Ilustrasi suku Sunda (Foto: Getty Images/Yamtono_Sardi)
Ilustrasi suku Sunda (Foto: Getty Images/Yamtono_Sardi)

Di tengah arus globalisasi yang terus menggerus nilai-nilai lokal, penting bagi setiap masyarakat untuk kembali menengok akar budayanya sebagai landasan dalam membangun karakter dan jati diri bangsa. Salah satu contoh nyata dari kearifan lokal yang masih terjaga dan relevan hingga kini adalah filosofi hidup masyarakat Sunda. Di balik kelembutan tutur kata dan keramahan sikapnya, tersimpan nilai-nilai luhur yang membentuk cara pandang dan perilaku orang Sunda dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Suku Sunda, sebagai suku terbesar kedua di Indonesia setelah suku Jawa, memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakatnya. Tidak hanya dikenal karena keindahan alam Tatar Sunda dan kekayaan seni budayanya, orang Sunda juga terkenal dengan keramahannya. Ciri khas ini tercermin dalam ungkapan yang sangat populer di masyarakat, yaitu:

“Orang Sunda mah someah jeung hade ka semah”, yang berarti bahwa orang Sunda itu ramah dan baik hati kepada tamu maupun sesama.

Namun, di balik sikap ramah itu, terdapat filosofi hidup yang menjadi panduan moral dan sosial masyarakat Sunda. Filosofi tersebut dirangkum dalam lima nilai utama yang dikenal dengan istilah: Cageur, Bageur, Bener, Pinter, Lembur. Kelima nilai ini mencerminkan panduan hidup ideal yang menekankan keseimbangan jasmani, rohani, dan sosial. Mengutip berbagai sumber, berikut penjelasan dari masing-masing filosofi:

1. Cageur (Sehat)

Cageur bukan sekadar bebas dari penyakit, tetapi juga mencakup kesehatan fisik, mental, dan sosial. Orang Sunda percaya bahwa tubuh yang sehat dan pikiran yang jernih adalah fondasi utama untuk menjalani kehidupan yang produktif dan harmonis. Dengan menjaga kesehatan, seseorang dapat lebih optimal dalam berkontribusi bagi keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya.

2. Bageur (Baik)

Bageur mengandung makna kebaikan hati, empati, dan kepedulian terhadap sesama. Seseorang yang bageur tidak hanya berperilaku sopan, tetapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Nilai ini erat kaitannya dengan prinsip luhur “silih asah, silih asih, silih asuh”—saling mengasah (meningkatkan pengetahuan), saling mengasihi, dan saling membimbing dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Bener (Benar)

Bener menekankan pada integritas dan kejujuran dalam setiap aspek kehidupan. Orang yang bener selalu bertindak sesuai kebenaran, baik menurut hukum, norma sosial, maupun ajaran agama. Dalam budaya Sunda, nilai ini sangat dijunjung tinggi sebagai landasan dalam membina hubungan sosial yang harmonis dan adil.

4. Pinter (Pintar)

Nilai ini merujuk pada kecerdasan yang dibarengi dengan kebijaksanaan. Seorang yang pinter tidak hanya cakap dalam berpikir, tetapi juga mampu menerapkan pengetahuannya untuk kebaikan bersama. Dalam konteks modern, nilai ini sangat relevan untuk mendorong generasi muda agar terus belajar, berpikir kritis, dan inovatif.

5. Lembur (Kerja Keras)

Lembur dalam bahasa Sunda memiliki arti kampung atau desa, namun dalam konteks filosofi ini lebih dimaknai sebagai etos kerja keras dan dedikasi tinggi. Nilai ini mencerminkan semangat orang Sunda untuk terus berusaha mencapai tujuan hidup, tanpa melupakan nilai-nilai moral dan spiritual yang menjadi fondasi kehidupan.

Filosofi Cageur, Bageur, Bener, Pinter, Lembur bukan hanya warisan budaya semata, tetapi juga merupakan pedoman hidup yang masih sangat relevan di era modern. Nilai-nilai ini dapat menjadi dasar dalam pembentukan karakter generasi muda Indonesia agar tumbuh menjadi individu yang sehat, bermoral baik, jujur, cerdas, dan pekerja keras.

Dengan memegang teguh nilai-nilai ini, masyarakat Sunda tidak hanya menjaga identitas budayanya, tetapi juga turut membentuk wajah Indonesia yang penuh toleransi, etika, dan semangat gotong royong. [UN]