Eksotika Papua Dalam Tradisi Kuliner

Kuliner Papua, sate ulat sagu - tagar.id

Kuliner adalah bagian dari gaya hidup. Setiap manusia tentu memerlukan makanan dalam kehidupan sehari-harinya.Makanan diperlukan mulai dari yang sederhana hingga yang mewah. Setiap daerah pun memiliki kuliner dengan citarasanya sendiri, maka tak heran jika setiap daerah memiliki tradisi kuliner yang berbeda-beda.

Papeda

Hampir setiap orang pasti sudah pernah mendengar makanan khas Papua yang satu ini, Papeda adalah makanan berupa bubur sagu khas Maluku dan Papua yang biasanya disajikan dengan ikan tongkol atau mubara yang dibumbui dengan kunyit. Papeda berwarna putih dan bertekstur lengket menyerupai lem dengan rasa yang tawar. Papeda merupakan makanan yang kaya serat, rendah kolesterol dan cukup bernutrisi. Walaupun pada umumnya, papeda dikonsumsi bersama dengan ikan tongkol. Namun,dapat juga dikombinasikan dengan ikan gabus, kakap merah, bubara, hingga ikan kue. Selain kuah kuning dan ikan, bubur papeda juga dapat dinikmati dengan sayur ganemo yang diolah dari daun melinjo muda yang ditumis dengan bunga pepaya muda dan cabai merah.

Saat menyantap nya, kita membutuhkan sepasang sumpit atau dua garpu kayu khusus untuk mengambilnya. Cara mengambil papeda ini adalah dengan menggulungnya hingga melingkari garpu atau sumpitnya, lalu diletakkan di piring masing-masing. Kemudian, papeda disiram dengan ikan kuah kuning. Memakannya pun harus dengan cara diseruput cepat dan langsung ditelan. Papeda sendiri memiliki rasa yang hambar sehingga perlu dimakan bersama lauk ikan dan sambal colo-colo agar semakin sedap.

Sagu sebagai bahan dasar papeda merupakan satu dari empat jenis pohon yang tergambar dalam relief Palma Kehidupan di Candi Borobudur, selain lontar, arendannyiur. Menurut ahli bio teknologi dan agro teknologi Nadirman Haska, sagu termasuk salah satu pohon asli Indonesia.

Sate Ulat Sagu

Di Papua, ulat sagu biasa dimakan mentah, atau diolah menjadi sate. Ulat sagu yang berukuran sebesar jempol orang dewasa diambil di pohon sagu yang membusuk.Batang-batang kayu yang ditebang dari pohon sagu akan memunculkan ulat-ulat sagu.Ulat sagu memiliki protein dan nutrisi yang baik.

Tekstur rasanya kenyal, dengan rasa gurih. Bahan baku untuk membuat sate ulat sagu adalah ulat sagu dan sambal kacang atau kecap. Ulat sagu tusukkan tusuk sate, setelah itu dibakar di bara api. Dapat langsung disajikan di piring bersama dengan sambal kacang ataupun sambal kecap. Atau bisa juga dimakan mentah.

Larva dari Kumbang Sagu (Rhynchophorus Ferrugineus) lah yang disebut sebagai ulat sagu. Kumbang Sagu adalah jenis kumbang yang tersebar luas dari India sampai Sauwa (Nigeria) mengikuti penyebaran inangnya. Tubuh berwarna coklat kemerahan atau hitam, sebesar kenari. Moncong panjang meruncing kemuka dan kebelakang. Larvanya sebesar ibu jari tangan, kadang – kadang lebih besar. Larva dan kumbang dewasa biasanya makan empulur¹ batang sagu yang membusuk. Kepompongnya panjang sebesar biji durian, berwarna putih kekuningan, dan terbungkus anyaman serat batang sagu.

Tradisi Bakar Batu

Tradisi bakar batu merupakan salah satu tradisi penting di Papua yang berupa ritual memasak bersama warga satu kampung yang bertujuan untuk bersyukur, bersilaturahmi (mengumpulkan sanak saudara dan kerabat, menyambut kebahagiaan kelahiran, perkawinan adat, penobatan kepala suku), atau mengumpulkan prajurit untuk berperang. Tradisi Bakar Batu umumnya dilakukan oleh suku pedalaman/pegunungan, seperti di Lembah Baliem, Paniai, Nabire, Pegunungan Tengah, Pegunungan Bintang, Jayawijaya, Dekai, Yahukimo dll.

Kuliner Papua – Tradisi Bakar batu

Disebut Bakar Batu karena benar-benar batu dibakar hingga panas membara, kemudian ditumpuk di atas makanan yang akan dimasak.

Kira-kira begini caranya; pertama-tama batu ditumpuk di atas perapian dan dibakar sampai kayu bakar habis dan batu menjadi panas (kadang sampai merah membara). Bersamaan dengan itu, digali lubang yang cukup dalam lalu batu panas tadi dimasukkan ke dasar lubang yang sudah diberi alas daun pisang dan alang-alang. Di atas batu panas itu di tumpuklah daun pisang, kemudian diletakkan daging babi yang sudah diiris-iris. Di atas daging babi ditutup daun pisang, kemudian di atasnya diletakkan batu panas lagi dan ditutup lagi dengan daun. Di atas daun ditaruh ubi jalar (batatas), singkong (hipere), dan sayuran lainnya kemudian ditutup daun lagi dan di atas daun paling atas tumpuk lagi batu panas dan terakhir ditutup daun pisang dan alang-alang.

Babi yang akan dimasak biasanya tidak langsung disembelih, tapi dipanah terlebih dahulu. Bila babi langsung mati, makan pertanda acara akan sukses, tapi bila tidak maka pertanda acara tidak bakalan sukses. Setelah Matang, biasanya proses memasak berlangsung selama 1 jam, semua anggota suku berkumpul dan membagi makanan untuk disantap bersama di lapangan tengah kampung, sehingga bisa mengangkat solidaritas dan kebersamaan.

Hingga saat ini Tradisi Bakar Batu masih terus dilakukan dan berkembang juga untuk menyambut tamu-tamu penting yang berkunjung.[NoE]


¹Empulur adalah jaringan yang letaknya di bagian terdalam dari batang tumbuhan berpembuluh . Empulur tersusun dari sel Parenkim yang lembut yang menyimpan dan mengangkut nutrisi ke seluruh bagian tumbuhan. Pada tumbuhan dikotil, empulur terletak di tengah batang (stele) dikelilingi oleh pembuluh xylem.