Patung Hatshepsut dan replika digital wajahnya (Sumber: Artstation/ Brian Cramer)
Patung Hatshepsut dan replika digital wajahnya (Sumber: Artstation/ Brian Cramer)

Sepanjang sejarah, kekuasaan sering kali identik dengan dominasi laki-laki, terutama dalam sistem monarki yang mengutamakan garis keturunan pria. Namun, ada momen-momen langka ketika seorang wanita berhasil menembus batasan tersebut dan membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang tak kalah hebat. Salah satu contoh paling menakjubkan datang dari Mesir Kuno—sebuah peradaban yang menjunjung tinggi peran firaun sebagai penguasa absolut dan perwujudan dewa di bumi. Di tengah sistem yang patriarkal ini, muncul sosok luar biasa bernama Ratu Hatshepsut, seorang wanita yang tidak hanya berhasil naik takhta sebagai firaun tetapi juga membawa Mesir ke puncak kejayaan. Namun, kisahnya nyaris tenggelam dalam upaya sistematis untuk menghapus namanya dari sejarah.

Mesir Kuno adalah salah satu peradaban paling maju pada masanya, dengan kepemimpinan yang terpusat pada sosok firaun. Dalam kepercayaan Mesir Kuno, firaun tidak hanya berperan sebagai pemimpin negara tetapi juga sebagai mediator antara para dewa dan manusia. Salah satu firaun yang paling menarik dalam sejarah adalah Ratu Hatshepsut, seorang wanita yang memerintah Mesir dengan kekuatan luar biasa, namun jejaknya hampir dihapus oleh generasi penerusnya.

Awal Kehidupan dan Naik Takhta

Melansir laman History Of Yesterday, Ratu Hatshepsut lahir pada tahun 1479 SM sebagai putri dari Firaun Thutmose I. Ia tumbuh dalam lingkungan istana dan dengan cepat memahami pentingnya Mesir dalam dunia kuno. Setelah ayahnya wafat, tahta Mesir seharusnya diwarisi oleh Thutmose II, saudara tirinya yang juga menjadi suaminya. Namun, setelah kematian Thutmose II, putra tirinya, Thutmose III, masih terlalu muda untuk memerintah. Dengan kecerdikannya, Hatshepsut mengambil alih kekuasaan sebagai wali raja, tetapi kemudian ia mengangkat dirinya sendiri sebagai firaun.

Keputusan Hatshepsut untuk menjadi firaun bukanlah hal yang umum di Mesir Kuno, yang sangat patriarkal. Untuk memperkuat legitimasinya, ia bahkan mengklaim dirinya sebagai anak dewa Amun dan sering digambarkan dalam bentuk pria, lengkap dengan janggut palsu yang melambangkan otoritas kerajaan.

Pemerintahan yang Makmur

Hatshepsut dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan inovatif. Di bawah kepemimpinannya, Mesir mengalami kemajuan pesat dalam perdagangan, arsitektur, dan budaya. Salah satu pencapaiannya yang paling terkenal adalah ekspedisi dagang ke Negeri Punt, yang membawa kekayaan luar biasa bagi Mesir. Ia juga membangun banyak monumen dan kuil megah, termasuk Kuil Mortuari di Deir el-Bahari yang menjadi salah satu mahakarya arsitektur Mesir Kuno.

Selain itu, ia juga memastikan stabilitas politik dan ekonomi di Mesir dengan menghindari peperangan yang tidak perlu serta memperkuat sistem pemerintahan. Berkat kepemimpinannya, Mesir berkembang menjadi kekuatan besar di dunia kuno.

Upaya Penghapusan dari Sejarah

Meskipun ia berhasil membawa kemakmuran bagi Mesir, kekuasaan Hatshepsut tidak diterima oleh semua pihak, terutama oleh anak tirinya, Thutmose III. Setelah kematiannya sekitar tahun 1458 SM, Thutmose III mengambil alih pemerintahan dan melancarkan kampanye sistematis untuk menghapus nama Hatshepsut dari sejarah. Banyak patung dan relief yang menggambarkan dirinya dihancurkan atau diubah agar terlihat sebagai sosok pria.

Tidak hanya itu, makamnya yang ditemukan pada tahun 1920-an ternyata kosong, yang menunjukkan adanya upaya untuk menghapus keberadaannya secara fisik. Beberapa sejarawan percaya bahwa Hatshepsut dibunuh oleh lawan politiknya, termasuk Thutmose III, karena kekuasaan besar yang dimilikinya. Namun, teori ini masih menjadi perdebatan.

Meskipun upaya untuk menghapusnya dari sejarah dilakukan dengan begitu masif, pencapaian Ratu Hatshepsut tidak bisa benar-benar dihilangkan. Berkat penemuan arkeologis modern, jejak kejayaannya kembali terungkap. Saat ini, ia diakui sebagai salah satu pemimpin perempuan paling kuat dalam sejarah dunia, bahkan lebih berpengaruh dibandingkan Cleopatra.

Ratu Hatshepsut bukan hanya simbol kekuatan perempuan dalam dunia kuno, tetapi juga bukti bahwa kepemimpinan yang visioner dapat mengangkat sebuah peradaban ke puncak kejayaannya. Upaya untuk menghapusnya dari sejarah justru membuatnya semakin dikenal sebagai sosok yang luar biasa dalam sejarah Mesir Kuno. [UN]