Presiden Filipina, Rodrigo Duterte/AFP Photo-Ted Aljibe

Koran Sulindo – Presiden Filipina Rodrigo Duterte gusar. Betapa tidak – kendati bukan yang pertama – ada informasi yang menyebutkan ia akan dibunuh pada Oktober 2017. Badan intelijen Amerika Serikat yaitu CIA dikatakan akan mengeksekusinya pada 12 Oktober 2017.

“Jika umur saya tidak panjang, maka yang harus dipersalahkan dari kematian itu adalah CIA,” kata Duterte seperti dikutip Sputniknews pada 13 Oktober lalu.

Tuduhan Duterte terhadap CIA bukanlah kali pertama. Pada September tahun lalu, misalnya, ia juga mengumumkan sebuah informasi bahwa CIA menginginkan kematiannya. Itu karena ia “membelok” ke Rusia dan Tiongkok. Dugannya itu kemudian diperkuat Front Demokratik Nasional Filipina (NDFP) yang pada Agustus mengatakan, CIA berencana menggulingkan Duterte.

Duterte karena itu menginginkan persatuan dengan kelompok oposisi baik dari kaum komunis maupun liberal untuk melawan CIA bersama dengan antek-anteknya di Filipina. Ia menjanjikan, dengan persatuan bisa melawan ancaman dan tugasnya sebagai presiden bisa menjaga negara tetap aman dan baik.

Sejarah keberadaan CIA di Filipina telah merentang panjang. Bahkan nyaris selama negeri ini berdiri. Pangkalan militer Amerika Serikat menjadi penanda keberadaan lembaga intelijen negeri Uwak Sam di Filipina. Di bawah Duterte, hubungan kedua negara terus memburuk.

Keterlibatan CIA dalam pembunuhan pemimpin-pemimpin duna di berbagai negara – terutama selepas Perang Dunia II – tercatat dalam sejarah. Semisal, Komisi Gereja Senat AS pada 1975 mengaku memiliki bukti kuat tentang sebuah rencana pembunuhan Perdana Menteri Republik Kongo Patrice Lumumba pada 1961.

Ketidaksukaan kepada Lumumba dinyatakan secara terang-terangan oleh elite politik AS waktu itu. Karena itu, negeri Uwak Sam ini merencanakan operasi pembunuhan terhadapnya. Berawal dari pernyataan Presiden Dwight Eisenhower yang khawatir terhadap kiprah Lumumba yang disampaikan dalam rapat Dewan Keamanan Nasional pada Agustus 1960.

Direktur CIA Allen Dulles kemudian mengambil inisiatif untuk menghabisi Lumumba. Lalu pada 1984 disebutkan CIA melatih Contras, kelompok pemberontak yang melawan pemerintahan “Sayap Kiri” di Nikaragua.

Yang paling dikenal adalah ketika CIA merencanakan pembunuhan kepada pemimpin Kuba, Fidel Castro. Dari perkiraan, Fidel mengalami percobaan pembunuhan hingga sebanyak 638 kali. Catatan lembaga intelijen Kuba menyebutkan, percobaan pembunuhan terhadap Fidel di bawah Eisenhower mencapai 38 kali, di bawah Kennedy 42 kali, di bawah Lyndon B. Johnson 72 kali, di bawah Nixon 184 kali, di bawah Jimmy Carter 64 kali, di bawah Ronald Reagan 197 kali, di bawah Bush 16 kali dan di bawah Clinton 21 kali.

Upaya pembunuhan terhadap Fidel, secara terang-terangan pun pernah diungkapkan seorang anggota Kongres AS dari Partai Republik Ileana Ros-Lehtinen pada 2006. Ia mengatakan akan menyambut baik siapa pun yang bisa membunuh Fidel. Akan tetapi, kendati bukti-bukti keterlibatannya dalam pembunuhan berbagai pemimpin di dunia, CIA kerap menyangkalnya. [KRG]