Di Balik Penangkapan Pangeran dan Elite Politik Arab Saudi

Pangeran Alwaleed yang merupakan keponakan Raja Saudi [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Penangkapan terhadap para elite politik, pangeran dan investor di Arab Saudi memunculkan banyak pertanyaan. Mereka yang ditangkap oleh semacam lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak pandang bulu. Keluarga kerajaan seperti Alwaleed bin Talal termasuk yang diciduk.

Ada apa gerangan? Penangkapan terhadap 11 pangeran Saudi, empat menteri dan puluhan mantan menteri disebut sebagai upaya pemberantasan korupsi. Penangkapan dilakukan hanya berselang beberapa jam setelah Raja Salman mengumumkan pembentukan semacam lembaga KPK.

Pemimpin lembaga itu adalah Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Namun, benarkah itu semata-mata sebagai upaya pemberantasan korupsi? Washington Post, misalnya, penangkapan tersebut ketika situasi di Saudi sedang bergolak secara politik, sosial dan ekonomi. Sebuah situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kerajaan Saudi disebut sedang mereformasi ekonominya agar tidak bergantung kepada ekspor minyak. Analis dan pengamat melihat penangkapan tersebut tidak hanya semata-mata terkait dengan pemberantasan korupsi melainkan bagian dari rencana Putra Mahkota untuk melapangkan jalannya.

Seperti dikutip Sputniknews.com, Direktur Proyek Intelijen Brooking Institute Bruce Riedel mengatakan, penangkapan terhadap ulama dan intelektual ternama pada musim panas ini menggambarkan Kerajaan Saudi sedang bergolak. Akhir dari penangkapan itu mungkin sekali terkait dengan suksesi Putra Mahkota.

Di lain pihak, penangkapan tersebut dianggap sebagai bagian dari reformasi yang sedang berjalan di Saudi. Direktur Eksekutif Saudi Foundation Ali Shihabi salah satu orang yang berpikiran demikian. Penangkapan itu hanyalah bagian dari suksesi kekuasaan adalah pendapat orang-orang sinis. Sebenarnya penangkapan tersebut adalah pesan kepada masyarakat era elite akan segera berakhir.

Tulisan di Washington Post juga menyebutkan, Putra Mahkota adalah arsitek kebijakan luar negeri Saudi terutama dalam menghadapi Iran. Karena itu, pemgunduran diri Perdana Menteri Lebanon Rafic Hariri pada 4 November lalu mungkin bagian dari pertarungan Saudi – Iran secara luas.

Sehari sebelum mengundurkan diri, Hariri rupanya mengunjungi Saudi dan bertemu dengan Putra Mahkota Moahmmad bin Salman. Juga dengan pejabat tinggi Saudi lainnya.

Salah satu yang ditangkap pada pekan lalu adalah Pangeran Alwaleed yang merupakan keponakan Raja. Ia pemilik perusahan investasi Kingdom Holding yang menanam modal termasuk di Citigroup, dan Twitter. Dia juga pesaham ketiga terbesar di kelompok hotel Prancis, Accor. Nilai saham korporasi ini turun 1,7 persen saat pebmukaan di hari Pangeran Alwaleed bin Talal ditangkap.

Pangeran Mohammed sedang melancarkan reformasi. Langkahnya termasuk mendaftarkan tahun depan sebagian perusahaan raksasa milik negara Arab Saudi, Aramco, di bursa. Harga minyak yang lebih tinggi dipandang akan menguntungkan kapitalisasi pasar korporasi yang akan didaftarkan di pasar modal tersebut. [KRG]