KENAIKAN HARGA beras sejak akhir tahun lalu kian tak terbendung. Terpantau pada pertengahan Februari 2024 ini harga beras di pasaran telah mencapai Rp14.000. Selain harga melambung tinggi, di beberapa toko ritel didapati stok beras tidak tersedia.
Harga beras saat ini jauh melampaui harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp10.900-Rp11.800 per kg medium dan Rp13.900-14.800 per kg premium, berdasarkan zona masing-masing wilayah.
Tidak hanya pembeli yang mengeluhkan tingginya harga beras, pedagang sembako juga merasakan dampak akibat turunnya daya beli masyarakat. Imbasnya penjualan semakin menurun dan kerap menjadi sasaran keluhan para pembeli.
“Pembeli mengeluh karna harganya mahal. Saya berharap pemerintah bisa menstabilkan harga pangan, agar rakyat tidak menderita,” ucap Imam salah seorang pedagang beras di Jakarta Timur.
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebut peritel terpaksa menjual beras dengan harga tinggi karena mendapat harga tinggi dari produsen.
Menurut Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey, para para produsen telah menaikkan harga beli sebesar 20-35 persen di atas HET sejak sepekan terakhir. Hal ini memicu peritel juga harus menaikkan harga jual.
“Saat ini kami tidak ada pilihan dan harus membeli dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal, bagaimana mungkin kami menjual dengan HET,” ujar Roy pada Minggu, (11/2)
Beras premium langka di Jakarta
Selain tingginya harga beras pedagang ritel saat ini disebut mulai kesulitan mendapatkan suplai beras untuk tipe premium lokal kemasan 5 kilogram. Keterbatasan ini disebabkan karena masa panen diperkirakan baru akan terjadi pada pertengahan Maret 2024.
Selain itu, belum masuknya beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) tipe medium yang diimpor pemerintah juga menjadi penyebab kelangkaan dan tingginya harga beras.
Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta Suharini Eliawati, naiknya harga beras dan masalah kelangkaan di berbagai toko ritel disebabkan karena pasokan banyak yang belum masuk.
“Panen raya diperkirakan baru akan terjadi pada pertengahan Maret 2024, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan,” ucap dia.
Masalah lain adalah berkurangnya aktivitas pedagang akibat adanya libur panjang dan masa pengisian ulang pihak ritel terhadap stok beras menjadi salah satu penyebab kelangkaan.
Demi mengatasi masalah tersebut Pemprov DKI melakukan sejumlah langkah untuk mengendalikan kelangkaan stok beras premium. Di antaranya menjaga pasokan yang masuk ke DKI Jakarta, bekerja sama dengan antar pelaku usaha, serta mengoptimalkan peran PT Food Station Tjipinang Jaya. [PAR]