Gandeng Metro Gelar Fashion Show, Cara IFS Hidupkan Ekonomi Kreatif di Masa Pandemi

Bersama Metro Pondok Indah Mal, IFS gelar fashion show di masa pandemi/Dokumentasi IFS

Koran Sulindo – Pertunjukan busana atau fashion show di masa pandemi Covid-19 menjadi salah satu cara membangkitkan ekonomi kreatif. Meski terpukul hebat sebagai dampak dari Covid-19, tak lalu membuat para pelaku industri fashion berdiam dan pasrah.

Itu yang dilakukan Italian Fashion School (IFS) pada masa pandemi ini. Untuk terus berkreasi sekolah fashion yang merujuk kepada inovasi, produk berkualitas tinggi, penjahitan sempurna dan teknik pembuatan pola fashion Italia itu mengadakan fashion show yang bekerja sama dengan Metro Department Store Indonesia Mal Pondok Indah, Jakarta pada 28 November lalu.

“Selain menjadi bagian dari program kurikulum IFS, penyelenggaraan fashion show itu untuk menggairahkan ekonomi kreatif khusus industri fashion yang terdampak wabah Covid-19.,” tutur pendiri IFS Diora Agnes dan Paska Ryanti di Jakarta.

Direktur Utama IFS, Diora menuturkan, mengutip data Bain & Company, kerugian industri fashion diperkirakan akan mencapai 60% pada tahun ini. Tentu saja ini menjadi tahun yang berat sehingga butuh gebrakan agar industri fashion terus menggeliat.

Sebelum fashion show yang digelar pada Sabtu (28/11) pekan lalu, kata Diora, pihaknya juga sudah pernah menggelar pertunjukan serupa pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara ketat di awal Covid-19 berlangsung. Kala itu, sebagai pelaku ekonomi kreatif, ia harus memunculkan ide agar industri fashion harus mampu bertahan menghadapi masa-masa sulit itu.

“Di situlah muncul ide mengadakan kegiatan yang sifatnya online. Kami mengadakan talkshow online, pembelajaran online, bahkan fashion show secara virtual. Kami juga tak menyebut ini adaptasi baru, tetapi sebuah gagasan untuk bertahan di masa Covid-19,” kata Diora.

Meski teknologi membantu, kata Diora, tidak semua aktivitas pembelajaran di IFS bisa dilakukan secara online. Karena pendidikan fashion baik itu untuk menggambar maupun membuat pola menuntut praktik langsung yang menggunakan alat-alat seperti mesin jahit yang tidak mungkin dilakukan secara online.

Kerja sama dengan Metro Pondok Indah Mal, kata Diora, merupakan fashion show pertama yang digelar IFS yang sifatnya secara langsung dan bertatap muka. Ia akan tetapi memastikan kegiatan tersebut tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Itu sebabnya promosi acara ini pun hanya dilakukan lewat media sosial dan tidak mengumumkannya secara masif kepada publik.

Acara fashion show kali ini, kata Diora, mengambil tema Twilight of Flower. Para anak didik IFS yang berkontribusi di acara ini umumnya menampilkan karya mereka yang merujuk kepada busana Geisha – salah satu tradisi unik di Jepang. Seorang Geisha di Jepang harus bisa memainkan musik dan menari serta tentu saja busananya yang unik itu.

“Itulah yang ditampilkan anak-anak didik kami pada fashion show kali ini. Ada 5 anak didik kami yang mengikuti acara ini yaitu Alisha Putri Nasution, Chory Fennia Lay, Marsella Lulu Aulia, Riska, Ruminda Sari dan Theresia Merry,” kata Diora.

Triawan Munaf (paling kiri) mantan Kepala Barekraf, Presiden IFW dan Ketua APPMI, Poppy Dharsono (kedua dari kiri), Presiden Direktur Lasalle Hariyadi Sukamdani (paling kanan) dan Direktur Utama IFS Diora Agnes (kedua dari kanan)/Dokumentasi Pribadi

Sebelum kegiatan ini, kata Diora, IFS juga bagian dari penyelenggaraan Indonesia Fashion Week (IFW) 2020 yang digelar secara virtual pada 14 hingga 15 November 2020. Seperti diungkapkan Diora, IFW yang digelar oleh Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) bertujuan untuk bangkit dan berkreasi di tengah pandemi. [KRG]