Hasto: Ini Pilkada Rakyat, Bukan Pilkada Survei

Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan Cawagub DKI Jakarta Djarot Syaiful Hadi saat Pesta Rakyat Ahok-Djarot di Kemayoran Jakarta/CHA

Koran Sulindo – Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menilai pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno terlihat khawatir dengan tren elektabilitas yang terus menurun, sehingga menjadikan hasil survei untuk membangun opini sebelum pilkada putaran kedua digelar Rabu (16/4) besok.

“Kami tidak mau mengerdilkan suara rakyat yang dimanipulasi dengan klaim kemenangan yang seolah fantastis sebagaimana ditampilkan lembaga survei pimpinan Denny JA. Suara rakyat sangatlah sakral, karena menentukan nasib lebih dari 9.6 juta penduduk Jakarta. Ini adalah pilkada rakyat, bukan pilkada survei,” kata Hasto.

Hal itu disampaikan Hasto kepada wartawan terkait hasil survei LSI Denny JA yang memprediksi pasangan Anies -Sandi akan keluar sebagai pemenang Pilkada DKI Jakarta putaran dua. Sebelumnya, LSI Denny JA dalam surveinya menyatakan elektabilitas Anies-Sandi 51,4 persen, sementara pasangan Basuki – Djarot memperoleh 42,7 persen.

Yang memprihatinkan, kata Hasto, hasil survei yang masih harus diuji kebenarannya tersebut kini dijadikan klaim kemenangan.

“Sekarang dijadikan klaim kemenangan bahkan sebelum pilkada berlangsung sebagaimana disampaikan oleh pidato Bapak Prabowo yang terkesan tendensius dan terlalu menyudutkan pasangan Ahok-Djarot,” katanya.

Dalam psikologi politik, pidato singkat yang disampaikan Prabowo dalam akhir masa kampanye tersebut justru harus dibaca terbalik.

“Kubu Anies- Sandi menampilkan kekhawatiran atas tren elektabilitas yang terus menurun akibat kesalahan strategi kampanye yang menampilkan wajah politik yang berbeda dengan tradisi kebudayaan bangsa Indonesia yang dikenal toleran, welas asih, dan suka bermusyawarah,” katanya.

Sementara di sisi tim kampanye pasangan Cagub-cawagub Basuki Tjahaja Purnama – Djarot Saiful Hidayat memahami kultur dan sosiologi politik Indonesia tersebut.

Menurut Hasto, tim kampanye Basuki-Djarot tidak pernah memaksakan kehendak, lebih-lebih hanya menggunakan lembaga survei untuk klaim kemenangan sepihak.

Hasto memahami sah-sah saja setiap tim kampanye mengeluarkan hasil survei, namun ada batasan etika politik, kredibilitas lembaga survei, dan pertanggungjawaban secara metodologi bahwa hasil survei tersebut bisa dipercaya dan dipertanggungjawabkan akurasinya.

Hasto membeberkan pengalamannya di dalam Pilkada Serentak 2015 lalu ditawari jasa oleh Denny JA. “Saat itu saya ditawari beliau, bagaimana PDI Perjuangan bisa memenangkan Pilkada Serentak tanpa keluar uang, bahkan saya ditawari dapat uang. Begitu motifnya sudah dana, tawaran jasa pemenangan pun tidak saya layani,”  katanya.

Dalam masa tenang ini, Hasto menyayangkan pidato Prabowo tersebut.

“Marilah kita wujudkan politik yang berkedaban dan kita kedepankan sikap kenegarawanan. Biarlah rakyat DKI yang menjadi hakim terbaik,” kata Hasto. [CHA/DAS]