Perjalanan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan tidak hanya diwarnai oleh perlawanan terhadap penjajah, tetapi juga oleh dinamika politik dan militer selama masa pendudukan asing. Salah satu periode penting dalam sejarah ini terjadi ketika Jepang menguasai Indonesia antara tahun 1942 hingga 1945.
Pada masa itu, berbagai organisasi semi-militer dan militer dibentuk untuk mendukung kepentingan perang Jepang melawan Sekutu. Salah satu organisasi yang berperan besar dalam konteks ini adalah Heiho, sebuah pasukan bantuan yang terdiri dari pemuda Indonesia.
Heiho merupakan bagian dari strategi Jepang untuk memperkuat pasukannya di berbagai wilayah pertempuran, baik di Indonesia maupun di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik. Meskipun dibentuk untuk kepentingan militer Jepang, pengalaman yang diperoleh para anggota Heiho justru menjadi modal penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Banyak dari mereka yang kemudian menjadi tokoh berpengaruh dalam sejarah militer Indonesia.
Perang Pasifik dimulai pada akhir tahun 1941, ketika Jepang melancarkan Perang Asia Timur Raya melawan Sekutu. Dalam waktu singkat, Jepang berhasil merebut berbagai wilayah jajahan bangsa Eropa, termasuk Indonesia yang jatuh ke tangan mereka pada Maret 1942.
Namun, kekuasaan Jepang tidak berlangsung lama. Ketika semakin terdesak oleh serangan Sekutu, Jepang mencari tambahan kekuatan dengan membentuk organisasi militer di wilayah pendudukannya. Heiho adalah salah satu di antaranya, secara resmi didirikan pada 22 April 1943.
Pembentukan Heiho bertujuan untuk membantu tentara Jepang dalam pertempuran langsung melawan Sekutu. Jepang memanfaatkan propaganda untuk menarik minat pemuda Indonesia, dengan menggambarkan keikutsertaan dalam Heiho sebagai bentuk pengabdian kepada tanah air dan bangsa. Proses perekrutan Heiho berlangsung dalam tiga tahap.
Tahap pertama dimulai pada awal pendudukan Jepang pada tahun 1942, yang hanya merekrut tahanan perang dengan pengalaman militer. Tahap kedua dimulai pada Mei 1943 setelah Heiho secara resmi diumumkan, dengan merekrut pemuda Indonesia yang belum memiliki pengalaman militer melalui pendaftaran sukarela. Tahap ketiga terjadi pada Maret 1944, saat Jepang semakin terdesak dalam Perang Pasifik dan merekrut anggota dalam jumlah besar untuk memperkuat pasukannya.
Bergabung dengan Heiho menawarkan beberapa keuntungan bagi para pemuda Indonesia. Selain memperoleh gaji, mereka juga dapat menghindari sistem kerja paksa (romusha) yang penuh penderitaan. Selain itu, Heiho juga dianggap sebagai batu loncatan bagi mereka yang ingin berkarier di dunia militer.
Setelah melalui pelatihan militer selama beberapa bulan, ribuan anggota Heiho dikirim ke berbagai medan perang untuk melawan Sekutu. Mereka ditempatkan di berbagai wilayah seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Thailand, Myanmar, Indo-China, Filipina, Papua, hingga Kepulauan Solomon. Tugas utama mereka mencakup pembangunan kubu pertahanan, penjagaan kamp tahanan, serta pengoperasian unit-unit pertahanan udara, artileri lapangan, tank, mortir, dan transportasi.
Meskipun memiliki keterampilan militer yang baik, Jepang tidak pernah memberikan jabatan perwira kepada anggota Heiho. Semua posisi kepemimpinan tetap dipegang oleh tentara Jepang karena mereka masih meragukan loyalitas pemuda Indonesia. Dalam hal ini, Heiho berbeda dengan PETA (Pembela Tanah Air), yang bersifat lebih lokal dan memiliki struktur kepemimpinan yang lebih mandiri dibandingkan Heiho.
Menurut Kepala Seleksi Operasi Tentara ke-16 (Jawa-Madura), Heiho memiliki potensi yang begitu besar hingga dianggap mampu menggantikan tentara Jepang dalam pertempuran. Pada puncaknya, jumlah anggota Heiho diperkirakan mencapai 44.000 orang yang tersebar di berbagai medan perang.
Setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945, organisasi Heiho pun dibubarkan. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) memutuskan untuk membubarkan Heiho karena Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Meskipun organisasi ini dibentuk oleh Jepang, pengalaman militer yang diperoleh para anggotanya sangat bermanfaat dalam perjuangan Indonesia.
Banyak mantan anggota Heiho yang kemudian bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR), yang kemudian berkembang menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Beberapa tokoh penting yang pernah menjadi bagian dari Heiho antara lain Ahmad Yani, Untung, dan Umar Wirahadikusumah.
Sementara itu, dari pihak Jepang, beberapa tokoh yang berperan dalam pembentukan dan pengelolaan Heiho antara lain Kaisar Hirohito, Marsekal T. Hisaichi, Letnan Jenderal Inada Masazumi, dan Letnan Yanagawa.
Heiho adalah salah satu organisasi militer bentukan Jepang yang memiliki peran penting dalam Perang Pasifik. Meskipun awalnya hanya bertugas sebagai pasukan bantuan bagi tentara Jepang, pengalaman dan keterampilan yang mereka peroleh menjadi modal berharga dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Banyak mantan anggota Heiho yang berperan dalam pembentukan dan perkembangan Tentara Nasional Indonesia (TNI), menjadikan Heiho sebagai bagian dari sejarah militer Indonesia yang tidak bisa diabaikan. [UN]