OPINI – Pada akhir Juli 2023, Megawati Hangestri bergabung dengan klub Daejon Jung Kwan Jang Red Sparks. Ia menjadi satu-satunya pemain voli putri Indonesia yang bermain di Liga Voli Korea Selatan 2023/2024. Megawati bermain gemilang dalam liga tersebut, popularitasnya meningkat, begitu juga klub yang dibelanya menjadi sangat dikenal di Indonesia.
Tidak ada yang memperkirakan betapa besar efek Megawati dalam kesertaannya di liga voli Korea. Minat penonton siaran TV Korea yang meliput liga menjadi naik sangat tinggi, penontonnya naik tajam. TVRI Sport akan menyiarkan liga voli Korea 2024/2025. Tahun ini kembali Red Sparks mengontrak Megawati untuk satu musim liganya.
Ratusan ribu follower (pengikut) baru didapat klub Red Sparks dan liga Korea, ini berdampak pada hitungan bisnis, hal yang di luar perkiraan semua pihak. Fenomena ini dikenal sebagai ‘Efek Indonesia’, di mana dukungan fanatik para penggemar terhadap pemain nasional mereka menciptakan dampak besar baik secara online maupun offline. Netizen (warganet) dari Indonesia membanjiri semua kanal yang terkait dengan Megawati bermain voli di Korea.
Begitu pun dengan bintang timnas sepakbola Indonesia, Pratama Arhan, saat meniti karier di Jepang bersama klub Tokyo Verdy, kasta kedua Liga Jepang, J2 League, sejak musim 2022. Hal yang menarik bukan tentang kiprahnya di lapangan saat bermain di liga tersebut. Arhan hampir tidak pernah dimainkan selama musim liga. Banyak pihak menduga Arhan dipakai untuk mendongkrak popularitas klub dibanding memakai tenaga dan kemampuan Arhan di lapangan. Hingga kontrak berakhir pada 31 januari 2024 Arhan belum pernah dimainkan full 2 x 45 menit oleh Tokyo Verdy, tetapi popularitas social media klub meningkat tajam dengan follower dari Indonesia. Kini Arhan telah bergabung dengan klub Suwon FC di Liga Korea Selatan.
Fenomena ‘Efek Indonesia’ memang nyata di dunia maya, ada jutaan jempol dari Indonesia, yang ringan meng-klik apapun yang berbau Indonesia. Klik yang akan dihitung sebagai modal kapitalisasi dan adsense bagi penerimanya.
Contoh lain: Maarten Paes mungkin hanyalah seorang kiper yang bisa berjalan di tengah jalanan Dallas, Texas, tanpa ada yang mengenalinya. Namun, di Indonesia, keadaan sangat berbeda. Sejak bergabung dengan tim nasional sepak bola Indonesia, Paes mengalami lonjakan popularitas yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya.
Kini, ia memiliki 1,7 juta pengikut di Instagram dan 1,2 juta di TikTok, suatu angka yang cukup mengejutkan bagi pemain yang belum pernah mencapai level atas sepak bola dunia.
“Sebelum datang ke Indonesia, saya sudah tahu apa yang akan terjadi karena saya sudah melihat itu terjadi pada pemain lain. Indonesia adalah negara besar dengan masyarakat yang sangat mencintai sepak bola,” ujar Paes dikutip sebuah media.
Paes, yang baru menjadi warga negara Indonesia pada April 2024 lalu, awalnya tidak pernah membayangkan bahwa dirinya akan menjadi bagian dari sepak bola nasional. Kedatangan Paes di Indonesia membawa perubahan besar dalam hidupnya. Ia tidak hanya harus beradaptasi dengan lingkungan baru di lapangan, tetapi juga dengan perubahan drastis di media sosialnya.
Hal ini tidak hanya terjadi pada Paes. Pemain-pemain sepakbola Indonesia seperti Marselino Ferdinan dan Rafael Struick juga merasakan dampak popularitas yang luar biasa.
Marselino, seorang gelandang timnas Indonesia berusia 20 tahun, bergabung dengan Oxford United pada bulan Agustus, sementara Struick, direkrut oleh Brisbane Roar di A-League, Australia. Meski bukan dari klub besar dan belum menjadi nama besar di Eropa atau Australia, kehadiran mereka langsung berdampak pada klub yang mereka bela. Saat Marselino bergabung dengan Oxford, jumlah pengikut Instagram klub tersebut melonjak dari 83.000 menjadi 226.000 hanya dalam hitungan hari.
Sementara, postingan pengumuman kedatangan Struick di Brisbane Roar menghasilkan ribuan komentar dan interaksi, angka yang jauh melampaui postingan-postingan sebelumnya. “Efek Indonesia” bekerja dalam alur tersebut.
Justin Hubner, yang juga bermain untuk tim nasional Indonesia, menceritakan pengalamannya,
Hubner, yang sebelumnya bermain di akademi Wolverhampton Wanderers di Inggris, tidak menyangka popularitasnya akan meningkat dengan begitu cepat. “Saya punya sekitar 5.000 pengikut di Instagram, dan ketika para penggemar tahu bahwa saya punya darah Indonesia, jumlahnya naik menjadi 30.000 dan sekarang mencapai 2,7 juta,” dikutip dari sebuah media.
Popularitas ini tidak hanya membawa penggemar, tetapi juga kesempatan bisnis. “Semuanya berkembang begitu cepat, termasuk kesepakatan brand. Banyak sekali yang datang kepada saya sekarang. Ini adalah mimpi.”
Meskipun menjadi idola dengan penggemar yang setia, para pemain juga merasakan sisi lain dari popularitas ini. “Ketika saya kembali ke Eropa, rasanya seperti hidup saya sendiri lagi, tidak ada stres. Di Indonesia, ada sisi yang gila. Anda tidak punya privasi, ke mana pun pergi selalu ada orang yang merekam Anda,” ungkap Hubner.
Popularitas di Indonesia memang memberikan sensasi tersendiri, tetapi bagi Hubner, momen untuk kembali ke kehidupan yang lebih tenang di Eropa adalah suatu kelegaan.
Selain membawa kebanggaan pribadi, popularitas para pemain Indonesia juga memberikan nilai tambah bagi klub yang mereka bela. Maarten Paes mengungkapkan bahwa FC Dallas, klubnya di Amerika Serikat, merasakan peningkatan besar dalam keterlibatan penggemar setelah dirinya bergabung dengan tim nasional Indonesia.
Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, ‘Efek Indonesia’ menunjukkan kuatnya dukungan dari para penggemar dapat mengubah hidup seorang pemain dari yang awalnya tidak dikenal menjadi superstar, begitu pun dengan klub yang dibelanya.
Olahraga bukan lagi hanya tentang pertandingan di lapangan, tetapi juga tentang bagaimana para pemain terhubung dengan para pendukung mereka di seluruh dunia, terutama di Indonesia. Dukungan mereka menjadi nyata dengan adanya interaksi di dunia maya, klik mereka bisa dihitung sebagai modal kapitalisasi bisnis. Efek Indonesia bisa berdampak besar pada laju bisnis olahraga. [KS]