Ilustrasi: Megawati ketika berpidato setelah menereima gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Mokpo Korea Selatan/pdiperjuangan.id

Koran Sulindo – Tokoh-tokoh elit nasional menghadiri acara penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa (DR HC) kepada Megawati Soekarnoputri, hari ini.

Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, Sumedang memberikan gelar DR HC  kepada Presiden ke-5 Indonesia karena dinilai sebagai sosok yang berpengetahuan luas mengenai politik dan pemerintahan serta konsisten menegakkan demokrasi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Megawati juga dipandang sebagai sosok yang meletakkan dasar kebijakan desentralisasi yang berkesinambungan untuk Indonesia Raya.

Terlihat hadir dalam acara tersebut antara lain Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPD Oesman Sapta Odang, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani,Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan.

Juga hadir Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy, Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila Yudi Latif, dan mantan Kepala Badan Narkotika Nasional Budi Waseso.

Pemberian penghargaan ini bertepatan dengan peringatan Hari Perempuan Internasional.

Sebelumnya, Gubernur IPDN, Ermaya Suradinata, mengatakan gelar diberikan karena Megawati merupakan representasi dari perempuan bisa menjadi pemimpin yang tegas, seperti yang dilakukan Megawati saat menjabat Presiden RI pada 2001-2004.

Namun Megawati tetap mengindahkan nilai kemanusiaan dan nilai budaya.

“Ibu Megawati menampilkan kepemimpinan perempuan yang penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan” kata Ermaya.

Bamusi

Sementara itu organisasi sayap PDI Perjuangan, Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi), menyatakan pemberian gelar itu tepat, karena Megawati sukses membawa Indonesia melewati masa transisi demokrasi.

“Menjadi pemimpin perempuan di negara mayoritas muslim terbesar itu tidak mudah, terlebih tantangan yang dihadapi saat itu sangat berat. Akan tetapi, Ibu Megawati mampu membuktikan beliau sukses membawa Indonesia pasca Orde Baru tinggal landas menuju cita-cita demokrasi,” kata Sekretaris Umum Bamusi, Nasyirul Falah Amru, di Jakarta, Kamis (8/3/2018), melalui rilis media.

Nasyirul juga menilai Megawati adalah pemimpin yang menempatkan Islam sebagai rahmatan lil alamin.

“Ibu Megawati adalah sosok pemimpin nasionalis-religius. Nilai-nilai kebangsaan beliau bersanding dengan nilai-nilai kemanusian yang bersumber dari cita-cita Islam,” katanya.

Selama menjadi presiden, Megawati konsisten membela kemerdekaan bangsa Palestina dan menolak invasi Amerika Serikat ke Irak.

“Ini adalah konsistensi Ibu Megawati dalam menjalankan amanat konstitusi bahwa penjajahan atas bangsa lain tidak boleh terjadi di muka bumi ini,” kata anggota DPR yang akrab dipanggil Gus Falah itu.

Wakil Bendahara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) tersebut juga mencatat sejumlah lembaga negara juga lahir di era kepemimpinan Megawati. Antara lain Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Mahkamah Konstitusi (MK).

Indonesia di bawah kepemimpinan Megawati juga membuat terobosan besar dengan digelarnya Pemilu Presiden secara langsung pada 2004.

“Tanpa komitmen yang besar Ibu Megawati terhadap demokrasi, Pilpres secara langsung tidak akan terjadi. Kendati setelahnya Ibu Megawati tidak lagi menjabat sebagai presiden, tapi justru di situlah letak kenegarawanan Ibu Megawati yang menjunjung tinggi hak suara rakyat, one man one vote, jauh di atas kepentingan pribadinya,” kata Gus Falah. [CHA/DAS]