sebagian besar wilayah UEA telah berangsur kering, dan aktivitas harian warga Dubai hingga Abu Dhabi sudah mulai berjalan kembali normal. [UN]