Flu Spanyol 1918: Mulai di Kamp Militer AS, Menyebar karena Sensor Pemerintah

Tentara AS yang tertular Flu Spanyol dirawat di bangsal rumah sakit di Camp Funston, Kansas. Salah satu faktor penyebaran penyakit ini adalah sensor oleh pemerintah. (Sumber: Wikimedia Commons)

Flu Spanyol (Spanish Flu) adalah pandemi global yang terjadi pada tahun 1918, mendekati akhir Perang Dunia 1. Banyak orang secara keliru mengira penyakit ini bermula di Spanyol. Kenyataannya, penyakit ini pertama terjadi di Amerika Serikat.

Para peneliti percaya salah satu kasus pertama yang tercatat adalah pada tanggal 11 Maret 1918, di Fort Riley di Kansas. Ada juga yang mengatakan bahwa juru masak Angkatan Darat AS Tamtama Albert Gitchell dari Fort Riley, Kansas menjadi kasus militer pertama yang terdokumentasikan pada 4 Maret.

Merangkum dari Historic America, Gitchell masuk rumah sakit di Camp Funston di Fort Riley, Kansas dengan gejala seperti flu atau pilek, yaitu sakit tenggorokan, demam, dan sakit kepala. Menjelang sore, sekitar seratus orang lainnya melaporkan merasa tidak enak badan dengan gejala yang sama.

Seminggu setelah Tamtama Gitchell jatuh sakit, jumlah orang yang tertular penyakit itu lima kali lebih banyak. Hanya dalam waktu sebulan, lebih dari seribu tentara terinfeksi dan sekitar 50 di antaranya meninggal.

Penyebaran

Kamp-kamp militer yang penuh sesak, yang menampung hingga satu juta rekrutan untuk upaya perang AS, menjdi tempat di mana infeksi menyebar dengan mudah.

Adapun Camp Funston adalah fasilitas pelatihan terbesar Angkatan Darat AS, dengan masing-masing barak menampung 250 orang. Para prajurit datang ke kamp dari seluruh Midwest dan daerah sekitarnya. 50.000 orang tinggal di kamp dalam jarak dekat.

Flu Spanyol memburuk di seluruh Amerika Serikat dan menyebar ke Eropa melalui Perang Dunia 1. Lebih dari 84.000 prajurit Amerika dikirim ke parit-parit pada bulan Maret 1918 dan 118.000 prajurit lainnya menyusul pada bulan April 1918.

Penyakit itu segera menyebar ke seluruh parit dan ke garis pertahanan Jerman, menyerang pasukan Jerman selama musim panas tahun 1918. Ketika perang mendekati akhir, banyak para prajurit Amerika kembali ke negaranya, menyebabkan gelombang kedua yang lebih mematikan.

Gelombang kedua Flu Spanyol juga dimulai di kamp militer, yaitu Camp Devens di luar Boston. Pada akhir September 1918, lebih dari seperempat populasi kamp telah tertular penyakit tersebut.

Norman Roy Grist, seorang dokter di Camp Devens selama wabah, bekerja 16 jam sehari, menyaksikan pasien dengan sangat cepat terkena pneumonia. Flu Spanyol terkenal membuat kulit penderitanya berubah biru atau ungu akibat kekurangan oksigen dalam darah.

Beberapa kasus yang dilihat Grist menjadi sangat buruk sehingga dia melaporkan sulit untuk membedakan orang kulit berwarna dari orang kulit putih.

Penyensoran

Bulan Oktober 1918 merupakan bulan paling mematikan di Amerika Serikat karena lebih dari 195.000 warganya meninggal akibat Flu Spanyol.

Ini merupakan jumlah tertinggi sepanjang pandemi tahun 1918. Perang Dunia 1 menyebabkan kekurangan staf yang serius di rumah sakit sipil, karena banyak pekerja perawatan kesehatan telah dikerahkan ke luar negeri atau ke kamp militer.

Sekitar setengah dari semua profesional medis di bawah usia 45 tahun direkrut untuk membantu upaya perang. Lebih jauh lagi, meskipun perang telah bergerak menuju akhir, gencatan senjata resmi belum terjadi hingga November 1918.

Yang lebih parah adalah pemerintah Amerika Serikat memberlakukan undang-undang sensor yang ketat demi menjaga moral pasukan selama perang. Presiden Woodrow Wilson membentuk Komite Informasi Publik dan mendesak Kongres untuk meloloskan Undang-Undang Penghasutan tahun 1918.

Undang-undang ini melarang warga AS mengucapkan, mencetak, menulis, atau menerbitkan kritik terhadap bentuk pemerintahan Amerika Serikat. Undang-undang ini juga melarang warga mendesak, menghasut, atau menganjurkan pembatasan produksi.

Pada saat yang sama, kampanye pemerintah mendesak warga untuk melaporkan siapa pun yang menyebarkan cerita pesimistis, menyerukan perdamaian, atau meremehkan upaya untuk memenangkan perang ke Departemen Kehakiman.

Penyensoran oleh pemerintahan Wilson mengakibatkan media AS sangat meremehkan penyebaran Flu Spanyol. Banyak pejabat kesehatan meremehkan sifat mematikannya karena anggapan bahwa penyakit itu jarang menewaskan penderitanya.

Asal Usul Flu Spanyol

Pengobatan di AS hampir tidak dimodernisasi pada tahun 1918. Banyak dokter pada saat itu masih percaya Flu Spanyol disebabkan oleh “miasma” atau emisi dan asap beracun.

Mikroskop pada saat itu juga tidak dapat melihat virus yang sangat kecil. Atas alasan ini, banyak orang kesulitan melacak asal usul Flu Spanyol. Namun dengan menggunakan bukti epidemiologi yang tersedia serta catatan sejarah, para ilmuwan mampu mengetahui lokasi awal wabah.

Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa Flu Spanyol dapat ditelusuri kembali ke wabah penyakit pernapasan tahun 1916 di kamp Angkatan Darat Inggris di Prancis, sementara yang lain percaya bahwa wabah flu di China atau Vietnam tahun 1917 sebenarnya merupakan penyebabnya.

Akan tetapi, bukti yang paling meyakinkan menunjukkan bahwa pandemi ini bermula di Amerika Serikat. Jejak penyebaran ditemukan di Haskell County ke Fort Riley, lalu berlanjut ke negara-negara lain.

Flu Spanyol juga diyakini berasal dari kandang burung atau babi. Pada masa itu, banyak petani di Haskell County yang beternak babi. Daerah tersebut juga berada di jalur migrasi sekitar 17 spesies burung yang berbeda. Dengan kata lain, Flu Spanyol mungkin pertama kali muncul pada kedua hewan itu sebelum berpindah ke manusia. Namun ini juga masih diperdebatkan.

Flu Spanyol menewaskan sekitar 50 juta orang. Angka ini jauh melampaui korban Perang Dunia 1, yaitu sekitar 16 juta nyawa. [BP]