Genjot Perdagangan Indonesia-Rusia, Jokowi Temui Putin

Presiden Joko Widodo bertemu Presiden Vladimir Putin di sela-sela KTT ke-33 ASEAN di Singapura.

Koran Sulindo – Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela pelaksanaan KTT ke-33 ASEAN di Suntec Convention Centre, Singapura.

rPertemuan tersebut membicarakan isu utama berupa peningkatan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Rusia.

Dalam kesempatan itu Jokowi menginginkan agar target perdagangan senilai US$5 miliar antara Indonesia-Rusia tercapai tahun 2020 mendatang. Jumlah tersebut merupakan penggandaan dari nilai perdagangan saaat ini yang hanya sebesar 2,5 miliar dollar AS.

“Saya menyambut baik kenaikan hubungan perdagangan kita. Di data kami, perdagangan bilateral meningkat 14,34% di tahun 2017 atau senilai 2,52 miliar dollar AS. Saya berharap target perdagangan 5 miliar dollar AS akan dapat tercapai di tahun 2020,” kata Jokowi.

Salam satu poin utama yang disampaikan Jokowi kepada Putin adalah dukungan positif Rusia atas ekspor Crude Palm Oil (CPO) asal Indonesia. “Kami memohon dukungan untuk promosi dan kampanye positif bagi CPO Indonesia,” kata Jokowi.

Kepada Putin, Jokowi juga meminta agar Rusia meningkatkan volume impor bagi produk-produk perikanan selain buah-buah tropis untuk pasar domestik.

Pada kesempatan itu Jokowi juga menyampaikan pandangannya tentang pentingnya perdagangan Indonesia dengan kerja sama ekonomi kawasan Eropa Timur dan Asia Tengah (EAEU).  Indonesia menyampaikan minatnya untuk meningkatkan perdagangan dengan EAEU.

“Saya harap Rusia sebagai Ketua EAEU dapat membantu mempercepat keputusan kolektif bagi dimulainya perundingan FTA antara Indonesia dengan EAEU untuk menanggapi prosedur pengajuan yang telah kami sampaikan sejak 2017,” kata Jokowi.

Dalam pertemuan selama 45 menit tersebut turut mendampingi Jokowi di antaranya Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menkopolhukam Wiranto, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menko PMK Puan Maharani, Menlu Retno Marsudi dan Mendag Enggartiasto Lukita.

Sementara itu Presiden Putin didampingi oleh, antara lain Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, Menteri Industri dan Perdagangan Denis Manturov, Menteri Pengembangan Ekonomi Maxim Oreshkin dan Direktur Teknis Operasi Militer Dimitri Shugaev.

Imbal Dagang

Rusia adalah potensi besar bagi pasar ekspor bagi kelapa sawit Indonesia. Selain karena kebutuhannya yang tinggi, negara itu juga tak melakukan kampanye hitam seperti yang selama ini dilakukan negara-negara Eropa barat.

Sawit juga digunakan dimanfaatkan sebagai imbal dagang oleh kedua negara. Sawit digunakan oleh Indonesia untuk ‘membayar’ jet tempur Sukhoi Su-35 yang diinginkan TNI AU.

Kedua negara sepakat pembelian 11 pesawat tempur canggih senilai US$1,14 miliar itu separonya bakal dibayar dengan berbagai komoditas lokal, seperti olahan karet, furnitur, dan CPO. Rusia menunjuk Rostec sebagai pelaksana teknis imbal dagang tersebut sementara Indonesia menunjuk PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI).

Indonesia melirik alat utama sistem pertahanan asal Rusia sebagai alternatif persenjataan-persenjatan dari negara Barat yang seringkali dikaitkan dengan Hak Asasi Manusia untuk memaksakan embargo.

Rosoboronexport yang ditunjuk sebagai eksportir senjata Rusia ke luar negeri mencatat selama 25 tahun terakhir saja telah mengirimkan senjata senilai lebih dari US$2,5 miliar ke Indonesia.

Menurut perusahaan itu pengiriman yang dimulai November 1992 itu mencakup armada pengangkut lapis baja BTR-80A, kendaraan tempur infanteri BMP-3F hingga senapan serbu Kalashnikov seri ke-100.

Indonesia juga menerima jet tempur Su-27SK dan Su-27SKM, Su-30MK dan Su-30MK2, helikopter Mi-35 dan Mi-17, dan juga sistem senjata serta perangkat keras militer lainnya.

Tahun 2018 ini juga menandai 60 tahun sejak pertama kali Uni Soviet mengirim senjata pertama ke Indonesia. Pada tahun 1958 itu negara ‘beruang merah’ itu mengirimkan 100 kendaraan militer GAZ-69 ke Jakarta.[TGU]