Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Syaiful Hidayat dan Buya Syafii Maarif/akun Twitter @TolakBigotRI

Koran Sulindo – Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Syaiful Hidayat, melakukan kunjungan silturahmi ke rumah  Buya Syafii Maarif di kediaman di kawasan Nogotirto, Sleman, DIY, Kamis (2/3) malam. Sebetulnya kehadirannya ke Yogya ini dalam rangka menghadiri rapat yang adakan oleh Kemendagri di Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta. Namun dirinya menyempatkan mengunjungi Buya Syafii Maarif.

Dalam pertemuan dengan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah yang berlangsung sekitar 1 jam itu, Djarot yang didampingi Asisten Pemerintahan DKI Jakarta Bambang Sugiono dan Kepala BKD DKI Jakarta Agus Suradika banyak menceritakan soal pilkada DKI Jakarta yang sarat dengan isu SARA, juga kemajuan DKI hingga gaji PNS dan lurah. “Ya tentu kami minta restu, minta doa, minta masukan. Sebab, persoalan Jakarta itu kan persoalan Indonesia. Jadi macam-macam, termasuk pilkada,” kata Djarot.

Djarot menceritakan kepada Buya Syafii terkait dengan isu SARA dalam Pilkada yang dirinya juga maju sebagai cawagub mendampingi Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) diantaranya adalah pemasangan spanduk menolak mensalatkan jenazah yang mendukung penista agama. “Saya tadi cerita ke Buya kalau ada yang memasang spanduk-spanduk seperti itu. Jangan kebablasan begitulah, masak beda pilihan sampai segitunya. Kami sama-sama prihatin dengan isu SARA yang terus dimainkan dan terus digoreng,” ujar Djarot lagi.

Selain soal isu SARA, kepada Buya juga diberitahukan bahwa sekarang ini sungai-sungai di Jakarta sudah mulai bersih. Hal ini dikarenakan Pemerintah DKI Jakarta sekarang tidak tergantung pada pihak ketiga lagi. Semua dikerjakan sendiri oleh pemerintah DKI Jakarta.

“Kenapa? Karena alat berat sudah kami beli sendiri, kami kerjakan sendiri. Truk-truk sampah juga bagus-bagus dan tidak sewa. Artinya, tidak tergantung pada pihak ketiga lagi,” jelas Djarot.

Menanggapi soal spanduk yang berbau SARA dan dipasang di beberapa masjid di Jakarta, Buya Syafii menegaskan bahwa hal itu dilakukan oleh orang-orang yang tak punya kerjaan. “Jangan membajak Tuhan. Kalau sudah sampai ke situ, berati itu orang yang putus asa. Kalap,” tegas Buya Syafii.

Djarot menambahkan, hendaknya warga dalam menggunakan hak pilihnya saat Pilkada jangan ditakut-takuti. Cara seperti itu merupakan cara yang dangkal dan tak elegan. “Tentukan saja pilihannya pada 19 April mendatang. Jangan menakut-nakuti warga dengan cara begituan,” kata Djarot.

Pada kesempatan itu Buya Syafii juga menilai bila Jakarta sudah mulai lebih baik, meski masih ada kantong-kantong kemiskinan. Dan ini harus diatasi.  yang seharusnya tidak ada. “Jakarta harus dibebaskan dari kemiskinan. Kalau tidak, jangan ngomong. Sudah ada berapa banyak gubernur Jakarta, namun yang berbuat seperti ini?” kata Buya Syafii lagi.

Buya menepis bila kunjungan Djarot ini dikatakan sebagai bentuk dukungannya terhadap Djarot dalam Pilkada DKI Jakarta. Dikatakan, siapapun boleh berkunjung ke rumahnya. “Tamu saya banyak, segala macam, siapa pun. Prabowo datang ke sini saya terima. Saya tidak pro ini, saya tidak partisan ya,” tegas Buya Syafii. [YUK]