Ilustrasi/ICAD

Koran Sulindo – Betawi memiliki banyak keunikan budaya dan tradisi turun temurun. Secara biologis, masyarakat Betawi sebagai salah satu suku di Indonesia yang multikultur ini berasal dari kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Mungkin itu salah satu alasan Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) dan Pemprov DKI Jakarta, mencoba mengangkat budaya dan tradisi Betawi ke dunia luar.

Tahun lalu, ICAD mengangkat budaya Jawa “Java Blues”. Tahun ini tema yang ditawarkan adalah ‘Essential Jakarta’ yang April nanti akan dibawa ke Super Design Show, bagian dari perhelatan desain terbesar di dunia, Milan Design Week 2019 di Superstodio Più, Zona Tortona, Milan, Italia, April nanti,

Kelak pengunjung di pusat mode dunia itu dapat menemui desain produk yang mengusung bentuk salah satu ikon Betawi, yang disampaikan melalui seni tradisional pertunjukan tari yang dikolaborasikan dengan mapping, serta mode yang menggunakan motif dan bentuk yang terinspirasi dari sejarah Betawi.

Terdapat 8 ikon betawi yang diangkat, yaitu ondel-ondel, kembang kelapa, ornamen gigi balang, baju sadariah, kebaya kerancang, batik Betawi, Kerak Telor, dan Bir Pletok. Sedangkan untuk kuliner, selama pameran pengunjung disuguhi gado-gado dan Soto Betawi.

Sejumlah karya desain kontemporer hasil kolaborasi dari berbagai seniman dan desainer Indonesia pilihan di bidang seni musik, fashion (mode), seni pertunjukan, desain, dan arsitektur, sudah dipilih berdasar kurasi firma desain interior dan arsitektur Artura. Bertindak sebagai kurator adalah Diana Nazir dan Itjuk, serta pengarah artistik Andika Frestian.

Desainer dan seniman yang terpilih adalah Aloysius Baskoro Junianto (desain produk), Ayang Kalake (fotografi), Danton Sihombing (desain grafis), Du’Anyam (desain produk), Eldwin Pradipta (mapping), Felicia Budi (fesyen), Pala Nusantara (desain produk), Savira Lavinia (fesyen), Studio Dapur (desain produk), Tommy Ambiyo (desain produk).

Pendiri Artura, Diana Nazir, mengatakan tujuan ICAD dalam acara itu untuk mempromosikan karya-karya dari pelaku kreatif Indonesia, yang berani mendorong batasan dan menghadapi tantangan persepsi dalam desain kontemporer.

“Ini tahun ke-10 ICAD menggelar pameran. Pameran tahun ini ternyata cukup disupport sama temen-temen. Dan, ada support yang luar biasa dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI,” kata Diana, di Jakarta, Senin (25/3/2019), melalui rilis media.

Di atas pavilun seluas 200 meter persegi yang tersedia nanti, ICAD mengeksplorasi bagaimana ikon-ikon tradisional Betawi tersebut berhasil beradaptasi dengan modernitas yang relevan dalam kehidupan modern.

Menurut inisiator ICAD, Edwin Nazir, ini merupakan kali kedua ICAD ikut serta di ajang Superdesign Show itu dan menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia yang berhasil lolos mengikuti Milan Design Week tahun lalu.

Sementara kurator ICAD, Itjuk, mengatakan ICAD mengeksplorasi bagaimana ikon-ikon tradisional Betawi berhasil beradaptasi dengan modernitas.

Pameran desain dan arsitektur di Superstudio Piu dimulai sejak tahun 2000 dalam rangka menampilkan ide-ide terpilih oleh desainer terbaik dari seluruh dunia. Selama 18 tahun terakhir, kegiatan ini telah berlangsung dengan sukses, dan telah tumbuh menjadi acara yang dihargai secara internasional.

‘Essential Jakarta’ didukung oleh Perumda Pasar Jaya, Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Kedutaan Besar Italia, dan Institut Kebudayaan Italia.

“Kami akan memanfaatkan sekali event ini sebagai salah satu media promosi pariwisata Jakarta ke manca negara. Karena baru pertama kali, DKI Jakarta berpartisipasi dalam Milan Design Week yang merupakan perhelatan pameran seni kontemporer terbesar dan tertua di dunia. Setidaknya dari event ini, bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan manca negara yang tahun ini ditargertkan sebanyak 2,9 juta orang,” kata Kepala Seksi Promosi Luar Negeri, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Sherly Yuliana. [DAS]