Dari Waktu ke Waktu, Tren Terus Meningkat

Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi/Dokumentasi bank bjb

Koran Sulindo – Sesuai tagline yang diusung, kehadiran dan keberadaan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (bjb) diharapkan menjadi hadiah atau tanda mata yang memberikan manfaat terbaik bagi negeri Indonesia. Bahkan, pemakaian kata “Tandamata” ini pun inline dengan produk unggulan bjb yang sudah dipatenkan hak atas kekayaan intelektualnya.

Secara historis, pada 2008 silam bjb memiliki visi “Menjadi 10 Bank Terbesar dan Berkinerja Baik di Indonesia.” Sejak saat itu, perseoran mengusung tagline “Tandamata untuk Negeri” dan kian dikukuhkan pada 2017.

Bahkan, dengan tetap mengusung tagline “Tandamata untuk Negeri” perseroan mengubah visi. Transformasi itu berdasarkan SK Direksi Nomor 0449/DIR-PST/2020 pada 9 Juli 2020. Kini, visi Bjb “Menjadi Bank Pilihan Utama Anda” yang artinya menyatakan cita-cita dan tujuannya untuk menjadi bank yang terbaik dengan memberikan layanan terdepan yang dapat menjawab kebutuhan bisnis dan transaksi nasabah yang semakin dinamis. Diharapkan, bjb menjadi bank utama yang dipilih masyarakat untuk keperluan bertransaksi perbankan maupun kebutuhan bisnis nasabah.

Direktur Konsumer & Ritel bjb Suartini mengatakan, tagline yang diusung itu pun mempengaruhi produk dan layanan yang diberikan kepada masyarakat. Berdasarkan perkembangan produk tabungan konsumer pada 2019-2020, terdapat sejumlah jenis produk tabungan yang seluruhnya mencantumkan kata “Tandamata”.

Tapi, dari semua varian itu, produk Tabungan Tandamata tercatat paling tinggi. Pada Desember 2020, produk itu memiliki volume Rp12,5 triliun dari 1,9 juta number of account (NoA) . Angka itu, diakuinya, tertinggi dari total produk tabungan yang memiliki volume Rp22,3 triliun dari 4,9 juta NoA.

Tak hanya jadi primadona, Tabungan Tandamata juga menunjukkan peningkatan yang selalu tajam. Pasalnya, pada Desember 2019 produk Tabungan Tandamata itu tercatat memiliki volume Rp14,4 triliun dengan 2,1 juta NoA.

“Melihat perkembangannya, pada grafik tren tabungan perorangan itu terus meningkat dari waktu ke waktu,” tambahnya.

Suartini menuturkan, perseroan memiliki basis nasabah yang relatif loyal dengan jumlah sangat besar. Mereka yakni aparatur sipil negara (ASN), pensiunan, dan masyarakat lokal, terutama di wilayah Jabar-Banten.

Bahkan, kredit konsumer didominasi kredit guna bhakti (KGB) yang merupakan fasilitas kredit untuk debitur berpenghasilan tetap dengan tujuan penggunaan konsumtif multiguna yang diperuntukkan bagi ASN, pegawai BUMN/BUMD, pegawai lembaga negara atau instansi pemerintah non-PNS, anggota TNI/Polri, pegawai swasta atau yayasan, kepala dan wakil kepala daerah, anggota dewan, perangkat desa dan lain. Total kredit KGB sebesar 67,62% dari total kredit konsumer.

Secara umum, dia menyebutkan kinerja operasional dana pihak ketiga (DPK) konsumer untuk produk tabungan itu cenderung meningkat. Pada 2016, DPK produk tabungan itu tercatat sebesar Rp16,8 triliun yang terus meningkat menjadi Rp17,7 triliun (2017), Rp 17,9 triliun (2018), Rp 20,6 triliun (2019), dan Rp 20,3 triliun (2020). [Adv]