Eksploitasi di Balik Keindahan: Sejarah Kelam Pulau Hashima

Penampakan pulau Hashima dari laut (Wikipedia)

Jepang dikenal dengan kombinasi unik antara budaya modern dan tradisionalnya. Dari hiruk-pikuk kota Tokyo hingga kemegahan kuil-kuil kuno di Kyoto, negeri ini menawarkan banyak daya tarik bagi wisatawan. Namun, di balik pesonanya, terdapat tempat-tempat yang menyimpan kisah kelam dari masa lalu.

Salah satunya adalah Pulau Hashima, sebuah pulau kecil yang kini tampak seperti reruntuhan kota di tengah laut. Meskipun telah lama ditinggalkan, Hashima memiliki sejarah panjang yang mencerminkan perjalanan industrialisasi Jepang serta bayang-bayang kelam yang masih melekat hingga saat ini.

Di perairan Prefektur Nagasaki, terdapat sebuah pulau kecil yang terlihat lusuh dan tak terawat, meskipun masih berdiri banyak bangunan tinggi di atasnya. Pulau ini dikenal sebagai Hashima atau lebih populer dengan sebutan Gunkanjima (Battleship Island). Namanya semakin terkenal setelah menjadi lokasi dalam beberapa film besar seperti The Battleship Island (2017), Attack on Titan (2015), dan James Bond: Skyfall (2012). Namun, di balik popularitasnya sebagai destinasi wisata bernuansa horor, Hashima menyimpan cerita kelam dari sejarah Jepang.

Dari Tambang Batu Bara ke Kota Hantu

Sebelum dikenal sebagai “pulau angker,” Hashima merupakan pusat tambang batu bara bawah laut yang berperan dalam industrialisasi pesat Jepang di akhir abad ke-19. Mitsubishi Mining Company mengembangkan pulau ini sejak tahun 1890, menjadikannya salah satu pusat utama produksi batu bara di Jepang. Pada puncak kejayaannya di akhir 1950-an, sekitar 5.200 orang tinggal dan bekerja di pulau ini, menghuni gedung-gedung apartemen bertingkat yang kini terbengkalai.

Namun, seiring peralihan penggunaan sumber energi dari batu bara ke minyak bumi pada 1970-an, tambang Hashima resmi ditutup pada 1974. Seluruh penduduk pun meninggalkan pulau tersebut, menjadikannya kota hantu yang ditinggalkan dalam kondisi mengenaskan. Aliran listrik terputus, bangunan perlahan runtuh, dan atmosfer di pulau ini semakin dipenuhi aura misteri.

Pada 2015, Pulau Hashima resmi ditetapkan sebagai bagian dari Situs Warisan Dunia UNESCO dalam kategori Situs Revolusi Industri Meiji Jepang. Status ini diberikan karena Hashima berperan penting dalam sejarah industrialisasi Jepang, khususnya dalam produksi baja, besi, serta pengembangan teknologi pembuatan kapal yang mendorong modernisasi negara tersebut.

Namun, penunjukan ini menuai kontroversi. Korea Selatan mengajukan syarat sebelum pengesahan status UNESCO, meminta Jepang mengakui sisi gelap sejarah Hashima, terutama terkait eksploitasi pekerja paksa dari Korea, China, dan wilayah lain selama Perang Dunia II. Para pekerja ini dipaksa bekerja dalam kondisi keras dan penuh penderitaan di tambang bawah tanah pulau tersebut.

Awalnya, pemerintah Jepang berjanji akan menyampaikan sejarah kelam Hashima secara terbuka. Namun, laporan dari Komite Warisan Dunia UNESCO pada Juli 2021 menyatakan bahwa Jepang belum cukup transparan dalam menyajikan informasi mengenai kerja paksa yang pernah terjadi di sana. Laporan ini mengungkap bahwa informasi di lokasi lebih banyak memberikan kesan bahwa para pekerja datang secara sukarela, tanpa menyebutkan penderitaan yang mereka alami.

Menanggapi hal ini, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Katsunobu Kato, menyatakan bahwa pemerintah menerima dengan serius resolusi UNESCO dan berupaya meningkatkan transparansi serta menjaga ingatan kolektif tentang para korban yang pernah bekerja di tambang Hashima. Salah satu langkah yang direncanakan adalah membangun pusat informasi baru yang lebih terbuka dalam mengungkap sisi kelam sejarah pulau tersebut.

Destinasi Wisata Berhantu

Setelah bertahun-tahun terbengkalai, Pulau Hashima akhirnya dibuka kembali untuk wisatawan pada 2009. Para pengunjung dapat mencapai pulau ini melalui perjalanan laut dari Kota Nagasaki, meskipun kondisi cuaca ekstrem dan gelombang tinggi sering kali menjadi tantangan. Bangunan yang sudah rapuh serta jalanan yang tak lagi terawat membuat eksplorasi di pulau ini terasa menegangkan, seolah waktu telah berhenti di tempat ini.

Meskipun menyimpan sejarah yang suram, Pulau Hashima tetap menjadi destinasi menarik bagi pecinta sejarah dan penggemar misteri. Keindahan yang berpadu dengan masa lalunya yang kelam menjadikannya salah satu tempat paling unik di Jepang—sebuah kota hantu yang menjadi saksi bisu ambisi, penderitaan, dan perjalanan zaman. [UN]