Trem bertuliskan slogan "Up! Republic Indonesia" di Jakarta tahun 1950. (KITLV via Premium Historia).

Sebelum era modern dengan berbagai pilihan transportasi canggih seperti MRT, LRT, dan Transjakarta, masyarakat di kota-kota besar di Indonesia pernah menikmati layanan trem sebagai alat transportasi utama. Dari jalur yang membelah jantung kota hingga suara gemuruh roda besinya di atas rel, trem menjadi bagian dari sejarah panjang mobilitas urban di Jakarta dan Surabaya.

Namun, seiring waktu, trem mengalami pasang surut hingga akhirnya digantikan oleh moda transportasi yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Bagaimana perjalanan trem dari masa ke masa? Dirangkum dari berbagai sumber, mari kita telusuri jejaknya dari awal kemunculannya hingga transisi menuju sistem transportasi modern.

Trem merupakan salah satu moda transportasi massal pertama yang hadir di Indonesia, khususnya di Jakarta dan Surabaya. Sejak pertama kali dioperasikan pada tahun 1869 di Batavia (sekarang Jakarta), trem menjadi alat transportasi yang sangat membantu mobilitas masyarakat. Namun, seiring perkembangan zaman dan munculnya moda transportasi lain, trem akhirnya dihentikan dan digantikan oleh sistem transportasi yang lebih modern.

Trem di Jakarta

Trem pertama kali hadir di Batavia dengan beberapa jalur operasional, seperti:

a. Jatinegara – Matraman – Pasar Senen – Ancol

b. Pasar Senen – Lapangan Banteng – Pasar Baru – Harmoni – Kota – Pasar Ikan

c. Kemayoran – Pasar Baru – Harmoni – Tanah Abang

Trem Berkuda (1869–1881)

Trem berkuda merupakan trem generasi pertama yang dioperasikan di Jakarta. Trem ini menggunakan tenaga empat ekor kuda untuk menarik gerbong yang dapat mengangkut sekitar 40 penumpang. Namun, usia trem berkuda tidak berlangsung lama, hanya sekitar 12 tahun, karena banyak kuda yang mengalami kelelahan akibat rute panjang yang harus ditempuh. Akhirnya, trem berkuda digantikan oleh trem uap.

Trem Uap (1881–1901)

Pada tahun 1881, trem uap mulai beroperasi di Jakarta. Moda transportasi ini menggunakan lokomotif dengan tenaga ketel uap dan batu bara. Trem uap ini dikelola oleh perusahaan Nederlandsch-Indische Tramweg Maatschappij dan beroperasi selama kurang lebih 20 tahun sebelum akhirnya digantikan oleh trem listrik.

Trem Listrik (1901–1960)

Dengan kemajuan teknologi, trem uap digantikan oleh trem listrik yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Namun, trem listrik akhirnya dihapuskan pada tahun 1960 karena dianggap tidak lagi sesuai dengan kondisi lalu lintas di Jakarta yang semakin padat. Sebagai gantinya, pemerintah mulai mengembangkan moda transportasi berbasis bus, yang lebih fleksibel dalam menghadapi perkembangan kota.

Trem di Surabaya

Selain Jakarta, trem juga berkembang di Surabaya pada era kolonial Belanda. Trem di kota ini mulai beroperasi pada abad ke-19 dan dikelola oleh Ooster Java Stoomtram Maatschappij (OJS). Pada tahun 1889, trem mulai beroperasi dengan tiga jalur utama:

a. Ujung – Sepanjang

b. Mojokerto – Ngoro

c. Gemekan – Dinoyo

Seiring berjalannya waktu, jalur trem semakin berkembang hingga mencakup bagian barat pusat kota. Trem menjadi alat transportasi yang sangat populer, bahkan pada tahun 1927 tercatat 11,4 juta penumpang menggunakan trem listrik dan 5,2 juta menggunakan trem uap. Namun, kehadiran transportasi lain seperti bus, mobil, dan taksi mulai menggeser eksistensi trem.

Setelah Indonesia merdeka, trem dan kereta api diambil alih oleh pemerintah melalui Djawatan Kereta Api. Saat itu, diberlakukan pembagian kelas dengan harga tiket yang berbeda, yaitu kelas I seharga 15 sen dan kelas II seharga 10 sen. Sayangnya, kondisi ini justru mempercepat kemunduran trem, hingga akhirnya trem di Surabaya berhenti beroperasi pada tahun 1970.

Dari Trem ke Transjakarta

Meskipun trem tidak lagi beroperasi di Indonesia, pemerintah terus berupaya meningkatkan sistem transportasi massal. Salah satu inovasi modern yang lahir adalah Transjakarta, sistem Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara yang mulai beroperasi sejak 2004.

Transjakarta menjadi solusi transportasi yang lebih efisien dan mampu mengatasi kemacetan dengan menyediakan jalur khusus bagi bus. Seiring berjalannya waktu, layanan Transjakarta terus berkembang, tidak hanya melayani perjalanan di dalam Jakarta, tetapi juga menjangkau wilayah megapolitan Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi).

Untuk memenuhi kebutuhan transportasi yang semakin tinggi, Transjakarta menyediakan layanan integrasi berupa bus pengumpan dan bus pendukung yang menjangkau area yang tidak dilalui moda transportasi publik lainnya. Kini, Transjakarta telah berkembang menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan terus menambah armada sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Perjalanan trem di Indonesia mencerminkan perubahan sistem transportasi yang mengikuti perkembangan zaman. Dari trem berkuda, uap, listrik, hingga beralih ke sistem bus modern seperti Transjakarta, semua merupakan bagian dari evolusi transportasi yang terus beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat. Keberadaan Transjakarta saat ini menjadi wujud nyata dari pengelolaan transportasi publik yang lebih terpadu dan efisien di Jakarta. [UN]