FPR dan ILPS Indonesia Mengecam Keras Serangan AS ke Suriah

Front Perjuangan Rakyat (FPR) bersama ILPS Indonesia mengecam keras serangan AS ke suriah [Foto: FPR]

Koran Sulindo – Front Perjuangan Rakyat bersama dengan Liga Perjuangan Rakyat Internasional (ILPS) Indonesia mengecam keras serangan militer Amerika Serikat (AS) dan sekutunya ke Suriah. Terlebih serangan tersebut sama sekali tidak berdasar karena menuduh pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia yang belum pernah terbuktikan hingga hari ini.

Koordinator FPR Rudi HB Daman mengatakan, AS melakukan serangan itu bersama Inggris, Prancis dan Kanada. Juga mendapat dukungan dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Imperialis AS, lanjut Rudi, menembakkan lebih dari 100 rudal dengan menghantam tiga sasaran yaitu pusat riset ilmiah di Damaskus, tempat yang diduga sebagai gudang senjata kimia di Homs bagian barat dan pos-pos komando lainnya.

Menurut Rudi, serangan agresi tersebut merupakan bagian dari sejarah panjang perang proxy yang hingga saat ini terus dilawan rakyat Suriah. Imperialis AS terus berupaya selama lebih dari tujuh tahun ini berkampeny untuk mengganti rezim. “Kampanye dan seluruh tindakannya tersebut juga mendapat dukungan dari negeri bonekanya seperti Arab Saudi, Turki dan Israel,” tutur Rudi dalam keterangan resminya di Jakarta pada Selasa (17/4).

Berdasarkan fakta tersebut, kata Rudi, propaganda dan seluruh upaya militer untuk menentang pemerintahan Bashar al-Assad bukan demi misa kemanusiaan dan pembebasan rakyat. Imperialis AS ingin memastikan pergantian rezim dengan menempatkan bonekanya yang tunduk serta patuh. Usaha tersebut bahkan mendukung dan mempersenjatai grup-grup terorisme seperti Al-Nusra dan Al-Qaeda.

Merasa tidak cukup dengan itu, agar kondisi Suriah tidak stabil, imperialis AS bahkan menempuh dengan cara agresi. Tujuannya upaya untuk menancapkan kakinya demi melakukan eksploitasi di Suriah. Rakyat telah melihat secara jelas hasil perang agresi dengan modus atas nama rakyat berujung hanya penghancuran negeri-negeri yang ada.

Semisal, Libya pada 2011 yang diinvasi hingga hancur dan kini kekayaan alamnya seperti minyak, air dan lain sebagainya dibagi-dbagi oleh kekuatan imperialis. Hal serupa juga melanda Afganistan, Somalia, Yaman, Irak, dan berbagai negeri lainnya. Semua itu dijalankan dengan dalih menegakan demokrasi.

“Namun hal itu adalah tipu muslihat dari imperialis AS. Imperialis AS bersama dengan sekutunya menyebutkan bahwa penggunaan senjata kimia yang dilakukan oleh pemerintah Assad adalah kemunafikan,” Rudi menambahkan.

Faktanya, kata Rudi, dari seluruh konflik yang terjadi justru AS merupakan aktor utama. Semisal, pasokan AS terhadap Arab Saudi dalam bentuk senjata fosfor putih dan senjata lainnya yang digunakan untuk menyerang serta menghujani rakyat di Yaman. Begitu juga dengan bantuan kapal AS terhadap Saudi yang memblokade dan membuat rakyat Yaman kelaparan.

Pun demikian di Turki. Imperialis AS tidak melakukan apapun terhadap rezim fasis Recep Tayyip Erdogan yang terus melakukan serangan militer terhadap rakyat Kurdi di Afrin dan tempat lainnya. Imperialis AS justru terus memberikan bantuan persenjataan terhadap Israel yang digunakan untuk menyerang rakyat di Gaza.

Itu kian menegaskan tidak ada motif perdamaian sama sekali dalam setiap serangan maupun provokasi yang dilakukan imperialis AS beserta sekutunya. Seluruhnya adalah upaya untuk terus memperluas kekuasaan dan diktenya di berbagai negeri. Inilah yang sesungguhnya menjadi ancaman terbesar bagi rakyat di seluruh negeri: teroris nomor satu di dunia adalah imperialis AS!

Berdasarkan itu, FPR bersama ILPS Indonesia bersikap mengecam keras serangan AS terhadap rakyat Suriah. Mendesak AS untuk menghentikan seluruh perang agresi, provokasi dan intervensi imperialis AS terhadap negeri dan rakyat Suriah. Mendukung kedaulatan bangsa dan rakyat Suriah yang bebas dari intervensi negeri-negeri imperialis dalam menentukan nasib sendiri dan masa depannya.

Terakhir, menyerukan solidaritas rakyat tertindas dan mendukung bangkitnya rakyat Suriah dan rakyat seluruh dunia untuk melawan perang agresi, provokasi, dan seluruh intervensi imperialis AS. [KRG]