Dua Bulan, 10 Orang TKI Asal NTT Meninggal di Malaysia

Adelina Lisao tidur di beranda rumah di Taman Kota Permai, Penang, Malaysia, ketika ditemukan Sabtu (10/2/2018). TKI asal Nusa Tenggara Timur itu ditemukan dengan berbagai luka di wajah dan kepala. Perempuan 21 tahun itu meninggal dunia sehari berselang (11/2/2018).(Steven Sim/The Malay Online)

Koran Sulindo – Selain Adelina Sau, dalam dua bulan pertama sepanjang tahun 2018, sudah sembilan Tenaga Kerja Indonesia asal Nusa Tenggara Timur meninggal di Malaysia.

Termasuk Adelina, sepuluh TKI yang meninggal terdiri dari tiga laki-laki dan tujuh perempuan yang berasal dari berbagai kabupaten di NTT.

Kepala Seksi Perlindungan dan Pemberdayaan BP3TKI Timoteus K Suban merinci 10 orang TKI tersebut tiga orang berasal dari Timor Tengah Selatan, tiga orang dari Malaka, dua dari Ende, dan masing-masing satu orang berasal dari Timor Tengah Utara dan Manggarai Timur.

Timoteus menyebut , mereka yang meninggal tersebut adalah TKI yang berangkat melalui jalur-jalur tidak resmi atau illegal. “Mereka semua yang meninggal adalah TKI ilegal,” kata Timoteus seperti dirilis Kompas.com.

Dua orang TKI yang meninggal terakhir yakni Siprianus Bantaika dan Adelina Sau berasal dari Kabupaten Timor Tengah Selatan. Siprianus meninggal pada Jumat (9/2) di Kuching, Serawak, dan Adelina meninggal dua hari berikutnya di Penang, Malaysia.

Tahun sebelumnya, tercatat 62 TKI asal NTT dilaporkan meninggal di Malaysia tahun 2017 dengan perincian 41 orang di antaranya laki-laki dan 21 orang sisanya perempuan. Dari jumlah itu hanya satu orang TKI meninggal yang dianggap menempuh prosedur resmi sebagai tenaga kerja migran.

Kabupaten dengan jumlah TKI meninggal terbanyak tahun lalu adalah Timor Tengah Selatan 12 orang dan dari Malaka 8 orang.  Sementara Timor Tengah Utara, Belu dan Ende masing-masing enam orang TKI yang meninggal, Flores Timur 5 orang, Kupang 4 orang, Manggarai 3 orang, Sikka dan Ngada 2 orang. Menyusul berikutnya adalah Lembata, Nagekeo, Sumba Barat Daya dan Sumba Timur masing-masing satu orang.

Adelina Sau, tenaga kerja Indonesia yang meninggal di Malaysia karena kelaparan karena tak diberi makan majikannya. Selain disuruh tidur dengan seekor anjing, kondisi fisik yang lemah membuat wanita malang itu jatuh sakit.

Sedangkan terkait luka di kaki yang diduga disebabkan oleh bekas gigitan anjing, Tody menyebut masih harus dipastikan melalui pemeriksaan postmortem.

Sementara itu terkait penyebab kematian Adelina, jajaran kepolisian Malaysia telah memeriksa 19 orang saksi. Mereka yang diperiksa termasuk dokter yang merawat korban dan tetangga rumah tempat Adelina diduga tidur di teras bersama anjing jenis Rottweiler.

Adelina meninggal di rumah sakit setelah mengalami penyiksaan di rumah majikannya di Penang, Malaysia. Ia sempat dibawa ke kantor polisi oleh majikannya setelah dilaporkan seorang asisten anggota parlemen Penang.

Saat dibawa ke kantor polisi, kondisi Adelina terluka para pada bagian kepala, lengan dan kaki. Ia meninggal setelah sehari menjalani perawatan di Rumah Sakit Bukit Mertajam, Malaysia.

Hingga saat ini polisi sudah menahan tiga orang ditahan terkait kematian Adelina tersebut. Ketiganya adalah dua orang kakak beradik, yang salah satunya adalah majikan Adelina. Sedangkan orang ketiga yang ditahan polisi adalah wanita berusia 60 tahun yang merupakan ibu dari majikan Adelina.

“Kami sekeluarga sangat terpukul, terutama mama, rasanya sedih sekali adik kami pulang sudah jadi mayat,” kata Marsel Sau, kakak kandung Adelina, Sabtu pekan lalu.

Lebih lanjut, Marsel menceritakan kisah keberangkatan Adelina bermula dari seorang wanita yang mendatangi adiknya dan menawarkan bekerja di Malaysia dengan iming-iming sejumlah uang.

Meski rayuan itu ditolak keluarga, namun pada Agustus 2015, Adelina menghilang dari rumah dan ternyata diketahui telah bekerja di Malaysia dengan pemalsuan identitas yang berbeda atas nama Adelina Lisao.

“Kami awalnya tidak tahu kalau itu adik kami, karena namanya berbeda, namun setelah ada fotonya baru kami tau kalau benar itu adik kami,” kata Marsel.

Sementara itu, bibi korban, Petronela Koa juga menuturkan Adelina dibawa pergi perekrut saat ibu Adelina berada di kebun, sedangkan ayahnya berada di rumah, tetapi tidak mengenal siapa perekrut itu.

“Bapak sudah tua. Saat itu perekrut menitipkan uang Rp 150 ribu, katanya uang sirih pinang,” kata Petronela menuturkan.  [TGU]