Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto/CHA

Koran Sulindo – PDI Perjuangan menanggapi serius pernyataan Prabowo Subianto, calon presiden nomor urut 02, yang bertubi-tubi menyerang Presiden Joko Widodo. Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, mengatakan seluruh tim kampanye sudah saatnya memelopori adu gagasan, adu rekam jejak, dan adu visi misi berserta agenda prioritasnya.

“Apa yang disampaikan oleh Pak Prabowo dengan ugal-ugalan, ekonomi kebodohan, Indonesia bubar, dan bangkrut, itu bukanlah kata-kata pemimpin. Apapun tugas pemimpin itu membangun kepercayaan publik, menjadi inspirasi dan diteladani karena gagasannya yang mencerahkan dan membangun peradaban,” kata Hasto, di Jakarta, Jumat (19/10/2018).

Menurut Hasto, dalam konteks membangun peradaban tersebut, maka setiap pemimpin seharusnya berhati-hati dalam ucapan dan tindakan. Sebab kata-kata dan ucapan menentukan watak dan karakter seseorang.

“Indonesia punya potensi besar sebagai bangsa berprestasi dan sekaligus bangsa pelopor. Keberhasilan Indonesia di dalam tiga event internasional belum lama ini menjadi modal di dalam membangun rasa percaya diri sebagai bangsa berprestasi,” katanya.

Hasto mengajak semua pihak untuk berkampanye dengan kedepankan alam pikir yang positif. Kompetisi jangan sampai menutup ruang keadaban publik.

“Mari kita renungkan dengan seksama rangkaian kata dalam konsititusi kita: “memajukan kesejaheraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”. Bandingkan kata-kata itu dengan “ugal-ugalan, bodoh, bubar, biadab, dan bangkrut. Bagi pemimpin yang bersih hatinya, akan melihat perintah konstitusi tersebut sebagai landasan, sebagai tugas, kewajiban dan tanggung jawab pemimpin, yang seharusnya diikuti dengan perilaku yang baik dari pemimpin,” katanya.

Rakyat akhirnya akan melihat ada perbedaan menyolok terkait karakter dan mentalitet antara Tim Kampanye Jokowi-KH Ma’ruf Amin yang memang mengedepankan berpikir positif, melarang fitnah dan hoaks, serta berbasis keutamaan. Sementara yang di sana, begitu kuat pengaruh sosok seperti FadliZon, Rocky Gerung, Dahniel Simanjuntak, Ahmad Dani, Ratna Sarumpaet.

“Rocky Gerung misalnya, dengan kecerdasan alam pikirnya yang bagus dan di atas rata-rata. Sayangnya kurang dibumikan dalam alam pikir rakyat. Jadi yang nampak, Beliau bagaikan sosok pembaca puisi di padang gurun. Suatu kecerdasan merangkai kata, namun tidak memahami realitas kehidupan rakyat Indonesia,” kata Hasto. [CHA]