Ilustrasi/istimewa

Koran Sulindo – Facebook berkeras menolak menghapus postingan States Times Review yang mengkaitkan Singapura dengan kasus pencucian uang 1MDB, perusahaan keuangan negara Malaysia. Kasus ini bergulir setelah Mahathir Mohammad menjadi Perdana Menteri dan menyeret Najib Razak yang ketika itu menjabat perdana menteri.

Karena penolakan Facebook itu, menteri senior Singapura Edwin Tong menilai, platform tersebut tidak punya niat baik untuk mencegah informasi bohong yang bisa menyebar secara masif. Itu sebabnya, parlemen Singapura didesak untuk membuat kebijakan untuk mencegah informasi bohong yang sengaja disebar lewat Facebook.

Alasan Facebook menolak menghapus postingan States Times Review yang mengkaitkan Perdana Menteri Lee Hsien Loong dengan kasus 1MDB seperti yang dilaporkan Channel News Asia karena platform tersebut tidak punya kebijakan untuk melarang penyebaran informasi yang diduga bohong. Terlepas apakah isinya akan memicu kekerasan atau lain sebagainya.

Menanggapi alasan Facebook itu, Tong mengatakan, kendati tidak berpotensi menimbulkan kekerasan, informasi bohong dapat menyebabkan sesuatu yang berbahaya. Dan jika itu dibiarkan, maka pada suatu waktu informasi bohong yang menyebar secara perlahan itu bisa menyebabkan terjadinya kekerasan.

Terhadap ini, Facebook tidak akan melakukan apa-apa, meski Singapura telah memberikan pernyataan dan dimuat di berbagai media massa. Karena situasi ini, Tong berpendapat, Facebook membuka peluang menjadi media sosial penyebar kebohongan, kepalsuan dan meracuni masyarakat dengan informasi-informasi bohong.

“Juga mendorong xenofobia dan mendapatkan keuntungan dari hal-hal demikian,” kata Tong.

States Times Review membagikan artikelnya lewat Facebook yang menyatakan Malaysia telah menandatangani beberapa perjanjian dengan Singapura sebagai imbalan atas bantuan bank-bank di negara tersebut dalam hal pencucian uang dana 1MDB. Otoritas moneter negara itu lalu mengecam artikel tersebut karena tanpa dasar dan cenderung fitnah. Singapura menyimpulkan artikel yang disebar lewat Facebook itu sama sekali tidak masuk akal. [KRG]