Hari Tuli Nasional: Mengenang Jejak Perjuangan untuk Kesetaraan

Opu Daeng Risadju (Istimewa)

Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai perjuangan, Indonesia memiliki sejarah yang sarat dengan kisah-kisah inspiratif. Perjuangan itu bukan hanya lahir dari mereka yang bertempur di medan perang, tetapi juga dari orang-orang yang gigih memperjuangkan hak dan kesetaraan, termasuk kaum tuli.

Hari Tuli Nasional, yang kita peringati setiap tanggal 11 Januari, adalah momen penting untuk menghormati mereka yang dengan penuh semangat berjuang demi menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berkeadilan.

Di artikel ini, kita akan mengenal lebih dekat kisah dua tokoh luar biasa: Aek Natas Siregar, yang menjadi pelopor perjuangan kaum tuli untuk aksesibilitas dan kesetaraan, serta Opu Daeng Risaju, pahlawan nasional yang perjuangannya mencerminkan keberanian menghadapi keterbatasan fisik demi kemerdekaan.

Kisah mereka bukan sekadar cerita masa lalu, tapi juga sumber inspirasi bagi kita semua untuk terus menghargai keberagaman dan melangkah bersama menuju masyarakat yang lebih inklusif.

Mengenang Perjuangan Aek Natas Siregar

Setiap tanggal 11 Januari, Indonesia memperingati Hari Tuli Nasional sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan kaum tuli di tanah air. Berdasarkan informasi dari laman resmi Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin), peringatan ini juga menjadi momen penting untuk mengenang tokoh-tokoh yang telah berjuang demi hak dan kesetaraan kaum tuli di berbagai bidang.

Tanggal 11 Januari dipilih untuk menghormati perjuangan Aek Natas Siregar, seorang tuli yang bersama rekannya, Mumuk Wiraadmaja, menemui Presiden Soekarno pada tahun 1961. Pertemuan ini menjadi momentum penting dalam menyuarakan aspirasi kaum tuli, terutama terkait akses pendidikan yang layak.

Pada hari yang sama, Serikat Kaum Tuli Bisu Indonesia (SEKATUBI) didirikan dengan tujuan memperjuangkan hak-hak kaum tuli, menciptakan kesetaraan, dan mengupayakan aksesibilitas di berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan dan pekerjaan.

Pengorbanan Opu Daeng Risaju

Di balik peringatan ini, ada pula kisah seorang pahlawan nasional yang menjadi simbol keberanian dan pengorbanan. Opu Daeng Risaju, seorang bangsawan dari Sulawesi Selatan, adalah figur penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Melansir beberapa sumber, Opu Daeng Risadju lahir di Palopo pada tahun 1880 dengan nama Famajjah, ia tumbuh dalam lingkungan bangsawan yang penuh dengan nilai-nilai keberanian. Meskipun tidak mengenyam pendidikan formal, Opu Daeng Risaju mendapatkan ilmu agama sejak kecil dan menunjukkan semangat belajar yang tinggi.

Pada tahun 1905, ketika Belanda memperluas pengaruhnya di Sulawesi Selatan, Opu Daeng Risaju aktif dalam Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sebagai wanita pertama yang memimpin partai politik Islam, ia menunjukkan keberanian luar biasa dalam menentang penjajahan. Namun, perjuangan ini tidak tanpa risiko. Ia kerap menjadi sasaran perlawanan dari pihak Belanda dan bahkan keluarganya sendiri.

Salah satu momen paling mengharukan dalam perjuangannya adalah ketika ia ditangkap oleh Belanda pada usia sekitar 60 tahun. Opu Daeng Risaju dipaksa berjalan kaki sejauh 40 kilometer dan menghadapi berbagai bentuk penyiksaan. Dalam salah satu insiden, Belanda meletuskan senapan di dekat telinganya, merusak gendang telinganya dan membuatnya tuli seumur hidup. Meski demikian, ia tetap teguh dalam perjuangan demi kemerdekaan.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Opu Daeng Risaju menjalani kehidupan sederhana di Parepare hingga wafat pada tahun 1964. Pada tahun 2006, ia diakui sebagai Pahlawan Nasional Indonesia, menjadikan kisah hidupnya sebagai inspirasi bagi generasi penerus, terutama kaum perempuan, untuk terus memperjuangkan keadilan dan kesetaraan.

Makna Hari Tuli Nasional

Hari Tuli Nasional bukan sekadar hari peringatan. Ini adalah momen refleksi untuk menghargai perjuangan dan kontribusi kaum tuli dalam berbagai bidang. Kisah Aek Natas Siregar dan Opu Daeng Risaju menjadi pengingat bahwa keteguhan dan keberanian dapat melampaui keterbatasan fisik.

Peringatan ini juga menjadi panggilan bagi masyarakat untuk terus mendukung kesetaraan hak kaum tuli, mulai dari akses pendidikan, pekerjaan, hingga partisipasi penuh dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan semangat yang diwariskan oleh para pejuang seperti Aek Natas Siregar dan Opu Daeng Risaju, diharapkan Indonesia dapat menjadi negara yang lebih adil bagi semua warganya.

Hari Tuli Nasional adalah momen penting untuk merayakan perjuangan, mengingat inspirasi dari sejarah, dan terus memperjuangkan kesetaraan hak bagi kaum tuli. Mari jadikan Hari Tuli Nasional sebagai momen untuk bergerak bersama menuju masa depan yang lebih baik. [UN]