Koran Sulindo – “PT KCI memutuskan membatalkan rencana pengoperasian KRL Premium.” Demikian disampaikan VP Komunikasi Perusahaan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Eva Chairunisa dalam keterangan tertulisnya, Ahad malam (23/12).
Rencana pengoperasian kereta rel listrik (KRL) premium pada pertengahan tahun 2019 mendatang dibatalkan, lanjutnya, setelah mendapat masukan dan berkonsultasi dengan sejumlah pihak. Karena itu, PT KCI akan mengoptimalkan dan meningkatkan pelayanan dalam bentuk satu kelas layanan yang telah berjalan selama lebih dari lima tahun terakhir.
“KCI selanjutnya akan melakukan berbagai inovasi untuk tetap memberikan pelayanan yang semakin baik,” tutur Eva.
Memang, banyak yang menolak rencana pengoperasian KRL premium itu, antara lain pihak Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. Ketua YLKI Tulus Abadi mengungkapkan, pengoperasian KRL premium merupakan kemunduran karena perbedaan kelas di transportasi massal justru sudah tak diterapkan lagi di negara-negara lain.
“Di dunia mana pun kereta api commuter tidak ada kategori kelas, tidak ada premium, tidak ada ekspres, dan sejenisnya. Yang sekarang ini sudah benar, kok mau diruntuhkan lagi. Aneh bin ajaib,” ungkap Tulus dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (22/12).
Sejumlah pengguna KRL commuterline juga berpandangan, bila ada KRL premium, pengguna Commuterline reguler akan semakin merana. Karena, dengan adanya KRL premium artinya perjalanan KRL reguler akan dikurangi. Interval waktu antar-kereta juga akan semakin lama, jalur rel semakin padat, dan semaakin banyak antrean kereta
Sebelumnya, pihak KCI mengungkapkan, dari segi fasilitas, KRL premium memiliki tingkat kenyamanan lebih baik dibanding KRL reguler. Ada tempat duduk yang memenuhi seluruh rangkaian KRL premium. Juga rencananya dilengkapi koneksi internet cuma-cuma.
“Posisi rangkaian akan kami gunakan tempat duduk. Mungkin ditambah WiFi, tapi tarifnya masih terjangkau,” kata Direktur Operasi dan Pemasaran PT KCI Subakir setelah pemaparan kesiapan PT KCI menghadapi angkutan Natal dan Tahun Baru 2019 di Jakarta Pusat, 20 Desember 2018.
Kendati katanya tarifnya masih terjangkau, tarif KRL premium jauh lebih mahal dibanding KRL reguler. Kalau naik KRL reguler, penumpang membayar Rp 3.000 untuk 1 kilometer hingga 25 kilometer pertama. Akan halnya tarif KRL premium direncanakan maksimal Rp 20.000.
Penumpang KRL premium pun dibatasi, sehingga tidak terjadi kepadatan penumpang di dalam kereta. KRL premium juga hanya akan berhenti di stasiun-stasiun tertentu atau tidak di setiap stasiun, sehingga perjalanan kereta akan lebih cepat.
Menurut Subakir, pengoperasian KRL premium dilakukan untuk menambah pelayanan kepada masyarakat. PT KCI tidak bermaksud melakukan pemisahan antara masyarakat yang mampu dan yang tidak. “Saya hanya ingin menambahkan pelayanan saja. Untuk pemanfaatan seluruhnya boleh saja, bukan mampu atau tidak mampu. Seluruhnya silakan menikmati, hanya pilihan saja,” kata Subakir. [RAF]