Koran Sulindo – Jumlah korban akibat gempa kuat dan tsunami di Sulawesi Tengah terus meningkat. Jumlahnya korban tewas kini telah mencapai setidaknya 1.200 orang. Jumlah itu disampaikan aparat berwenang ketika situasi di sana sedang tidak bisa dikendalikan.
Polisi menyebut ada kelompok tertentu yang memanfaatkan situasi dengan mengambil keuntungan lewat penjarahan barang-barang seperti elektronik. Itu sebabnya, kepolisian sempat melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan masyarakat yang menjarah toko elektronik di Palu.
Kota yang dekat dengan pantai dan hancur luluh lantak karena gempa berkekuatan 7,5 skala richter dan tsunami. Sekitar 200 ribu jiwa membutuhkan bantuan yang mendesak. Dari jumlah itu, PBB menyebutkan seperti dikutip Channel News Asia sebagian adalah anak-anak.
Orang-orang yang selamat harus berjuang menahan lapar dan kehausan. Pasalnya, ketersediaan makanan dan air bersih sangat terbatas. Pun rumah sakit agak kesulitan untuk merawat orang terluka karena jumlahnya terus meningkat. Polisi pada Selasa (2/10) sempat menolerir masyarakat yang selamat mengambil makanan dan minuman dari toko-toko yang ada di sekitar mereka.
Akan tetapi, kelompok masyarakat tertentu berjumlah sekitar 35 orang ada yang tertangkap mencuri komputer dan uang tunai. Wakil Kepala Kepolisian RI Ari Dono Sukmanto mengatakan, pada hari pertama dan kedua setelah bencana, jelas tidak ada toko yang buka. Warga yang selamat lantas kelaparan. Mereka begitu membutuhkan makanan dan minuman. Tindakan masyarakat mengambil makanan dan minuman dari toko akhirnya ditolerir.
Setelah hari kedua, bantuan makanan mulai datang dan hanya tinggal masalah penyalurannya. Itu sebabnya, kata Ari, pihaknya akan menindak tegas orang-orang yang memanfaatkan situasi untuk mendapatkan keuntungan dari bencana ini. “Ada yang berupaya menggondol ATM. Jika orang mencuri, kami akan menangkap dan menyelidikinya,” kata Ari.
Kendati pemerintah memberi jaminan, ada banyak korban yang selamat mulai tampak putus asa di Kota Palu. Mereka tampak mencari barang-barang yang tertimbun puing-puing yang bisa diselamatkan. Sebagian lagi tampak meriung di dekat kabel listrik dan bangunan yang masih memiliki penerangan. Sementara, sebagian masyarakat tampak mengantre untuk mendapatkan air, uang tunai atau bahan bakar minyak yang dijaga ketat pihak kepolisian.
Salah satu warga, Burhanuddin Aid Masse, 48, mengatakan, walau Presiden Joko Widodo telah menginjakkan kakinya di Palu, masyarakat tampaknya masih kekurangan bahan pangan dan air bersih. Upaya penyelamatan dan evakuasi tampaknya masih lambat karena kurangnya alat berat, jalur transportasi yang terputus, skala kerusakan yang begitu masif. Juga karena keengganan pemerintah Indonesia menerima bantuan asing.
Ini seolah-olah menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia gagap dalam menghadapi bencana terutama bencana gempa dimana Indonesia memang rentan terhadap itu. Pada Selasa (2/10) ini, misalnya, gempa berkekuatan menengah melanda Sumba yang berjarak ratusan kilometer dari Palu. Jumlah korban tewas kini dilaporkan mencapai sekitar 1.234 jiwa. [KRG]