Filosofi di Balik Seni Ukir dan Tenun Tradisional

Salah satu kios penjual oleh oleh khas Kalimantan di Samarinda Kalimantan Timur. (foto: Sulindo/Iqyanut Taufik)

Seni ukir dan tenun menjadi karya yang tersebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kekayaan budaya Indonesia memang telah di akui Unesco, baik itu warisan budaya material, warisan budaya tak benda, atau warisan budaya lainya. Berbagai karya seni budaya seperti seni musik tradisional, seni ukir, batik, tenun, bahkan kuliner banyak yang sudah tercatat sebagai warisan budaya oleh Unesco.

Salah satu kesenian yang sarat akan makna simbolis dan filosofinya adalah seni tenun. Makna simbolis dan filosofis disetiap daerah pasti akan berbeda karena masing-masing memiliki khas yang mencerminkan identitas budayanya. Motif dan warna yang terdapat pada tenun biasanya mewakili status sosial, momen penting dalam kehidupan ataupun cerita turun temurun.

Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur

Motif kain tenun ikat dari Nusa Tenggara Timur seringkali menggambarkan kekayaan alam, seperti penggambaran flora dan fauna yang khas diwilyah tersebut. Selain estetis, motif ini juga menggambarkan keharmonisan masyarakat dengan alam. Di beberapa daerah seperti Sumba, tenun digunakan dalam upacara adat sebagai simbol kemuliaan, kemakmuran dan keberanian.

Songket Sumatera

Kain dengan ciri khas menggunakan benang emas dan perak, terutama di daerah Sumatera Barat dan Palembang  ini biasanya digunakan dalam upacara adat dan perayaan. Penggunnaan benang emas dan perak ini menciptakan kesan mewah dan agung, serta melambangkan kemakmuran. Motif geometris dan bunga-bunga dipercaya memiliki makna religius atau makna spiritual yang dalam.

Seni Ukir Tradisional

Selain memiliki bentuk ukiran yang menarik, seni ukir tradisional juga memiliki makna filosofis dan spiritual yang dalam yang erat kaitannya dengan nilai-nilai masyarakatnya. Pola-pola yang tergambar dari setiap ukiran biasanya melambangkan hal-hal tertentu, berbeda beda disetiap daerah.

Patung Dayak yang terbuat dari kayu yang terdapat di pusat oleh-oleh di Samarinda

Ukiran khas Dayak Kalimantan

Ukiran Dayak terkenal dari pola-pola spiral dan bentuk hewan yang terdapat di setiap rumah adat masyarakat Dayak. Pola ini juga terdapat disetiap perisai dan selongsong untuk tempat Mandau atau Podang Iban senjata khas suku Dayak dan Dayak Iban. Mandau sendiri merupakan senjata pertahanan dan lambang keberanian yang sudah digunakan secara turun temurun. Pola spiral sendiri melambangkan siklus kehidupan dan motif hewan merupakan penggambaran kekuatan spiritual atau pelindung bagi pemiliknya.

Seni Ukir Jepara

Jepara memang dikenal sebagai pusat seni ukir kayu di Indonesia dan ukiran khas Jepara terkenal juga dengan kerumitannya. Motif ukiran Jepara seringkali menggunakan motif bunga teratai, sulur-sulur ataupun motif daun yang melambangkan kemurnian, keharmonisan dan keindahan. Seni ukir Jepara umumnya diterapkan pada furniture, dan elemen arsitektur seperti: pintu, jendela, kursi, untuk memberikan kesaan agung.

Seni ukir dan tenun merupakan alat ekspresi budaya yang memainkan peran penting bagi kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Seni ini sudah diwarisakan secara turun temurun dari generasi ke generasi sebagai bagian dari identitas budaya yang kuat. Setiap motif tersimpan kisah, harapan, doa, atau pesan moral bagi masyarakat Indonesia. [IQT]