Di Balik Kesediaan Jack Ma Menjadi Penasihat E-Commerce Indonesia

Ilustrasi [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Penunjukan pendiri Alibaba Group, Jack Ma sebagai penasihat perdagangan elektronik (e-commerce) di Indonesia memicu ragam pendapat. Sebagian pihak justru khawatir keputusan tersebut berdampak buruk terhadap industri e-commerce Tanah Air: asing bakal berkuasa.

Tentu saja pemerintah melalui Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menolak anggapan tersebut. Jack Ma, kata dia, hanya sebatas penasihat e-commerce di Indonesia. Terutama untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM).

Diungkapkan Rudi, Jack Ma karena sudah dikenal secara internasional akan berfungsi sebagai penarik untuk mengangkat Indonesia dalam masyarakat global. Kebijakan e-commerce tetap akan dipegang para menteri.

“Kami ingin jadikan Indonesia sebagai penghubung pengembangan SDM untuk e-commerce di kawasan regional,” kata Rudiantara seperti dikutip Kompas.com pada Senin (28/8).

Pemerintah telah menyusun peta jalan e-commerce Indonesia yang terdiri atas tujuh poin. Ketujuhnya akan menjadi fokus pengembangan industri ekonomi digital yang meliputi  logistik, pendanaan, perlindungan konsumen, infrastruktur komunikasi, pajak, pendidikan SDM, serta komunikasi siber.

Sosok Jack Ma
Setiap fokus akan memiliki penasihat. Jack Ma didapuk sebagai penasihat pengembangan SDM. Lalu siapakah Jack Ma? Ia lahir dua tahun sebelum Revolusi Besar Kebudayaan Proletar (RBKP) meletus di Tiongkok. Ia lahir di Hangzhou, sebuah kota bersejarah dengan jumlah penduduk 8,7 juta orang. Kakeknya merupakan kader Partai Kuomintang. Ketika Partai Komunis Tiongkok memenangi perang pembebasan nasional, kakek Ma yang merupakan kader Kuomintang ikut tewas.

Ayah Ma merupakan seorang pemain teater tradisional. Ma muda bukanlah tergolong siswa pandai. Ia bahkan buruk dalam pelajaran matematika. Ma hanya unggul dalam pelajaran bahasa Inggris. Untuk mengasah kemampuan bahasa Inggrisnya, ia terkadang menjadi pemandu wisata di kotanya.

Ma mengecap pendidikan tinggi di Universitas Normal Hangzhou setelah lulus tes untuk kali ketiga. Di kampus ini pula ia mendalami kemampuan bahasa Inggrisnya. Setelah lulus pada 1988, Ma mengajar bahasa Inggris hingga bertahun-tahun di Hangzhou Institute of Electronic Engineering dengan gaji US$ 12 per bulan.

Ia kali pertama berkenalan dengan internet pada 1995. Itu karena ia akan mengunjungi Seattle, AS. Kala itu, ia ingin mencari bir di sebuah mesin pencari. Ia terkesan dengan hasilnya. Ma pun menjadi terobsesi. Pada tahun yang sama, Ma meluncurkan pertama kalinya bisnis digital, sebuah direktori online: China Pages.

Akan tetapi, ia mesti menghentikan bisnisnya setelah pemerintah mengharuskannya bermitra dengan badan usaha milik negara. Empat tahun dari waktu itu, Ma bersama dengan 17 temannya patungan untuk membangun Alibaba senilai US$ 60 ribu. Ketika itu di Tiongkok sama sekali tidak pernah terdengar sebutan e-commerce, katanya.

Tidak sampai dua dekade, perusahaan Ma berubah menjadi “raksasa” e-commerce. Total aset Alibaba Group Holding hingga Juni 2017 mencapai US$ 79,880 miliar. Total aset Alibaba tumbuh sekitar 19,10 persen per tahun. Selama tiga tahun terakhir total aset Alibaba tumbuh hingga 68,60 persen per tahun. Selama lima tahun terakhir, total aset Alibaba rata-rata tumbuh 75,50 persen per tahun. Dalam satu dekade terakhir, total aset Alibaba tumbuh rata-rata 94,70 persen per tahun.

Karena itu pula, Forbes mendapuk Jack Ma sebagai orang terkaya kedua di Tiongkok dengan jumlah kekayaan mencapai US$ 35,6 miliar pada 2017. Sebelumnya Ma menduduki posisi pertama sebelum disodok Ma Huateng, pemilik Tencent Holding.

Pertemuan kali pertama antara pemerintah Indonesia dengan Jack Ma terjadi pada pekan lalu. Menteri Koordinato Perekonomian Darmin Nasution bersama dengan Rudiantara berkunjung ke Tiongkok dan bertemu dengan Ma. Pertemuan itu untuk membuat peta jalan e-commerce Indonesia yang meliputi beberapa masalah seperti logistik, pendanaan, perlindungan konsumen, infrastruktur komunikasi, pajak, pendidikan SDM, serta komunikasi siber.

Ekspansi Tiongkok
Pasar belanja online Indonesia disebut terbesar di Asia Tenggara. Pada tahun lalu, misalnya, jumlah transaksi pasar online Indonesia mencapai US$ 5,3 miliar dan diperkirakan akan meningkat menjadi US$ 130 miliar pada 2020. Ini menunjukkan ekonomi digital Indonesia sedang bertumbuh terutama karena penggunaan telepon pintar yang tumbuh dengan cepat.

Sebuah toko online bernama Lazada yang populer di negara-negara Asia Tenggara termasuk di Indonesia merupakan milik Alibaba. Baru-baru ini, Alibaba juga menyuntik modal sekitar US$ 1,1 miliar ke toko online milik Indonesia: Tokopedia. Infastruktur Indonesia yang buruk disebut sebgai salah satu penghambat pertumbuhan ekonomi digital atau ekonomi secara keseluruhan.

Kesediaan Ma menjadi penasihat e-commerce Indonesia bukanlah tanpa alasan. Laporan techcrunch.com berjudul Alibaba gets serious in Southeast Asia in preparation for battle with Amazon pada Maret lalu menuliskan, Alibaba memang sudah mengincar Asia Tenggara sebagai pasar yang menjanjikan. Lebih dari 600 juta konsumen menanti mereka di kawasan ini. Dengan jumlah konsumen itu, Alibaba akan memaksimalkan keuntungan di kawasan untuk menyaingi Amazon. Itu sebabnya, Alibaba membeli saham mayoritas di Lazada, sebuah toko online yang populer di kawasan Asia Tenggara.

Alibaba merupakan perusahaan online global pertama yang memasuki pasar Asia Tenggara. Perkiraan yang dicatat Google, transaksi e-commerce di kawasan ini mencapai sekitar US$ 88 miliar pada 2025.

Tiongkok menurut laporan Bangkok Post pada Juni lalu ingin menancapkan dominasinya di Asia Tenggara melalui perusahaan-perusahaan online seperti Alibaba. Tiongkok akan mengawali strateginya ini melalui kawasan Asia Tenggara. Mereka akan menerapkan strategi “solusi untuk semua”. Dengan kata lain sama-sama untung.

Itu sebabnya, Jack Ma mengunjungi sejumlah kepala negara kunci di kawasan ini pada tahun lalu termasuk Singapura, Thailand dan Indonesia. Seperti di Indonesia, Jack Ma ketika mengunjungi Malaysia juga diangkat sebagai penasihat e-commerce negara tersebut.

Ma melalui Lazada bekerja sama dengan perusahaan logistik Malaysia seperti Cainiao dan Ant Financial. Dengan konsep Electronic World Trade Platform (e-WTP), menurut Ma, akan menguntungkan siapa saja yang berdagang secara online di Malaysia – tidak hanya Alibaba. Lewat sistem itu wilayah Malaysia akan terhubung langsung dengan kantor Alibaba di Hangzhou. Itu disebut membuka peluang ekonomi dan sosial, kata Ma.

Dari fakta-fakta tersebut menjadi jelas mengapa Jack Ma mengepakkan sayapnya ke Asia Tenggara dan bersedia menjadi penasihat e-commerce untuk Indonesia serta Malaysia. Dengan demikian, bukankah wajar sebagian masyarakat khawatir atas kebijakan pemerintah mengangkat Ma sebagai penasihat e-commerce Indonesia? [KRG]