Hasto: Soliditas Kader akan Buktikan Jateng Tetap Kandang Banteng

Ilustrasi/newmandala.org

Koran Sulindo – Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mengatakan, soliditas kader-kader partai akan membuktikan Jawa Tengah tetap menjadi “kandang banteng”. PDIP tidak takut pada upaya lawan-lawan politik yang ingin mematahkan mitos itu.

“Dengan melihat soliditas kita ini, akan menjadi kekuatan gerak untuk menjaga agar Ganjar satu periode lagi sebagai Gubernur dan wakilnya Gus Yasin,” kata Hasto, saat membuka Rakerdasus PDI Perjuangan Jawa Tengah di Semarang, Rabu (14/2/2018), melalui rilis media.

PDIP bertekad membawa Ganjar Pranowo menjadi Gubernur Jawa Tengah untuk dua periode.

PDIP menilai saat ini ada kekuatan yang berupaya memecah belah keberagaman di Indonesia. Ganjar-Gus Yasin bakal menjadi satu kesatuan tentang kepemimpinan yang menjadi simbol kebhinekaan.

“Di Jateng Mas Ganjar dan Gus Yasin merupakan satu kesatuan kepemimpinan yang berdedikasi bagi rakyat,” katanya.

Dalam Pilkada Jateng kali ini, PDIP bergotong royong bersama Partai Persatuan Pembangunan, Partai Golongan Karya, Partai NasDem, dan Partai Demokrat.

Menurut Hasto, dengan mengusung Taj Yasin Maemoen sebagai calon Wakil Gubernur Jateng, PDIP membuktikan diri sebagai partai yang tidak berjarak dengan kekuatan Islam.

“Isu politik yang mengatakan kita jaga jarak dengan Islam sama sekali tidak terbukti. Itu adalah upaya politik mendiskreditkan PDI-Perjuangan. Kita tidak boleh diam,” katanya.

Menurut Hasto, PDIP memiliki akar sejarah yang kuat dengan Islam. Saat Megawati Soekarnoputri menjabat sebagai Presiden, ia menolak aksi sepihak serangan militer Amerika Serikat dan sekutunya terhadap Irak.

“Ibu justru dengan lantang mengatakan akar terorisme adalah ketidakadilan terhadap Palestina dan kita memberikan dukungan sepenuhnya kepada kemerdekaan Palestina,” katanya.

Mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina bahkan sudah dilakukan Indonesia sejak jaman Presiden Soekarno.

“Bung Karno begitu dekat dengan keseluruhan tradisi keislamaan dan memahami apa itu Islam rahmatan lil alamin. Karena Bung Karno sejak kecil belajar dengan KH Ahmad Dahlan, HOS Tjokroaminoto, dan bersahabat baik dengan Kyai Wahid Hasyim dan Kyai Wahab Hasbullah. Islam adalah jalan peradaban untuk membangun Indonesia Raya,” katanya.

Bung Karno juga yang memperkenalkan kebudayaan Islam di negara-negara Barat. Tanpa Bung Karno, Uni Soviet yang dikenal sebagai negara komunis tidak akan memelihara makam Imam Bukhari dan mendirikan Masjid Biru.

“Tanpa Bung Karno tidak ditemukan makam Imam Bukhari. Tanpa Bung Karno tidak ada masjid biru di negara komunis Uni Soviet,” kata Hasto. [CHA/DAS]