Di banyak wilayah Indonesia, menjadi petani bukan sekadar sebuah profesi, melainkan cara hidup yang diwariskan dari generasi ke generasi. Di negeri yang dikaruniai tanah subur dan iklim tropis ini, padi menjadi komoditas utama yang menopang kebutuhan pangan nasional. Karena nasi menjadi salah satu makanan pokok warga Indonesia.
Namun, perjalanan dari proses tanam hingga panen tidak pernah benar-benar mudah. Di lapangan, para petani kerap berjibaku menghadapi berbagai gangguan, terutama dari hama yang dapat menurunkan produktivitas padi secara signifikan.
Berikut rangkuman sejumlah hama utama yang kerap mengganggu tanaman padi di Indonesia yang dirangkum dari berbagai sumber.
1. Hama Wereng
Wereng, khususnya wereng coklat, menjadi salah satu hama yang paling ditakuti petani. Serangga kecil berukuran 2–4,4 mm ini menghisap cairan tanaman dan menyerang padi sejak 15 hari setelah tanam.
Populasinya dapat meningkat pesat, terutama bila varietas padi yang ditanam rentan. Pada tingkat serangan berat, wereng dapat menyebabkan kondisi “puso”, ditandai perubahan daun dan batang menjadi kuning, lalu coklat seperti jerami, sebelum akhirnya mengering total.
Sebagai gambaran, populasi 10–15 ekor per rumpun saja sudah mampu menimbulkan kerusakan dalam waktu singkat. Karena itu, pengendalian populasi sejak dini menjadi langkah penting untuk mencegah kerugian besar.
2. Penggerek Batang Padi
Hama penggerek batang padi berasal dari telur yang diletakkan ngengat atau kupu-kupu di daun tanaman. Meski serangga dewasa tidak berbahaya, larvanya mampu merusak batang padi pada seluruh fase pertumbuhan.
Serangan penggerek batang muncul dalam dua bentuk:
Sundep, terjadi sebelum tanaman berbunga. Daun muda menguning, tergulung, lalu mengering.
Beluk, terjadi setelah malai keluar. Bunga atau buah padi berubah putih, berguguran, dan gabah menjadi kosong.
Pemantauan telur di daun dan pengenalan gejala sejak dini menjadi kunci pengendalian hama ini.
3. Hama Pelipat Daun (HPP)
Cnaphalocrocis medinalis, yang lebih dikenal sebagai Hama Putih Palsu atau Hama Pelipat Daun, dapat mengakibatkan kerugian besar bila kerusakan daun melewati ambang 50%.
Pada fase vegetatif, serangan hama ini lebih berbahaya karena ulat memakan jaringan hijau daun dari dalam lipatan. Sementara itu, tanda awal munculnya hama biasanya terlihat dari ngengat kuning kecoklatan dengan motif tiga pita hitam pada sayap.
Daun yang diserang tampak memutih akibat lapisan jaringan yang hilang. Bila tidak dikendalikan, serangan luas dapat menurunkan hasil panen secara drastis.
4. Walang Sangit
Walang sangit (Leptocorisa oratorius L) menyerang padi setelah fase berbunga. Dengan cara mengisap cairan bulir padi, hama ini dapat menyebabkan bulir menjadi kosong atau berisi tidak sempurna.
Populasi tinggi walang sangit dapat menurunkan hasil panen hingga 50%. Bahkan, penelitian mencatat satu ekor walang sangit per malai dalam satu minggu mampu menurunkan hasil sebesar 27%. Selain itu, serangan hama ini meningkatkan discoloration pada gabah sehingga menurunkan kualitas hasil panen.
Di luar musim tanam, walang sangit sering bertahan hidup pada tanaman gulma seperti Panicum spp., Digitaria consanguinaria, hingga Paspalum spp. Karena itu, pembersihan gulma di sekitar sawah menjadi salah satu bentuk pengendalian yang efektif.
5. Tikus
Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan salah satu hama paling sulit dikendalikan. Kemampuannya berkembang biak dengan cepat dan serangannya yang terjadi sejak fase awal tanam hingga panen membuat tikus menjadi ancaman serius.
Kerusakan yang ditimbulkan tidak hanya terlihat dari batang padi yang patah atau terpotong, tetapi juga hilangnya area tanaman dalam jumlah besar. Dalam banyak kasus, serangan tikus memaksa petani melakukan tanam ulang yang tentu memakan biaya dan waktu.
6. Burung Pipit
Burung pipit menjadi ancaman terutama menjelang masa pengisian bulir. Hewan ini sering datang bergerombol dan memakan padi secara acak, bahkan menjatuhkan sebagian bulir sehingga kerugian menjadi lebih besar.
Metode pengusiran seperti orang-orangan sawah sering kali tidak efektif karena burung terbiasa mengabaikannya. Jaring burung menjadi alternatif yang lebih menjanjikan, meski pemasangannya memerlukan tenaga dan biaya tambahan.
7. Keong Mas
Keong mas (Pomacea canaliculata) dikenal sebagai hama yang menyerang padi pada fase sangat awal, yaitu hingga 15 hari setelah tanam. Keong ini memakan batang dan daun muda hingga tanaman terpotong-putus.
Serangan keong mas dapat menghabiskan tanaman dalam satu malam, memaksa petani menanam ulang dan menambah beban biaya produksi. Karena sifatnya yang agresif, pengendalian harus dilakukan sejak awal, terutama pada sawah dengan air yang cukup dalam.
8. Belalang
Belalang menyerang dengan memakan daun, pucuk, hingga malai, yang menyebabkan bulir menjadi kosong. Ketika populasinya tinggi, kerusakan dapat meluas dengan cepat. Serangga ini juga kerap memakan benih padi yang siap di tanam.
Metode pengendalian dilakukan secara mekanis misalnya menangkap dengan jaring atau dengan penyemprotan insektisida bila serangan sudah melewati batas.
Berbagai hama di atas menjadi tantangan nyata bagi petani padi di Indonesia. Dari serangga kecil seperti wereng, hingga burung pipit dan tikus yang kerap datang bergerombol, seluruhnya memiliki potensi mengurangi produktivitas bahkan menyebabkan gagal panen.
Bagi petani, memahami karakteristik dan gejala tiap hama menjadi langkah awal untuk melakukan pengendalian yang tepat. Di tengah upaya menjaga ketahanan pangan nasional, perlindungan tanaman padi tetap menjadi pekerjaan penting yang tak bisa diabaikan. [UN]