Gerbong MRT Jakarta yang menjadi korban corat-coret.

Koran Sulindo – Belum lagi resmi digunakan untuk menggelinding sebagai angkutan cepat massal (mass rapid transit, MRT) Jakarta, sebuah gerbong kereta yang diparkir di Depo Lebakbulus, Jakarta Selatan, menjadi korban corat-coret. Sampai hari ini belum diketahui siapa pelakunya.

Corporate Secretary Division Head MRT Jakarta Tubagus Hikmatullah lewat keterangan tertulisnya mengatakan, “Telah terjadi aksi tidak bertanggung jawab vandalisme dalam bentuk coretan graffiti pada badan luar kereta nomor tiga di rangkaian kereta kedelapan, K1 1 18 45, MRT Jakarta.”

Tim keamanan dari kontraktor yang berada di Depo Lebakbulus, lanjutnya, menemukan kondisi kereta tersebut sudah dalam keadaan tercoret pada Jumat pagi, 21 September 2018, sekitar pukul 07.30 WIB. “Diduga pelaku vandalisme masuk ke lokasi Depo Lebak Bulus dengan memanjat dan melompati dinding,” kata Hikmat.

Menurut dia, kereta yang menjadi korban orang tak jelas itu masih menjadi tanggung jawab kontraktor karena masih dalam tahap pengujian dan belum diserahterimakan kepada pihak pengelola MRT Jakarta. “Kami meminta kontraktor untuk segera melakukan tindakan korektif dengan meningkatkan sistem pengamanan,” tutur Hikmat lagi.

Sementara itu, Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar lewat akun Instagram-nya mengatakan, dirinya mengutuk keras perbuatan tersebut. “Saya mengutuk keras vandalisme yang dilakukan pada salah satu kereta baru MRT Jakarta kemarin subuh. Ini adalah hal yang sangat tidak terpuji yang dilakukan oleh oknum yang mungkin tidak/belum sadar bahwa fasilitas publik ini adalah milik semua masyarakat Indonesia, termasuk milik si pelaku,” kata William, Sabtu (22/9).

PT MRT Jakarta telah melaporkan soal ini ke polisi. Mereka berharap para pelaku bisa dihukum sesuai ketentuan yang berlaku. “Kami telah meminta kepada pihak berwajib agar kasus ini diusut sampai tuntas dan agar pelaku diberikan hukuman sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” kata William.

Pada Maret 2018 lalu, Presiden Joko Widodo mengatakan, pembangunan sarana MRT Jakarta ditargetkan rampung dan bisa operasional pada Maret 2019. “Saya ingin sebuah kepastian sesuai dengan jadwal, sesuai dengan waktu yang ditata sejak awal, setelah tanya ke dirut [PT MRT Jakarta] bahwa proyek ini akan selesai tepat waktu, bisa dioperasionalkan secara komersial tahun depan di bulan Maret,” kata Jokowi saat meninjau pembangunan MRT di Stasiun Senayan Jakarta, 7 Maret 2018. Jokowi mengingatkan, pembangunan proyek MRT merupakan proyek besar yang sedang dijalankan dan akan menjadi kebanggaan Indonesia.

Dalam kesempatan itu, pihak PT MRT Jakarta mengungkapkan, proyek pembangunan MRT mencapai 91,8%, yakni pembangunan di bawah tanah mencapai 95,7% dan layang 87,9% dan pemasangan rel mencapai 11.314 meter. Selang sebulan lebih kemudian, William Subandar mengatakan, perkembangan proyek MRT sudah mencapai 93,34%, terdiri dari 90,45% di elevated section dan sebanyak 96,24% di underground section.

“Dan saat ini sedang fokus dalam pengerjaan stasiun,” katanya di Depo MRT Lebakbulus, 26 April 2018. Sekarang ini, kereta MRT sudah tiba dari Jepang di Depo Lebakbulus sebanyak 12 rangkaian, masing-masing kereta akan memiliki enam gerbong.

Nantinya, secara keseluruhan, ada 16 rangkaian kereta. Rencananya, ke-16 rangkaian itu akan lengkap ada di Jakarta pada November 2018 dan akan doperasikan di jalur MRT fase pertama: Lebakbulus-Bundaran Hotel Indonesia.

William mengungkapkan, biaya pembelian ke-16 rangkaian kereta itu total sekitar Rp 144 miliar. “Ada 16 rangkaian kereta, masing-masing enam kereta. Biayanya kira-kira Rp 1,5 miliar per kereta, tinggal dikali saja,” kata William, 28 Agustus 2018. Biaya itu termasuk untuk pengecekan sistem dan pemeliharaan kereta.

Ada 50 kursi penumpang di setiap kereta. Kalau ditambah penumpang berdiri, daya tampungnya bisa 350 orang per kereta.

Sebelumnya, pada 23 Agustus 2018 lalu, kereta MRT Jakarta kembali diuji coba, untuk kesesuaian sistem (system acceptance test) dengan rangkaian kereta pertamanya. Uji cobanya dari Depo MRT Lebakbulus ke Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia.

William dalam kesempatan itu mengatakan, yang diuji coba hari ini berkaitan dengan persinyalan, rel, dan kelistrikan. Mengenai persinyalan, MRT Jakarta bakal dioperasikan dari jarak jauh melalui operation command center (OCC).

“Karenanya, yang harus diperhatikan adalah sinyal yang terkirim dari kereta yang memastikan lokasi kereta itu ada di mana dan itu dikirim [ke OCC], sehingga OCC tahu posisi kereta seperti apa dan tahu mengirimkan pesan instruksi ke kereta itu seperti apa,” kata William.

Namun, memang, dalam uji coba kali itu, peran dari OCC untuk pengoperasian jarak jauh baru dilakukan terbatas. Uji coba masih mengandalkan peran masinis di dalam kereta. Karena, performa persinyalan masih dalam tahap pengetesan.

“Memang OCC itu tadi belum berfungsi secara operasional. Tadi masih peran masinis yang besar,” tutur William.

Sistem persinyalan ada di setiap radius 200 meter. Ada tiga bagian dalam sistem persinyalan ini, ada yang di bawah rel, di samping kereta, dan di atas kereta. Ketiganya akan mengirim sinyal yang sama ke OCC. “Kalau dia mengirim tiga sinyal, kemungkinan terjadi kesalahan hampir tidak ada. Itu yang harus kami hindarkan, tidak boleh ada kesalahan dalam mendeteksi posisi kereta. Jadi sistem safety tadi menjadi landasan utama,” katanya. [RAF]