Koran Sulindo – Setelah pelemahan lira, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memastikan akan membatasi barang elektronik Amerika Serikat (AS) seperti iPhone masuk ke negaranya. Tindakan itu disebut Erdogan sebagai balasan terhadap sanksi AS yang membuat nilai mata uang lira anjlok parah.
Walau bersekutu di NATO, perseteruan antara AS dan Turki dalam dua tahun terakhir memunculkan pertanyaan tentang hubungan kedua negara di masa depan. Krisis diplomatik kedua negara juga menambah kekhawatiran krisis ekonomi di Turki akan semakin parah.
“Kami akan boikot barang-barang elektronik AS,” kata Erdogan dalam sebuah pidato di Ankara seperti dikutip AFP pada Selasa (14/8).
Dikatakan Erdogan, pihaknya tak butuh iPhone karena Turki bisa impor Samsung. Juga karena Turki punya Venus dan Vestel. Setelah komentar Erdogan, saham Vestel naik hingga 7% di pasar saham Istanbul. Erdogan dinilai menjadi pengagum merek iPhone dan iPad. Bahkan ketika peristiwa kudeta Juli 2016, ia berpidato dan memanggil rakyat untuk melawan kudeta lewat aplikasi iPhone bernama FaceTime.
Jatuhnya nilai mata uang lira, disebut membuat masyarakat Turki tidak lagi mampu membeli produk Apple. Nilai mata uang lira anjlok setelah Presiden AS Donald Trump menggandakan tarif aluminium dan baja Turki. Menanggapi kebijakan Trump itu, Erdogan menyebutnya sebagai “serangan ekonomi”.
Walau Turki kini mengalami defisit neraca berjalan dan inflasi yang mencapai 16%, Edogan masih merasa bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan. Terlebih ekonomi Turki masih berjalan sebagaimana biasanya.
Krisis diplomatik antara Turki dan AS bermula dari penolakan Ankara membebaskan Pendeta Andrew Brunson yang kini ditahan atas tuduhan spionase dan terorisme. Cem Halavaurt, kuasa hukum Brunson, telah mengajukan banding atas putusan terhadap kliennya. Dan dalam tiga hari nanti sudah ada putusan terhadap Brunson.
Duta Besar AS rencananya akan mengunjungi Brunson pada Selasa dan akan mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu untuk mencari jalan keluar dari krisis diplomatik kedua negara. Sedangkan, Duta Besar Turki untuk AS Serdar Kilic, menurut Cavusoglu, telah mengadakan pertemuan dengan Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton bahwa tekanan dan ancaman hanya akan menyebabkan “kekacauan”.
Hubungan kedua negara, kata Cavusoglu, akan membaik apabila AS meninggalkan bahasa “ancaman” terhadap Turki. [KRG]