Penetapan Hari Perempuan Internasional memiliki sejarah yang cukup panjang. (Sumber: Pexels)

Negara-negara di seluruh dunia memperingati Hari Perempuan Internasional (IWD) pada tanggal 8 Maret setiap tahun. Ini adalah hari ketika perempuan diakui atas prestasi mereka terlepas dari kewarganegaraan, etnis, linguistik, budaya, ekonomi atau politik.

Secara resmi diakui oleh PBB pada tahun 1977, Hari Perempuan Internasional pertama kali muncul dari kegiatan gerakan buruh pada pergantian abad kedua puluh di Amerika Utara dan di seluruh Eropa. Namun hari peringatan ini telah diamati sejak awal 1900-an.

Secara historis, perempuan pertama kali menuntut haknya pada tahun 1908. Mengutip dari situs International Women’s Day, 15.000 perempuan berbaris melalui New York City untuk menuntut jam kerja yang lebih pendek, gaji yang lebih baik, dan hak suara.

Sesuai dengan deklarasi Partai Sosialis Amerika, Hari Perempuan Nasional (NWD) pertama diperingati di seluruh Amerika Serikat pada 28 Februari 1909. Perempuan terus merayakan NWD pada hari Minggu terakhir Februari hingga 1913.

Pada tahun 1910, Konferensi Internasional Perempuan Pekerja kedua diadakan di Kopenhagen. Konferensi itu dihadiri oleh lebih dari 100 perempuan dari 17 negara, serta mewakili serikat pekerja, partai sosialis, klub pekerja wanita, dan menghadirkan tiga perempuan pertama yang terpilih ke Parlemen Finlandia.

Clara Zetkin, Pemimpin Kantor Perempuan untuk Partai Sosial Demokrat di Jerman, mengajukan gagasan tentang Hari Perempuan Internasional. Dia mengusulkan bahwa setiap negara harus memiliki perayaan pada hari yang sama setiap tahunnya agar perempuan dapat mendesak tuntutan mereka.

Konferensi tersebut menyambut saran Zetkin dengan persetujuan bulat. Hasilnya adalah penetapan Hari Perempuan Internasional.

Menyusul keputusan yang disepakati di Kopenhagen di Denmark, Hari Perempuan Internasional dihormati untuk pertama kalinya di Austria, Denmark, Jerman dan Swiss pada 19 Maret 1911. Lebih dari satu juta perempuan dan laki-laki menghadiri demonstrasi IWD yang mengkampanyekan hak-hak perempuan untuk bekerja, memilih, dilatih, memegang jabatan publik, dan mengakhiri diskriminasi.

Namun kurang dari seminggu kemudian pada tanggal 25 Maret, terjadi tragedi ‘Kebakaran Segitiga’ yang di New York, merenggut nyawa lebih dari 140 perempuan pekerja. Kebanyakan dari mereka adalah imigran Italia dan Yahudi.

Tragedi ini menyoroti kondisi kerja dan undang-undang perburuhan di Amerika Serikat, yang mana menjadi fokus acara Hari Perempuan Internasional berikutnya. Di tahun 1911, orang-orang juga menyaksikan kampanye Roti dan Mawar oleh kaum perempuan.

Dua tahun kemudian, di Rusia, sebuah pertemuan diadakan di gedung bursa roti Kalashnikov di jalan Poltavskaya pada tanggal 2 Maret. Pertemuan ini dihadiri oleh 1.500 orang. Isu-isu yang dibahas adalah hak pilih bagi perempuan, dukungan negara terhadap ibu, dan tingginya biaya hidup.

Hasil dari diskusi itu adalah penetapan tanggal 8 Maret, atau 23 Februari berdasarkan Kalender Julian, sebagai Hari Perempuan Internasional. Hari ini menjadi tanggal global untuk Hari Perempuan Internasional sejak saat itu.

Pada tahun 1914, perempuan di seluruh Eropa mengadakan demonstrasi untuk berkampanye melawan perang dan untuk mengekspresikan solidaritas perempuan. Misalnya, sebuah pawai diadakan di London, di mana orang-orang berjalan dari Bow ke Trafalgar Square untuk mendukung hak pilih perempuan. Sylvia Pankhurst ditangkap di depan stasiun Charing Cross ketika sedang dalam perjalanan untuk berbicara di Trafalgar Square.

Kemudian kembali ke Rusia, para perempuan memulai aksi mogok kerja pada 8 Maret (23 Februari) 1917 untuk “Roti dan Perdamaian”. Aksi ini merupakan tanggapan atas tewasnya lebih dari 2 juta tentara Rusia dalam Perang Dunia 1.

Meski mendapat perlawanan dari para pemimpin politik, para perempuan Rusia di masa itu terus melakukan aksi mogok, hingga empat hari kemudian Tsar dipaksa turun takhta dan Pemerintah Sementara memberikan hak pilih kepada perempuan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingati Hari Perempuan Internasional untuk pertama kalinya pada tahun 1975.

Kemudian pada Desember 1977, Majelis Umum mengadopsi sebuah resolusi yang menyatakan Hari Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak-Hak Perempuan dan Perdamaian Internasional harus diperingati pada hari apa pun sepanjang tahun oleh Negara-negara Anggota, sesuai dengan tradisi historis dan nasional mereka.

Akhirnya di tahun 1996, PBB mengumumkan tema tahunan pertamanya, yakni “Merayakan masa lalu, Merencanakan Masa Depan”. Sejak saat itu, PBB menyajikan tema yang berbeda setiap tahunnya untuk merayakan Hari Perempuan Internasional. [BP]