Ilustrasi peristiwa Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 lalu. (Istimewa)

Koran Sulindo – Setiap tanggal 5 November, dunia memperingati Hari Kesadaran Tsunami Sedunia. Peringatan ini diresmikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Resolusi 70/23 pada tanggal 22 Desember 2015.

Dengan penetapan ini, diharapkan masyarakat global semakin sadar akan bahaya tsunami, khususnya di wilayah-wilayah yang rentan terdampak.

Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang sangat ditakuti manusia. Meskipun tsunami dapat diukur dalam skala tertentu, kerugian yang ditimbulkannya tetap sangat besar.

Wilayah pesisir merupakan daerah yang paling rentan karena kedekatannya dengan laut, menjadikan mereka pihak yang paling berisiko tinggi ketika bencana ini terjadi.

Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia

Beberapa negara telah memiliki sirine peringatan dini tsunami untuk meminimalisir korban jiwa dan kerugian. Namun, di Indonesia, yang merupakan negara kepulauan dengan tingkat risiko tsunami yang tinggi, jumlah sirine peringatan masih sangat terbatas.

Data tahun 2022 menunjukkan bahwa hanya terdapat 66 titik yang dilengkapi dengan sirine tsunami di seluruh wilayah Indonesia. Keterbatasan ini menjadi salah satu faktor yang menghambat kesiapsiagaan masyarakat, terutama di daerah pesisir yang kerap menjadi sasaran utama gelombang tsunami.

Kesiapan Masyarakat dalam Menghadapi Tsunami

Minimnya infrastruktur peringatan dini dan edukasi terkait mitigasi bencana tsunami membuat banyak masyarakat belum sepenuhnya siap menghadapi situasi darurat. Padahal, kesiapsiagaan dan edukasi yang memadai bisa sangat berpengaruh dalam mengurangi jumlah korban dan kerugian materi.

Dengan adanya Hari Kesadaran Tsunami Sedunia, diharapkan masyarakat dapat lebih teredukasi tentang cara menghadapi tsunami dan meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya langkah mitigasi bencana.

Bencana Tsunami Terbesar di Indonesia

Indonesia pernah mengalami beberapa bencana tsunami besar yang menelan banyak korban jiwa. Salah satunya yang paling dikenang adalah tsunami Aceh pada 26 Desember 2004.

Bencana ini dipicu oleh gempa berkekuatan 9,1 skala Richter di dasar Samudra Hindia. Gelombang tsunami setinggi 30 meter menghantam pesisir Aceh dan sekitarnya, dengan kecepatan mencapai 360 km/jam, menewaskan sekitar 227.898 orang.

Peristiwa ini tidak hanya menghancurkan kawasan pesisir Aceh, tetapi juga menjadi salah satu bencana alam paling mematikan dalam sejarah.

Berikut adalah daftar beberapa tsunami terbesar di Indonesia berdasarkan jumlah korban jiwa:

  1. Tsunami Aceh (2004): 227.898 korban meninggal
  2. Tsunami Krakatau (1883): 36.000 korban meninggal
  3. Tsunami Pulau Flores (1992): 2.500 korban meninggal
  4. Tsunami Pulau Banda (1899): 2.460 korban meninggal
  5. Tsunami Pulau Banda (1674): 2.243 korban meninggal
  6. Tsunami Palu (2018): 2.037 korban meninggal
  7. Tsunami Pulau Bali (1815): 1.200 korban meninggal
  8. Tsunami Pangandaran (2006): 664 korban meninggal
  9. Tsunami Kepulauan Mentawai (2010): 456 korban meninggal
  10. Tsunami Banyuwangi (1994): 250 korban meninggal

Bencana-bencana ini menunjukkan betapa devastatifnya dampak tsunami, serta pentingnya mitigasi dan kesiapsiagaan bencana yang lebih baik di masa mendatang.

Membangun Kesadaran Global

Hari Kesadaran Tsunami Sedunia menjadi pengingat akan pentingnya kesadaran dan kesiapsiagaan menghadapi bencana tsunami.

Dengan memperingati hari ini, kita diingatkan untuk terus memperkuat langkah mitigasi bencana, menyediakan sistem peringatan dini yang lebih efektif, serta memberikan edukasi kepada masyarakat tentang cara-cara menghadapi dan menyelamatkan diri dari tsunami.

Hanya dengan upaya bersama, risiko dan dampak dari bencana alam yang tidak terduga ini bisa dikurangi demi keselamatan generasi sekarang dan yang akan datang. [UN]