Hadiah Nobel Perdamaian dan Kejatuhan Uni Soviet, Inilah Perjuangan Gorbachev

Mikhail Gorbachev memperoleh Hadiah Nobel Perdamaian atas jasa-jasanya sebelum kejatuhan Uni Soviet. (Sumber: The Gorbachev Foundation)

Koran Sulindo – Dunia akan selamanya mengenang tanggal 15 Oktober, hari di mana Mikhail Sergeyevich Gorbachev memperoleh Hadiah Nobel Perdamaian. Penghargaan prestisius tersebut didapatkannya pada tahun 1990 setelah dia berhasil membuat perubahan radikal dalam hubungan antara Timur dengan Barat.

Banyak faktor yang membuat Gorbachev layak menerima Hadiah Nobel Perdamaian. Melansir dari situs resmi World Summit of Nobel Laureates for Peace, Gorbachev berkontribusi dalam pelucutan senjata nuklir dan konsolidasi keamanan dunia yang diluncurkan setelah pertemuan dengan Presiden AS Ronald Reagan di Reykjavik pada tahun 1986.

Perundingan dan usulan yang Gorbachev ajukan menghasilkan sebuah kesepakatan yang berujung pada penandatanganan Perjanjian Senjata Nuklir Jarak Menengah (INF) oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet pada tahun 1987.

Pada tahun 1988, dia mulai menarik pasukan Soviet dari Afghanistan pada dan mendesak Kuba dan Vietnam untuk menarik pasukan mereka dari Angola dan Kampuchea (Kamboja).

Kemudian dalam pertemuan dengan Presiden George Bush di tahun 1989, Gorbachev menyatakan bahwa Perang Dingin telah berakhir. Pada tahun yang sama, Tembok Berlin runtuh. Dan puncaknya, kejatuhan Uni Soviet pada 1991.

Perubahan drastis ini tidak diraih Gorbachev dengan cara mudah. Semua berawal pada tahun 1985, ketika dia terpilih sebagai pemimpin baru Uni Soviet. Dia secara bertahap mengkritik ketidakmampuan sistem Soviet untuk mengimbangi AS dalam perlombaan senjata maupun menyediakan standar hidup layak bagi rakyat.

Aksi-aksi gencarnya dimotori oleh dua konsep yang masih kita kenal hingga sekarang, yaitu “glasnost” (keterbukaan) dan “perestroika” (perubahan).

Arti Glasnost dan Perestroika

Sebenarnya glasnost dan perestroika bukan istilah baru dalam retorika Soviet. Melansir dari situs resmi Seventeen Moments in Soviet History, Stalin dan para penerusnya kadang-kadang menggunakan kedua istilah tersebut. Bahkan kata glasnost ada dalam Pasal 9 Konstitusi Soviet tahun 1977, sayangnya tanpa penerapan praktis apa pun.

Gorbachev menggunakan istilah glasnost dan perestroika dalam pidato-pidato dan tulisan-tulisannya sejak pertengahan tahun 1970-an, namun dia baru mulai memperkenalkan keduanya kepada rakyat Soviet dalam pidato di bulan Desember 1984.

Merangkum dari beberapa sumber, glasnost berarti peningkatan keterbukaan dan transparansi lembaga dan aktivitas pemerintahan di Uni Soviet. Glasnost mengizinkan rakyat mengkritik para pejabat, mengawasi jalannya pemerintahan, mendiskusikan masalah dalam sistem politik, mencari solusi secara terbuka, dan mengonsumsi konten media massa yang lebih beragam.

Tidak hanya itu, Glasnost juga mendorong penerapan kebijakan untuk memberantas korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan di kalangan pimpinan Partai Komunis, pemerintahan Soviet, dan Komite Sentral.

Perestroika berarti perubahan dalam bidang politik dan ekonomi. Secara politis, perestroika menekankan peningkatan peran pemerintahan Soviet dalam pengambilan langkah-langkah yang mempromosikan demokratisasi Partai Komunis dan seluruh sistem politik. Ini memungkinkan pengadaan pemilu yang berfokus merebut lembaga-lembaga politik baru, seperti Kongres Deputi Rakyat.

Secara ekonomi, perestroika mengacu pada legalisasi koperasi dan usaha bisnis semi-swasta lainnya, demonopolisasi dan liberalisasi kontrol harga, dan pemilihan manajer perusahaan oleh kolektif buruh. Ini membuat banyak orang memiliki toko-toko pribadi, restoran, dan manufaktur.

Perestroika juga melonggarkan kendali terpusat atas banyak bisnis sehingga memungkinkan petani dan produsen memutuskan sendiri produk mana yang akan mereka buat, berapa banyak jumlahnya, dan berapa harganya. Kemudian, mereka akan memperoleh insentif untuk mengejar keuntungan.

Kemudian pada tahun 1988, Gorbachev menyelenggarakan Kongres Partai ke-19 dan memperkenalkan sistem pemilihan multipartai untuk anggota Kongres. Gorbachev juga mencapai transparansi media dengan mengembalikan film-film yang sebelumnya dilarang dan mempromosikan jurnalisme terbuka.

Apakah Glasnost dan Perestroika Berhasil?

Mengutip analisis Yudi Santoso dalam buku The Gulag Archipelago karya Solzhenitsyn, Uni Soviet bubar bukan karena ide Karl Marx gagal, melainkan karena negeri ini kembali pada ide dasar Marx bahwa sebelum menjadi komunis, masyarakat harus menjadi sosialis, dan sebelum menjadi sosialis, mereka harus menjadi demokratis lebih dulu.

Lenin telah membelokkan ajaran Marx demi kepentingannya sendiri mengkomuniskan Rusia yang masih belum siap menjadi komunis dan Stalin, di sisi lain, adalah pembelotan dari ide-ide komunisme Lenin.

Penyalahgunaan kekuasaan yang kelewat batas sudah lama melemahkan sistem pemerintahan Uni Soviet. Kehadiran glasnost dan perestroika yang mempromosikan demokratisasi mengacaukan sistem pemerintahan yang sudah melemah dan mempercepat kehancurannya.

Perestroika, yang dimaksudkan untuk menghidupkan kembali ekonomi Soviet, menimbulkan lonjakan pengeluaran pemerintah karena sektor pertanian yang sebelumnya sangat disubsidi kini memproduksi pangan untuk keuntungan. Akibatnya terjadi defisit besar dan inflasi.

Kemudian sistem multipartai, desentralisasikan kekuasaan, pengasingan para aparat Partai, dan penghilangan basis kekuatan memicu gerakan nasionalis dan kemerdekaan di dalam dan luar Uni Soviet. Ini sangat melukai Partai Komunis dan mendatangkan kecaman dari pihak oposisi yang lebih menyukai cara-cara lama. Ironisnya, mereka memanfaatkan kebebasan pers dalam program glasnost untuk menyerang Gorbachev.

Rakyat Soviet sendiri tidak siap dengan reformasi yang begitu cepat. Transparansi baru di bawah glasnost terjadi hampir seketika sehingga mengungkap berbagai pelanggaran masa lalu di bawah sistem Soviet. Rakyat terkaget-kaget dan protes.

Hadiah Nobel Perdamaian dan Kejatuhan Uni Soviet

Uni Soviet semakin mendekati kejatuhannya pada bulan-bulan awal tahun 1990. Beberapa negara memisahkan diri satu per satu. Lithuania, Georgia, Latvia, dan Estonia adalah yang paling awal pergi. Di tahun yang sama ini, tepatnya pada 15 Oktober, Gorbachev menerima Hadiah Nobel Perdamaian.

Rakyat Estonia, Latvia, dan Lithuania memprotes pemberian Hadiah Nobel Perdamaian kepada Gorbachev. Mereka menuduh Gorbachev memakai kekerasan untuk mencegah mereka memisahkan diri dari Uni Soviet.

Protes ini memuncak pada tahun 1991, ketika pasukan Soviet membunuh orang-orang Lithuania dalam pertempuran untuk memperebutkan menara televisi. Gorbachev mengklaim bahwa dia tidak memberikan perintah untuk menggunakan kekerasan. Dia tetap menerima Hadiah Nobel Perdamaian.

Tanggal 24 Agustus 1991, Gorbachev mengundurkan diri sebagai sekretaris jenderal CPSU dan membubarkan semua unit partai dalam pemerintahan. Pada hari yang sama, Ukraina memisahkan diri dari Uni Soviet. Belarus dan Moldova segera menyusul.

Pada 29 Agustus, badan tertinggi Uni Soviet (SSUSSR) menangguhkan semua aktivitas CPSU di wilayah Soviet tanpa batas waktu. Ini secara efektif mengakhiri pemerintahan Komunis di Uni Soviet dan membubarkan satu-satunya kekuatan pemersatu yang tersisa di negara tersebut. Dua hari kemudian. Kyrgyzstan keluar.

Di bulan September, Uzbekistan, Tajikistan, dan Armenia angkat kaki. Pada Oktober, Azerbaijan dan Turkmenistan mengikuti. Dan akhirnya pada Desember, Kazakhstan pergi sehingga tinggallah Rusia sendirian.

Komunisme berakhir, Uni Soviet jatuh, dunia akan selamanya mengenang Gorbachev sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian. [BP]