Penurunan permintaan akibat susutnya industri manufaktur dunia menyebabkan penurunan harga minyak mentah lebih dari 15 persen. Setelah bulan Juli mencapai harga US$ 120/barel, kini minyak diperdagangkan di angka US$88 setiap barel.

Sebelumnya harga minyak melambung ke level lebih dari USD120 per barel pada awal tahun. Melonjaknya permintaan karena efek pemulihan industri dari pandemi Covid-19 dan gangguan pasokan akibat sanksi terhadap produsen Rusia.

Namun rendahnya prospek permintaan akibat kemerosotan ekonomi di Cina, Amerika Serikat dan Eropa, juga tekanan utang di negara-negara berkembang membuat harga minyak terkoreksi tajam.

Penurunan harga ini dapat menjadi berkah bagi negara konsumen minyak seperti Amerika Serikat (AS), negara-negara Eropa, China juga termasuk Indonesia. Penurunan harga minyak dunia diharap bisa menurunkan harga BBM di dalam negeri guna menekan inflasi.

Namun di Indonesia bukannya turun, malah terjadi kenaikan harga BBM dalam negeri secara bervariasi.

PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Patra Niaga telah menaikkan harga bahan bakar minyak non subsidi jenis Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite.

Berdasar rilis harga bahan bakar yang berlaku mulai 3 Agustus 2022, harga BBM jenis Pertamax Turbo saat ini naik 10,45 persen atau Rp 1.700 menjadi Rp 17.900 per liter dari sebelumnya Rp 16.200 per liter. Kemudian, harga Pertamina Dex naik 14,54 persen atau Rp 2.400 menjadi Rp 18.900 per liter dari sebelumnya Rp16.500 per liter.

Sedangkan, Dexlite tercatat berada pada angka Rp 17.800 per liter, naik Rp 2.800 atau 18,66 persen dari harga sebelumnya yang hanya Rp 15.000 per liter.

Kebijakan menaikkan harga BBM non subsidi tersebut terlihat kontras dengan penurunan harga minyak mentah.

Pertamina menyatakan kenaikan harga itu merupakan respons perusahaan atas fluktuasi harga BBM non subsidi yang mengikuti perkembangan harga minyak mentah atau crude oil global. [DES]