Gempa dan Tsunami: Ratusan Jiwa Meninggal di Palu, Donggala Belum Terakses

Ilustrasi: Korban di pelataran rumah sakit Anutapura Palu/AFP-Getty Image

Koran Sulindo – Korban gempa bumi Sulawesi Tengah diperkirakan mencapai ratusan jiwa dan mayoritas masih belum dievakuasi dari sejumlah gedung yang ambruk di sekeliling Kota Palu. Sementara akses komunikasi ke dan dari Kota Donggala masih terputus sehingga data-data belum tercatat.

Pusat perbelanjaan terbesar di Kota Palu, Mal Tatura yang terletak di Jalan Emy Saelan, ambruk dan masih ada puluhan hingga seratusan orang yang terjebak di dalam mal 4 lantai yang dibangun 2006 itu. Salah seorang pegawai mal yang ditemui antaranews.com mengatakan para korban yang terjebak di dalam mal yang ambruk sebagian itu belum dievakuasi.

Sementara di Rumah Sakit Budi Agung Palu di Jalan Maluku terdapat 14 jenazah yang dibawa dari Mal Tatura berada di rumah sakit itu, sedangkan seratusan orang yang terluka seperti patah kaki dan luka-luka lainnya masih berada di halaman rumah sakit dan sebagian ruang pasien tetapi belum ditangani secara medis karena belum ada dokter yang menangani.

Hotel Roa-Roa yang berlantai 8 di Jalan Pattimura juga rata dengan tanah. Hotel yang memiliki 80 kamar itu saat itu sebanyak 76 kamarnya terisi tamu. Menurut sejumlah orang yang ditemui di hotel yang roboh itu, banyak korban yang berada dalam reruntuhan gedung hotel.

Di lokasi Festival Pesona Palu Nomoni, puluhan hingga seratusan orang pengisi acara, sebagian merupakan para penari, juga belum diketahui nasibnya, saat terjadi gelombang tsunami di pantai sekitar yang menyapu tempat acara festival tahunan itu.

Rumah Sakit Anutapura di Jalan Kangkung, Kamonji, Kota Palu, yang berlantai 4 roboh.

Banyak gedung, rumah, dan bangunan lainnya yang rusak di sekeliling kota. Warga masyarakat juga terlihat masih panik dan masih mengungsi ke daerah-daerah yang lebih aman seperti ke dataran yang lebih tinggi.

Palu

Hingga saat ini jumlah korban tewas akibat Tsunami dan gempa di Palu mencapai 384 orang, namun angka korban itu baru hanya di Palu, karena Donggala masih belum bisa diakses dan komunikasi terputus.

“Para korban itu sebagian karena tsunami, sebagian karena gempa sebelumnya yang mengakibatkan tsunami itu. Misalnya saat gempa itu tertimpa reruntuhan,” kata juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Sabtu (29/9/2018), seperti dikutip bbc.com.

Menurut Sutopo, jika mengacu pada kekuatan gempa bumi, maka yang di Donggala kerusakannya bisa jauh lebih parah. Namun korban jiwa belum tentu besar karena sebaran penduduknya berbeda.

Ilustrasi/AFP

Tsunami yang menghantam Palu setelah gempa besar itu berkekuatan sangat dahsyat.

“Di tengah laut kecepatannya hingga 400 km per jam, sehingga ketika menghantam daratan, gelombang air sangat tinggi dan kuat, dan daya rusaknya tinggi. Bisa menghancurkan infrastrukur,” kata Sutopo.

Kehancuran memang tampak di berbagai pelosok kota Palu: mayat bergelimpangan di mana-mana, bangunan-bangunan hancur, puing-puing bertebaran.

“Pantai Talise (yang diterjang Tsunami kemarin) habis, semua habis di sana,” kata Eddy Djunaedi, wartawan Metro Palu, yang juga warga Kota Palu, lewat sambungan telepon.

Sementara Kepala BNPB, Willem Rampangilei, mengatakan, tim mereka baru akan tiba di Palu sekitar pukul 14:00 WIB.

“Prioritasnya adalah penyelamatan dan pencarian korban. Karena kemungkinan banyak korban tertimpa bangunan akibat gempa, atau terdampak Tsunami,” kata Willem.

Kronologi

Gempa bumi awalnya terjadi pada pukul 14.00 WIB dengan magnitude 6 skala ricther yang mengguncang Donggala sejauh 10 kilometer. Gempa tersebut menyebabkan 1 orang meninggal dan 10 orang luka.

Tak berapa lama, terjadi gempa susulan yang lebih besar dengan 7,7 skala ritcher kemudian direvisi 7,4 SR ke dalam 10 km. Pusat gempa di jalur sesar Palu – Koro.

Gempa tersebut merupakan gempa dangkal tetapi karena terjadi di jalur sesar Palu-Koro berpotensi memicu Tsunami.

Pada pukul 17.02 WIB, Sutopo mengatakan, BMKG mengeluarkan warning tsunami dengan status siaga dan waspada, tapi dicabut sekitar 30 menit kemudian.

Ternyata setelah itu tsunami menerjang Palu dan Donggala dengan tinggi 0,5 sampai 3 meter. Kawasan tersebut diketahui sebagai kawasan dengan pemukiman yang cukup padat. Selain itu juga banyak masyarakat yang beraktifitas di pantai.

Kabupaten Donggala yang terkena gempa dengan intensitas 6-8 mmi diperkirakan akan ditemukan banyak korban. Sejumlah kecamatan seperti Kecamatan Balai Sam Tanjung, Banawa Selatan, Banawa Tengah, Dampelas, Labuan, Sine, Sine Tobata, Sine Tabu Tambora, Sirena, Soyol dan Tanah Topea mengalami kerusakan yang cukup masif.

Namun BNPB belum mendapatkan informasi karena listrik mati di wilayah tersebut.

Sedangkan di Kota Palu diperkirakan memiliki dampak luas seperti di beberapa kecamatan seperti Manti Kulere, Palu Barat, Palu Selatan, Palu Timur, Palu Utara, Tatana, Tawaili dan Ulujadi.

BNPB telah meminta pendapat dari sejumlah ahli terkait dengan peristiwa tsunami tersebut. Setidaknya ada dua dugaan yang menjadi penyebab Tsunami.

Dugaan pertama, Tsunami yang cukup tinggi menerjang Teluk Palu disebabkan oleh longsoran sedimen dasar laut di kedalaman 200-300 meter. Banyak sungai yang bermuara ke Teluk Palu dengan membawa sedimen yang diendapkan di dasar laut. Namun sedimen itu belum terkonsolidasi dengan kuat ketika diterjang gempa akhirnya runtuh, longsor, dan membangkitkan tsunami.

Dugaan kedua, bagian terluar yang disebabkan karena gempa lokal yang cukup tinggi, namun Tsunami tidak sebesar longsoran di bawah laut.

Sebelumnya BMKG mencatat kekuatan gempa dengan magnitudo 7,4 SR. BMKG mengguncang Kota Palu dan Kabupaten Donggala. Akibat bencana tersebut sejumlah bangunan rusak dan arus listrik serta komunikasi di Palu lumpuh.

Hingga pukul 10.00 WIB tadi, BNPB menyebut jumlah korban meninggal di Palu mencapai 48 orang, 356 orang luka-luka, dan ribuan bangunan rusak. Sementara untuk saat ini jumlah korban di Donggala masih belum diketahui. [DAS]