Jika membahas tentang sejarah Jepang di Indonesia, rasanya tidak akan ada habisnya. Dalam sejarah pendudukan Jepang di Indonesia, tak hanya kaum pria yang dimobilisasi untuk mendukung kebutuhan perang. Perempuan pun menjadi bagian dari strategi besar Jepang dalam mengamankan kepentingannya di Asia Pasifik.
Melalui pembentukan organisasi-organisasi seperti Fujinkai, pemerintah pendudukan Jepang menggerakkan tenaga wanita untuk berbagai peran, mulai dari tugas sosial hingga pelatihan militer sederhana. Namun, di balik bayang-bayang penjajahan, ada kisah transformasi yang unik—sebuah organisasi yang awalnya dirancang untuk kepentingan perang Jepang, ternyata mampu menjadi batu loncatan bagi pergerakan wanita di Indonesia. Apa peran dan warisan Fujinkai dalam sejarah bangsa kita? Mari kita telusuri lebih dalam.
Anggota dan Tahun Aktif
Fujinkai adalah sebuah organisasi wanita yang didirikan oleh pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia pada bulan Agustus 1943. Nama “Fujinkai” berasal dari bahasa Jepang yang berarti “perkumpulan wanita”. Organisasi ini dibentuk sebagai bagian dari strategi Jepang untuk memobilisasi masyarakat Indonesia, termasuk kaum wanita, dalam mendukung upaya perang Jepang melawan Sekutu di Asia Pasifik.
Pembentukan Fujinkai tidak terlepas dari sejarah pembubaran organisasi Poetera, yang sebelumnya memiliki bagian khusus untuk wanita. Setelah Poetera dibubarkan, pemerintah Jepang mengalihkan anggota wanita ke dalam Fujinkai. Mengutip beberapa sumber, inspirasi organisasi ini datang dari Dai Nippon Fujinkai di Jepang, yang memiliki anggota mencapai 15 juta orang dan memainkan peran penting dalam mendukung perang total Jepang.
Fujinkai menerima keanggotaan dari wanita berusia 15 tahun ke atas, termasuk gadis-gadis muda dan ibu rumah tangga. Organisasi ini aktif dari tahun 1943 hingga 1945. Para anggota dilatih dalam berbagai keterampilan, termasuk pelatihan militer sederhana, untuk membantu mendukung kebutuhan perang Jepang.
Struktur organisasi Fujinkai mencakup tingkat pusat hingga daerah. Pemimpin di tingkat daerah biasanya adalah istri pejabat pemerintah setempat. Anggota Fujinkai juga terlibat dalam berbagai tugas yang diarahkan oleh pemerintah pendudukan Jepang.
Tugas dan Fungsi Fujinkai
Fujinkai memiliki berbagai tugas utama yang dirancang untuk mendukung kebutuhan perang Jepang, antara lain:
1. Memobilisasi Tenaga Wanita: Mengorganisasi kaum wanita untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang mendukung kepentingan perang Jepang, seperti pelatihan militer dan penyuluhan.
2. Peningkatan Kesejahteraan dan Kesehatan: Mengadakan program kesehatan, kursus keterampilan, dan membentuk dapur umum untuk membantu masyarakat menghadapi kesulitan hidup.
3. Pengumpulan Dana dan Sumber Daya: Menggalang dana, bahan makanan, dan pakaian untuk kebutuhan perang. Di beberapa tempat, seperti Surabaya, anggota Fujinkai bahkan mengumpulkan pakaian dari karung goni untuk membantu pekerja romusha.
4. Penyuluhan dan Propaganda: Menyampaikan kampanye kesehatan dan propaganda kebijakan Jepang kepada masyarakat.
5. Kegiatan Sosial dan Budaya: Menyelenggarakan perayaan hari-hari besar Jepang, lomba keterampilan rumah tangga, dan kegiatan lainnya.
Di masa perang Pasifik, Fujinkai juga membentuk Barisan Srikandi, sebuah unit wanita yang dilatih untuk diterjunkan ke medan perang sebagai bagian dari dukungan militer.
Masa Berakhirnya Fujinkai
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Fujinkai mulai kehilangan relevansi. Proses pembubaran organisasi ini berlangsung bertahap dan secara resmi disahkan dalam kongres pembubaran pada 16 Desember 1945. Aset-aset Fujinkai dialihkan ke pemerintah Indonesia yang baru terbentuk atau ke organisasi wanita baru.
Uniknya, meskipun Fujinkai awalnya merupakan alat penjajahan Jepang, pengalaman yang diperoleh para anggotanya memberikan kontribusi penting bagi perkembangan pergerakan wanita Indonesia. Banyak mantan anggota Fujinkai yang terlibat dalam pembangunan bangsa setelah kemerdekaan.
Tokoh-tokoh wanita yang lahir dari Fujinkai menggunakan keterampilan dan jaringan mereka untuk membela negara. Mereka lebih memilih memanfaatkan pelatihan militer yang diperoleh untuk mendukung perjuangan kemerdekaan. Setelah Fujinkai dibubarkan, sebagian anggotanya mendirikan organisasi baru seperti Persatuan Wanita Indonesia (PERWARI). PERWARI berperan aktif dalam mendukung kemerdekaan Indonesia dengan mengibarkan bendera Merah Putih, mengenakan lencana merah putih, dan membantu Komite Nasional Indonesia di berbagai daerah.
Fujinkai adalah salah satu contoh bagaimana organisasi bentukan penjajah dapat memberikan dampak positif yang tidak terduga. Meskipun awalnya dibentuk untuk kepentingan perang Jepang, Fujinkai menjadi wadah yang melahirkan tokoh-tokoh wanita yang berkontribusi bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Fujinkai juga menjadi salah satu bagian dari sejarah pergerakan wanita di tanah air.