Presiden Erdogan bersama Presiden Trump [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Kendati sanksi baru sedang menunggu, Turki tidak akan menyerah begitu saja kepada Amerika Serikat (AS). Washington justru dinilai harus memperbaiki pendekatannya kepada Turki. Dan hubungan kedua negara kini sedang dalam penjajakan untuk memperbaiki hubungan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, pihaknya berharap ada peningkatan hubungan kedua negara sejak krisis diplomatik melanda kedua negara dalam beberapa waktu terakhir. Terlebih reputasi AS kini sedang tidak baik di mata dunia terutama karena kebijakan perang dagang Presiden Donald Trump.

Karena itu, kata Erdogan seperti dikutip sputniknews.com, Washington sudah seharusnya memperbaiki pendekatannya terhadap Turki. Ia menduga, AS menggunakan Pendeta Andrew Brunson untuk memberi sanksi kepada Turki. Brunson yang merupakan warga negara AS itu diduga ikut menjadi bagian kelompok yang ingin menggulingkan Erdogan pada Oktober 2016.

Hubungan diplomatik antara Turki dan AS mengalami pasang-surut. Dan pertikaian keduanya semakin parah ketika Turki menahan seorang pendeta yang dituduh terlibat terorisme pada 2016. Krisis hubungan kedua negara diduga menjadi penyebab jatuhnya kurs mata uang lira.

AS juga memberikan sanksi kepada Menteri Kehakiman Turki Abdulhamit Gul dan Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu atas kasus Brunson itu. Di samping itu, pemerintah AS menaikkan tarif masuk untuk baja dan alumunium Turki yang masing-masing 50 persen dan 20 persen.

Pendeta Brunson, menurut Erdoga, terlibat dalam jaringan yang didirikan ulama Turki Fethullah Gulen yang diduga dalang dari upaya penggulingan Erdogan pada 2016. Pemerintah Turki menyebut organisasi Gulen sebagai organisasi teroris.

Karena keterlibatannya itu, pemerintah Turki lantas menempatkan Brunson sebagai tahanan rumah. Apalagi pengadilan menolak membebaskan Brunson dan tidak diperbolehkan meninggalkan Turki. [KRG]