Peristiwa Wakil Presiden (Wapres) RI Gibran Rakabuming Raka melakukan perlawatan ke Semarang menjadi sorotan khalayak. Ia terlihat memunggung tas sendiri hingga naik pesawat. Gibran menaiki pesawat komersial kelas ekonomi dari maskapai Batik Air jenis Airbus A320.
Tidak ada pengawalan ketat terhadap putra sulung Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) tersebut, meski protokoler negara tetap memastikan adanya pengawalan. Gibran bisa mengatur para pengawal ada di luar frame kamera, sehingga hanya dia yang tampak sendirian menuju pesawat, dikesankan sederhana tidak ribet dengan pengawalan ketat.
Gaya Gibran melakukan kunjungan kerja ke Semarang itu dibagikan di akun Instagram miliknya, @gibran_rakabuming pada Jumat, 22 November 2024 dan dibagikan ulang di sejumlah akun media sosial lainnya, menyebar dengan massif.
“Ke Semarang, Jawa Tengah. Sesekali ootd, boleh?” tulis Gibran dalam keterangan unggahannya sembari memasang emotion pesawat.
Dalam kesempatan lain saat meninjau warga yang tergenang banjir di kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur, Gibran membagikan bantuan sembako dalam tas bertuliskan ‘Bantuan Wapres Gibran’.
Benar ada tulisan Wapres Gibran pada tas bungkus tersebut. Tentu ini menuai suara kritik, apakah wajar bantuan Negara pakai nama pribadi. Atau dari mana dananya kalau memang atas nama pribadi.
Investasi politisi
Gibran bisa dikata sebagai politisi muda, usinya belum masuk 40 tahun. Dia tidak seharusnya menjabat jabatan yang sekarang dia pegang, kalau aturan awal tidak diubah dengan bantuan otak-atik hukum lewat pamannya.
Namun pamannya juga tidak sepenuhnya bertanggungjawab. Bapaknya yang ketika itu menjadi penguasa negeri ini juga harus bertanggungjawab. Juga para politisi — seperti presiden yang sekarang berkuasa karena didukung bapaknya politisi muda ini.
Kita semua tahu bahwa tingkah laku semua ini adalah investasi politik Gibran. Dia mencontoh kisah sukses bapaknya. Dari awal kekuasaannya Jokowi juga menarik memupuk simpati publik lewat cara-cara seperti ini. Ia menjadikan kesederhanaan sebagai alat politik. Cara-cara yang sah menurut aturan hukum, meski kurang etis.
Kita tahu bahwa kemunafikan dan politik adalah sekeping koin logam, bolak-balik tidak terpisahkan. Namun politisi yang baik bermain kemunafikan dengan lebih halus. Politisi cerdas akan melakukannya dengan kerja cerdas. Tapi kerja cerdas kurang laku bagi khalayak di negeri ini, dengan mayoritas pemilik suara berpendidikan tidak tinggi.
Politisi sekarang akan lebih banyak berbuat hal-hal yang sekiranya akan viral di media sosial, cerdas atau norak bukan hal yang dihitung.
Ini semua ditata oleh konsultan medianya, semua hal manis dikumpulkan dan bakal terakumulasi untuk dipanen di masa mendatang. Bisa dilihat nanti akan banyak drama seperti ini yang dilakukan dan direkam media. Kita masih ingat bagaimana Jokowi masuk gorong-gorong yang menjadi icon kiprahnya di ibukota.
Tahun 2020 saat kampanye menjadi walikota Solo, Gibran juga masuk ke sungai, dia mengenakan sepatu boot karet dengan baju kaos putih bersih — yang tetap bersih juga ketika dia naik dari sungai, semua hanya drama yang tampak bagus di kamera media.
Semua tingkah laku yang terkadang tampak konyol dan kurang cerdas dilakukan politisi untuk drama pencitraannya, tentu didukung media sosial besutan tim sukses, buzzer, influencer, dan media mainstream yang mau menempelnya. [KS]