Tinggal di daerah perkampungan saat masa kecil memang sering menyimpan kenangan yang tak terlupakan. Bermain di bawah pohon-pohon rindang, melintasi hamparan sawah luas, atau menjelajahi bukit menjulang tinggi adalah aktivitas favoritku kala itu..
Namun, ada hal lain yang tak kalah menarik yaitu memanfaatkan kekayaan alam untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk pengobatan sederhana. Salah satu kenangan itu adalah menggunakan daun harendong sebagai obat saat terluka.
Harendong, atau dikenal juga sebagai senggani, adalah tanaman hutan yang berasal dari Amerika Selatan. Tanaman ini tumbuh subur di kawasan hutan, daerah perkampungan yang sejuk, atau lingkungan yang rimbun.
Saat kecil, ketika terluka akibat jatuh, terkena sayatan pisau, atau aktivitas bermain lainnya, daun harendong sering menjadi solusi pertama ketika tidak ada obat modern seperti betadine. Menurut informasi yang sudah turun temurun, daun ini dihaluskan lalu dioleskan pada luka untuk membantu menghentikan pendarahan ringan.
Tanaman harendong memiliki ciri khas yang mudah dikenali. Daunnya berwarna hijau mengkilat dengan batang berduri halus menyerupai rambut. Buahnya berbentuk bulat dengan bulu halus, yang berwarna hijau saat muda dan berubah menjadi keunguan saat matang.
Bunganya pun memikat dengan warna putih atau merah jambu samar. Buah harendong yang sudah matang bisa dimakan langsung sebagai camilan sehat, sementara akarnya mengandung tanin yang juga memiliki khasiat untuk pengobatan.
Semua bagian tanaman ini, mulai dari akar, batang, daun, hingga buah, memiliki potensi untuk digunakan dalam berbagai keperluan medis. Mengutip laman CNN Indinesia, berdasarkan penelitian, daun harendong mengandung berbagai senyawa kimia, seperti saponin, tanin, glikosida, steroid/triterpenoid, dan flavonoid.
Masing-masing senyawa ini memiliki manfaat tersendiri diantaranya adalah Saponin yang bersifat antiseptik, mampu membersihkan luka dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
Tanin berfungsi sebagai astringen, membantu menutup pori-pori kulit, mengeraskan permukaan luka, dan menghentikan pendarahan ringan. Steroid bersifat anti-inflamasi, membantu mengurangi peradangan. Flavonoid sebagai antibakteri, antioksidan, dan efektif menghambat pendarahan saat dioleskan pada kulit.
Manfaat lainnya, buah harendong dapat digunakan untuk mengobati bisul, sedangkan akarnya berkhasiat untuk mengatasi gangguan pencernaan, keracunan, hingga radang pembuluh darah.
Secara tradisional, harendong digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit, seperti wasir darah, pendarahan rahim, haid berlebihan, keputihan, disentri basiler, hepatitis, diare, dan gangguan pencernaan.
Dengan begitu banyak khasiat yang dimiliki, harendong layak menjadi salah satu alternatif pengobatan herbal. Budidaya tanaman ini juga perlu digalakkan, terutama di daerah perkampungan dan pegunungan yang masih asri, untuk memanfaatkan kekayaan alam secara optimal.
Di tengah tren penggunaan obat-obatan kimia, keberadaan tanaman seperti harendong menjadi pengingat bahwa alam menyediakan solusi yang murah dan efektif untuk kesehatan.
Membudidayakan harendong di pekarangan atau lahan kosong adalah langkah kecil namun berarti untuk melestarikan tradisi pengobatan alami sekaligus menjaga kesehatan secara berkelanjutan. Dengan mengapresiasi dan memanfaatkan tanaman seperti harendong, kita turut berperan dalam melestarikan warisan alam yang berharga.
Namun bukan berarti kita tidak perlu dokter untuk mengobati luka, obat tradisional seperti daun Harendong hanyalah alternatif, seperti saat terluka di tengah hutan atau tidak ada obat lain dalam keadaan darurat. [UN]