Koran Sulindo – Sekretaris TKN Jokowi-KH Ma’ruf Amin, Hasto Kristiyanto, menyayangkan sikap Wakil Ketua DPR Fadli Zon yang menuliskan puisi ‘doa yang ditukar’, yang dianggap memojokkan ulama senior KH Maimoen Zubair.
Menurut Hasto, Fadli harusnya menunjukkan jati diri sebagai seorang pemimpin lembaga publik.
“Minimal tahu sopan santun, tahu budi pekerti,” kata Hasto Kristiyanto dalam pernyataannya di Safari Kebangsaan VII menyusuri wilayah selatan Propinsi Jawa Barat, Kamis (7/2/2019).
Sebagai kader PDI Perjuangan, Hasto mengaku pihaknya sangat resah dengan tindakan Fadli Zon itu. Sebab seorang ulama justru diperlakukan seperti itu oleh seorang Fadli, yang baginya tak paham etika Indonesia.
“Seharus itu tidak boleh ditunjukkan oleh pimpinan lembaga tinggi negara,”katanya.
Ia menyayangkan sikap Fadli, hanya karena kepentingan elektoral pemilu, tega melakukannya. Padahal pemilu seharusnya menjadi momen meningkatkan keadaban publik.
“Sebagai orang timur, bukan seenaknya berbicara. Karena kita bernegara juga ada Pancasila. Apalagi puisi, jangan sampai dilakukan untuk menyerang sosok ulama yang kita hormati. Dari sosok pemimpin harusnya muncul keteladanan, bukan kebencian,” kata Hasto.
Tudingan Konsultan Asing
Terkait pernyataan Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon yang menuding Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri ikut memakai konsultan asing saat Pilpres 2009. Saat itu, Megawati menjadi capres yang berpasangan dengan Prabowo Subianto.
Menurut Hasto, saat itu pihak Prabowo-lah yang membawa konsultan asing tersebut.
“Saat itu konsultan asing dibawa oleh Tim Gerindra, dan beberapa rekomendasi yang diberikan kepada Bu Mega tak mau dijalankan,” kata Hasto.
Penolakan oleh pihak Megawati itu, karena ada perbedaan kepribadian. PDI Perjuangan merasa bahwa Megawati dan Indonesia sebagai bangsa timur, punya budaya sendiri. Selain itu, disadari sepenuhnya bahwa komunikasi yang baik bukan yang penuh tebar pesona. Namun yang mengakar pada kebudayaan sebagai bangsa timur dimaksud.
“Itulah yang membuat kita tak setuju dengan konsultan asing. Karena mereka (konsultan asing, red) membawa nilai-nilai demokrasi liberal. Beda dengan kita,” kata Hasto.
“Fadli Zon juga pernah pakai jasa Rob Allyn di Pilkada Jakarta tahun 2012?” tanya wartawan.
Pada Pilkada Jakarta 2012, Jokowi memang diusung oleh PDI Perjuangan dan Gerindra. Dijelaskan Hasto, di tiap kerja sama itu memang selalu dihadirkan konsultan asing yang dibawa oleh Gerindra.
“Ya memang tiap kerja sama dengan Gerindra pasti dikedepankan itu konsultan-konsultan asing,” katanya.
Hasto mengungkapkan kantor para konsultan asing itu di tempat Fadli Zon. Pihaknya sejak awal tak setuju dengan konsultan asing yang selalu ‘mempersempit’ bagaimana menjadi seorang pemimpin itu.
“Pendekatan mereka tak sesuai dengan pendekatan bangsa kita. Silahkan anda jabarkanlah itu maksudnya. Beda misalnya dengan Pak Jokowi yang mengedepankan kepemimpinan dengan membangun semangat berdikari,” katanya.
“Jadi tak pernah ada konsultan asing di kami. Itu konsultan asing dibawa oleh mereka (Gerindra, red). Kita tak pernah pakai mereka. Karena berbeda gayanya,” kata Hasto. [CHA]