MARK ELLIOT ZUCKERBERG yang merupakan co-founder dan CEO Facebook dikecam banyak pihak akibat penyalahgunaan data 50 juta pengguna Facebook oleh Cambridge Analityca, lembaga konsultasi politik yang disewa Trump untuk kampanye pada Pemilihan Presiden 2016. Pada Senin lalu itu (26/3), Facebook diinvestigasi oleh Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat. Seiring dengan itu, Pemerintah Kerajaan Inggris juga sedang melakukan penelitian terhadap Facebook terkait masalah tersebut.

Diakui Facebook, pihaknya telah menyadari dan mempelajari masalah penyalahgunaan data sejak tahun 2015, tapi belum sempat memberitahukan masalah ini ke publik sampai muncul laporan berita dari The Observer dan The New York Times, awal Maret lalu. Kendati demikian, pihak Facebook sampai sekarang belum juga mengakui kesalahan mereka dan belum meminta maaf pula. Zuckerberg cuma mengatakan, “Kami punya tanggung jawab melindungi data kalian. Jika kami gagal, kami tidak layak memberikan pelayanan.”

Sementara itu, Apple telah mengambil pendekatan untuk memperketat privasi, urusan yang pernah membuat frustrasi beberapa otoritas di AS. Misalnya pada tahun 2015, ketika terjadi penembakan massal di San Bernardino, California, Apple menolak permintaan FBI untuk membuka kunci iPhone dari salah satu pelaku. Penolakan ini menimbulkan perdebatan hukum tingkat tinggi.

Menurut Apple, membuka kunci iPhone pelaku membutuhkan perangkat lunak penulisan yang dapat merusak fitur keamanan produk untuk semua penggunanya. Akhirnya, Departemen Kehakiman AS menemukan cara untuk membuka kunci perangkat tanpa bantuan Apple.

Waktu ditanya apa yang akan dia lakukan jika sedang menghadapi masalah yang dihadapi Mark Zuckerberg, Tim Cook mengatakan: “Saya tidak akan berada dalam situasi ini.”  [RAF]