Generasi Milenial Rusia Lebih Memilih Partai Komunis Ketimbang Putin

Generasi milenial Rusia yang lebih memilih Partai Komunis ketimbang Putin [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Pemilihan presiden Rusia pada pekan ketiga Maret lalu mungkin menarik untuk diikuti. Mungkin karena sebagian orang termasuk pengamat dari Indonesia telah memprediksi kemenangan Vladimir Putin yang telah memimpin Rusia selama 18 tahun. Ia disebut menang mudah seperti yang sudah diperkirakan.

Sebuah media daring Peoples World mengutip berita morningstar.com menyebutkan, Putin meraup sekitar 76% suara pada pemilu presiden kemarin. Suaranya itu disebut naik sejak 2012 dan menjadi bukti betapa popularitas Putin masih tinggi sebagai pemimpin Rusia.

Akan tetapi, ada yang menarik dari pemilihan presiden itu yakni generasi muda justru menyumbangkan suaranya untuk calon presiden yang didukung Partai Komunis Rusia. Menurut penasihat Partai Komunis Rusia Vyacheslav Tetekin, umumnya orang berpendapat basis massa partai “merah” tersebut hanya generasi tua – generasi para veteran Uni Soviet.

Namun, kenyataannya, para orang tua itu justru lebih memilih Putin dan menjadi basis utama pemilihnya. Sebaliknya, generasi muda kini mengalihkan suaranya kepada Partai Komunis Rusia. Mereka – generasi muda itu – sangat aktif di media sosial. Kendati masih analisis, faktanya di media daring Putin hanya acap mencapai keunggulan dari 25% hingga 45%.

Tetekin mengatakan, beralihnya suara kaum muda itu kepada Partai Komunis Rusia karena menurunnya standar hidup. Orang-orang muda mulai cendeung menginginkan perubahan. Negara disebut mulai lelah atau bosan dengan Putin. Rezim Putin disebutnya membawa dampak yang buruk bagi orang miskin Rusia.

Di sisi lain, ia menyayangkan liputan media asing yang menyebutkan Partai Komunis Rusia merupakan oposisi “palsu” terhadap Putin. Itu lantaran dukungan Partai Komunis Rusia terhadap berbagai kebijakan luar negeri Putin. Lantas bagaimana perubahan akan terjadi di Rusia sebagaimana yang diinginkan kamu muda milenial itu?

Tetekin berharap perubahan akan muncul dari akar rumput dan itu akan datang melalui “kotak suara” alias lewat pemilihan umum. Akan tetapi, ketika krisis ekonomi semakin mendalam, ia menduga perubahan kekuasaan akan terlaksana lewat aksi jalanan. Melihat analisis tersebut, Tetekin betul-betul harus menjawab bahwa mereka bukanlah oposisi palsu seperti yang dituduhkan media Barat itu. [KRG]