Hedy Lamarr: Bintang Film yang Menjadi Pelopor Teknologi WiFi

Hedy Lamarr seorang aktris sekaligus penemu teknologi yang menjadi dasar Wi-Fi (Wikipedia)

Di mana pun kini kita berada, di sekolah, kantor, rumah sakit, kafe, atau bahkan kedai kecil di pinggir jalan, ada satu hal yang hampir selalu tersedia: WiFi. Teknologi ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, menghubungkan kita dengan dunia dalam hitungan detik. Namun, tahukah kamu bahwa salah satu tokoh di balik teknologi ini bukanlah seorang insinyur atau ilmuwan sejak awal, melainkan seorang aktris Hollywood yang dikenal karena kecantikannya?

Dalam dunia hiburan, banyak sosok yang terkenal karena pesona dan kepopulerannya. Namun, hanya sedikit dari mereka yang memiliki kisah luar biasa di luar gemerlap panggung. Salah satu yang patut dikenang bukan hanya karena kecantikannya di layar kaca, tetapi juga karena kejeniusannya yang nyaris terlupakan, adalah Hedy Lamarr.

Ia bukan hanya bintang film ternama, tetapi juga seorang inovator yang menemukan konsep yang kini menjadi dasar teknologi komunikasi modern. Mari kita telusuri perjalanan hidupnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber.

Masa Muda dan Awal Karier

Hedy Lamarr lahir di Wina, Austria, pada 1914 dengan nama asli Hedwig Kiesler. Ia dibesarkan dalam keluarga berkecukupan, ayahnya adalah seorang direktur bank, sementara ibunya seorang pianis konser. Sejak kecil, ia mendapatkan pendidikan yang mencakup balet, piano, dan berkuda. Masa mudanya penuh dengan pembelajaran dan eksplorasi, membentuknya menjadi sosok yang tidak hanya berbakat di dunia seni tetapi juga memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.

Karier aktingnya dimulai di Berlin, di mana ia membintangi beberapa film, termasuk “Ecstasy” yang kontroversial dan sempat dilarang di beberapa negara. Ketertarikannya pada dunia seni mengantarkannya pada kesempatan besar di industri perfilman, tetapi di balik layar, pikirannya terus mencari sesuatu yang lebih dari sekadar gemerlap panggung.

Pada usia 19 tahun, Hedy menikah dengan Fritz Mandl, seorang baron amunisi Austria. Pernikahan ini membatasi kebebasannya, tetapi memberinya kesempatan untuk mempelajari teknologi militer, khususnya sistem torpedo. Selama bertahun-tahun, ia terjebak dalam kehidupan yang tidak memberinya kebebasan berekspresi. Namun, semangatnya untuk mencari jalan keluar tidak pernah padam.

Tidak tahan dengan hidupnya yang terkekang, Hedy akhirnya melarikan diri dengan mengendarai sepeda pada tengah malam. Keputusan berani ini menjadi titik balik dalam hidupnya, membuka jalan baginya untuk meninggalkan Eropa dan mengejar kehidupan yang lebih besar di Amerika Serikat.

Hedy kemudian hijrah ke Amerika Serikat menjelang Perang Dunia II. Dalam perjalanan dari London ke New York, ia menarik perhatian Kepala Studio MGM, Louis B. Mayer, yang kemudian memberinya kontrak menguntungkan di Hollywood. Sejak saat itu, namanya semakin melambung sebagai bintang layar lebar, tetapi di sela-sela kesibukannya, ada satu hal yang tidak pernah ia tinggalkan yaitu kecintaannya pada ilmu pengetahuan dan inovasi.

Meskipun sukses di dunia hiburan, Hedy memiliki hobi yang tidak biasa bagi seorang aktris, yakni meneliti dan bereksperimen. Popularitasnya di Hollywood justru memungkinkannya untuk berinteraksi dengan tokoh-tokoh penting, termasuk John F. Kennedy dan Howard Hughes. Hughes, yang juga seorang insinyur dan produser film, mendukung minat ilmiahnya dan bahkan memberinya akses ke berbagai peralatan eksperimen.

Pada 1942, Hedy Lamarr berhasil mematenkan sistem komunikasi rahasia yang menggunakan frekuensi radio untuk bertukar data. Teknologi ini, yang dikembangkan bersama komposer George Antheil, dikenal sebagai frequency hopping dan awalnya dimaksudkan untuk mengamankan komunikasi torpedo selama perang. Ide ini terinspirasi dari sistem piano otomatis yang digunakan Antheil dalam musiknya. Sayangnya, Angkatan Laut AS menolak gagasan ini dan mengklasifikasikannya sebagai rahasia hingga akhir perang.

Pengakuan yang Terlambat

Meskipun temuannya tidak digunakan selama Perang Dunia II, teknologi frequency hopping akhirnya diadopsi oleh militer AS dan menjadi dasar bagi berbagai teknologi komunikasi modern, termasuk WiFi, GPS, dan Bluetooth. Namun, kontribusi Lamarr baru mendapat pengakuan mendekati akhir hidupnya, pada 1990-an.

Sejak saat itu, namanya mulai dikenal sebagai ikon wanita dalam dunia sains. Google bahkan memberikan penghormatan dengan menghadirkan sosoknya dalam bentuk Google Doodle. Namun, di balik semua pencapaiannya, kehidupan pribadinya tidak berjalan mulus. Hedy menikah hingga enam kali dan mengalami kegagalan dalam operasi plastik yang membuatnya kehilangan kepercayaan diri. Akhir hidupnya dihabiskan dalam kesendirian, dan ia meninggal di Florida pada tahun 2000 di usia 86 tahun.

Hedy Lamarr adalah contoh nyata bahwa kecerdasan tidak mengenal batas, bahkan bagi seseorang yang lebih dikenal karena kecantikannya. Penemuan dan kontribusinya dalam dunia teknologi telah mengubah cara manusia berkomunikasi, meskipun selama bertahun-tahun ia tidak mendapat pengakuan yang layak. Kini, dunia mulai mengakui bahwa selain seorang aktris berbakat, ia juga seorang jenius yang telah meninggalkan warisan besar bagi dunia teknologi. Ia membuktikan bahwa seorang perempuan bisa menjadi lebih dari sekadar simbol kecantikan tetapi mereka bisa menjadi pelopor perubahan dan inovasi. [UN]