Demi Kepentingan Negara, Stop Ekspor Bahan Mentah

Ilustrasi: Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (7/12/2015)/ANTARA FOTO-Widodo S. Jusuf

Koran Sulindo – Sebagai negara dengan sumber daya alam melimpah ternyata Indonesia masih saja memiliki problem besar pada defisit transaksi berjalan dan current account deficit.

Menurut Presiden Joko Widodo sebagai bangsa yang memiliki sumber daya alamnya melimpah seperti batubara, mineral bauksit hingga minyak sawit dan produk perikanan lainnya masalah-masalah mestinya tak terjadi.

Lebih lanjut ia mencontohkan meski Indonesia mengekspor jutaan ton bauksit mentah dengan harga 35 dollar per ton. Ternyata di sisi lain setiap tahun Indonesia tetap mengimpor ratusan ribu ton alumina yang merupakan produk hilir bauksit.

“Artinya menurut saya, kuncinya memang kita tahu dari dulu, industrialisasi dan hilirisasi. Kita tahu itu, tapi eksekusi lapangannya yang nggak pernah kita kejar,” kata Presiden Jokowi di Jakarta pada Senin (3/12) pagi.

Hal itulah yang menurut presiden tengah dikejar terus yakni industrialisasi dan hilirisasi.

“Coba kalau kita sejak dulu membangun industri alumina, maka impor tidak perlu terjadi beratus-ratus ribu ton. Dan tentu saja pengaruhnya terhadap defisit transaksi berjalan kita,” kata dia.

Jokowi juga menyebut paling gampang memang mengekspor batubara mentahan yang tinggal cangkul hari ini langsung dapat duitnya. Dan ekspornya setiap tahun bisa mencapai hingga 480 juta ton.

“Coba kalau sejak dulu ada hilirisasi, batubara kalori rendah itu bisa dipakai untuk LPG, bisa dipakai juga untuk aftur bisa, bisa dipakai untuk DME (Dimethyl Ether) bisa,” kata Jokowi. “Impor LPG itu 4 juta ton setiap tahunnya.”

“Tapi kenapa tidak dilakukan hilirisasi itu? Karena kita keenakan yang namanya nyangkul, kirim, dapat uang. Seperti ini pun, ini harus segera dihentikan,” kata Jokowi.

Menurutnya, kalau sudah berniat melakukan hilirisasi soal teknologi yang belum siap tinggal beli saja teknologinya atau menggandeng partner. “Selalu saya dorong itu. Menyelesaikannya memang harus kembali lagi ke hilirisasi, nggak ada yang lain,” kata dia.

Soal kepala sawit juga, dengan produksi mencapai 42 juta ton CPO per tahun mestinya usaha-usaha hilirisasi industru harus dikerjakan dengan serius termasuk untuk menghasilkan solar B20 (Biodiesel 20) yang bahkan telah diwajibkan penggunaannya.

“Kalau B20 rampung ya B50, B80, dan B100. Kembali lagi, ini juga akan mengurangi yang namanya current account deficit, defisit transaksi berjalan. Karena apa? impor solar bisa dikurangi atau dihilangkan,” kata Jokowi.

Contoh hilirisasi lain yang tak kalah menariknya adalah nikel yang bila diekspor mentah harganya hanya 30-an dollar per ton. Begitu dilakukan hilirisasi menjadi feronikel nilai tambahnya 4 kali.

“Kita sudah tahu ada added value disitu, ada nilai tambah disitu 4 kali, tapi tidak pernah kita lakukan karena nggak pernah pemerintah paksa untuk ini. Sekarang paksa,” kata Presiden.

Lebih lanjut presiden mengajak seluruh pelaku usaha di sektor riil agar segera melakukan industrialisasi sekaligus mengurangi atau menghentikan sama sekali ekspor bahan-bahan mentah.[TGU]