Dari Jalanan Menuju Soviet: Bagaimana Perempuan Memulai Revolusi Rusia 1917

Revolusi Februari di Rusia dimulai oleh perempuan, namun pada perkembangannya Vladimir Lenin lebih dikenal luas. (Sumber: Smithsonian Magazine)

Koran Sulindo – Revolusi Rusia tahun 1917 merupakan salah satu peristiwa politik terbesar di abad ke-20. Tidak banyak yang tahu bahwa sebetulnya Revolusi ini dimulai oleh kaum perempuan, bukan pekerja laki-laki.

Pada perkembangannya, kaum Bolshevik yang dipimpin oleh Vladimir Lenin berhasil menghancurkan pemerintahan Tsar, merebut kekuasaan, dan mendeklarasikan negara Soviet.

Revolusi Rusia terdiri atas dua tahap, yaitu di bulan Februari dan Oktober. Keduanya berlangsung saat Rusia masih menggunakan kalender Julian, yaitu sistem penanggalan yang ditetapkan oleh Julius Caesar.

Rusia menerapkan Kalender Gregorian pada tanggal 14 Februari 1918 dengan meniadakan tanggal Julian 1–13 Februari 1918 sesuai dekrit Sovnarkom, yang ditandatangani oleh Lenin pada tanggal 24 Januari 1918 (Julian). Berdasarkan kalender Gregorian, Revolusi Rusia dimulai pada bulan Maret dan November 1917.

Latar Belakang

Melansir dari beberapa sumber, Revolusi Februari terjadi karena kesulitan pangan dan bahan bakar yang tidak tertangani. Keadaan ini sendiri disebabkan oleh lonjakan populasi di kota-kota besar seperti St. Petersburg dan Moskow, musim tanam yang sulit karena iklim utara Rusia, dan serangkaian perang yang mahal seperti Perang Krimea, Perang Rusia-Jepang, dan Perang Dunia 1.

Masalah-masalah ini menciptakan kondisi kehidupan yang sangat buruk bagi kelas pekerja industri Rusia yang baru.

Keadaan yang serba sulit memaksa para pekerja tekstil perempuan dari sisi kota Vyborg, Petrograd, melakukan pemogokan sebagai protes terhadap kekurangan roti pada 8 Maret 1917, atau tanggal 23 Februari berdasarkan Kalender Julian.

Bersama para pekerja lelaki, mereka mengumpulkan massa di Nevsky Prospekt, jalan utama di pusat ibu kota Rusia, dan menyerukan berbagai tuntutan, di antaranya “Beri makan anak-anak para pembela tanah air”, “Tambah jatah makanan bagi keluarga prajurit, pembela kemerdekaan dan perdamaian rakyat”, “Roti!” dan “Turunkan Tsar!”

Menjelang sore hari, 100.000 pekerja melakukan aksi mogok. Bentrokan dengan polisi terjadi saat para pekerja menolak pergi dan mencoba menyeberangi Jembatan Liteiny yang menghubungkan sisi Vyborg dengan pusat kota.

Sebagian besar demonstran dibubarkan oleh polisi, tetapi ribuan lainnya menyeberangi sungai Neva yang tertutup es di kala suhu mencapai -5C. Beberapa orang mulai menjarah toko-toko dalam perjalanan mereka ke Nevsky.

Pada tanggal 9 Maret, atau tanggal 24 Februari berdasarkan Kalender Julian, sebanyak 150.000 pekerja turun ke jalan. Mereka berbaris dari kawasan industri, menyeberangi jembatan, menduduki Nevsky, menjarah toko-toko, serta menjungkirbalikkan trem dan kereta.

Kemudian terjadi bentrokan antara para demonstran dengan polisi dan orang-orang Cossack yang mendukung pemerintah Tsar Nicholas II di jembatan. Menjelang sore hari, kerumunan di Nevsky telah membengkak karena mahasiswa, pemilik toko, pekerja kantor, dan penonton ikut turun ke jalan.

Kerumunan demonstran itu sebagian besar terdiri atas para wanita dari masyarakat umum, petani perempuan, dan gadis-gadis pelajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Revolusi Rusia dimulai oleh para perempuan, bukan pekerja laki-laki.

Pada tanggal 11 Maret, pasukan garnisun tentara Petrograd dikerahkan untuk memadamkan pemberontakan. Dalam beberapa bentrokan, resimen melepaskan tembakan, menewaskan demonstran, tetapi para demonstran tetap bertahan di jalan dan pasukan mulai goyah.

Duma membentuk pemerintahan sementara pada tanggal 12 Maret. Beberapa hari kemudian, Tsar Nicholas turun takhta, mengakhiri kekuasaan Romanov Rusia selama berabad-abad. Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia (Menshevik) berkuasa.

Para pemimpin pemerintahan sementara, termasuk pengacara muda Rusia Alexander Kerensky, menetapkan program hak liberal seperti kebebasan berbicara, persamaan di hadapan hukum, dan hak serikat pekerja untuk berorganisasi dan mogok kerja. Mereka menentang revolusi sosial yang penuh kekerasan.

Sebagai menteri perang, Kerensky melanjutkan upaya perang Rusia dan mendukung keterlibatan negaranya dalam Perang Dunia 1. Hal ini semakin memperburuk krisis pangan Rusia. Kerusuhan terus meningkat saat petani menjarah pertanian. Kerusuhan pangan juga meletus di kota-kota.

Partai Menshevik dan Partai Bolshevik

Kerensky terkenal tidak menganut dogma politik yang kaku. Partai Menshevik sendiri memiliki lebih banyak keragaman sudut pandang dan ide, dan keanggotaannya lebih luas.

Kaum Menshevik adalah penganut Marxisme ortodoks, karena mereka sangat yakin dengan tahap-tahap perkembangan ekonomi Marx. Mereka sepakat bahwa revolusi sosialis tidak akan berhasil di negara yang kapitalismenya masih dalam taraf dasar; revolusi yang terlalu dini pasti akan gagal.

Pandangan ini diperkuat oleh interpretasi kaum Menshevik tentang revolusi-revolusi dalam sejarah Eropa terkini. Mereka berpandangan bahwa dalam revolusi mendatang, kaum sosialis harus berjuang untuk apa yang dapat dicapai pada tahap perkembangan historis tertentu.

Partai Menshevik tidak menginginkan perubahan sosialis secara terburu-buru. Mereka ingin revolusi berfokus pada pembentukan republik parlementer dan pemerintahan demokratis yang dipilih melalui hak pilih universal.

Dan karena lebih menyukai tatanan borjuis-demokratis, Partai Menshevik rentan terhadap faksionalisme dan ketidaktegasan dalam menghadapi isu-isu utama.

Pada masa ini, kaum Bolshevik masih relatif lemah. Sebagian besar pemimpin mereka, termasuk Lenin, berada di pengasingan di Swiss. Peluang kaum Bolshevik untuk meraih kekuasaan di Rusia kecil.

Pecahnya Perang Dunia I menciptakan keretakan dalam partai ini. Sebagian besar kaum Menshevik menentang perang tetapi beberapa orang di sayap kanan partai mendukungnya. Pandangan yang saling bertentangan tentang perang ini, ditambahkan kurangnya kepemimpinan yang kuat dan pembelotan Trotsky, secara fatal melemahkan gerakan Partai Menshevik.

Ortodoksi Marxis di Partai Menshevik ditentang oleh seorang aktivis politik muda bernama Vladimir Ulyanov, yang lebih dikenal dengan nama sandi Lenin. Dia mengkritik keanggotaan Partai Menshevik yang luas, menyebutnya rentan terhadap infiltrasi dan agen provokator. Lenin juga mencela proses pengambilan keputusan demokratis partai.

Lenin menekankan bahwa partai-partai revolusioner harus tersentralisasi, disiplin, dan profesional. Partai harus diorganisir dan diarahkan oleh ideologi, ahli teori, dan profesional, alih-alih oleh massa.

Lenin juga menginginkan sebuah partai yang kecil, berdedikasi, tertutup, dan memiliki keanggotaan yang terbatas pada ‘revolusioner profesional’. Keputusan dalam partai hanya boleh dibuat oleh elit intelektual, dan harus menjadi garda depan revolusi.

Partai Bolshevik Mengambil Alih

Pada bulan September, partai Menshevik terpecah belah dan tidak efektif secara politik, sehingga memungkinkan kaum Bolshevik memperoleh mayoritas di Soviet.

Sebulan kemudian, tepatnya tanggal 24 dan 25 Oktober (atau pada tanggal 6 dan 7 November 1917 pada kalender Gregorian), Partai Bolshevik yang dipimpin oleh Vladimir Lenin melancarkan kudeta hampir tidak berdarah terhadap pemerintahan sementara Duma, yang dibentuk oleh sekelompok pemimpin dari kelas kapitalis borjuis Rusia.

Lenin menyerukan pemerintahan Soviet yang akan diperintah langsung oleh dewan tentara, petani, dan pekerja. Kaum Bolshevik dan sekutunya menduduki gedung-gedung pemerintahan dan lokasi strategis lainnya di Petrograd, lalu segera membentuk pemerintahan baru dengan Lenin sebagai pemimpinnya. Lenin secara resmi menjadi diktator negara komunis pertama di dunia.

Kemudian Perang Saudara pecah di Rusia pada akhir tahun 1917 setelah Revolusi Bolshevik. Faksi-faksi yang bertikai termasuk Tentara Merah dan Tentara Putih. Tentara Merah bertempur untuk pemerintahan Bolshevik Lenin. Tentara Putih mewakili sekelompok besar pasukan yang bersekutu secara longgar, termasuk kaum monarki, kapitalis, dan pendukung sosialisme demokratis.

Pada tanggal 16 Juli 1918, keluarga Romanov dieksekusi oleh kaum Bolshevik. Perang Saudara Rusia berakhir pada tahun 1923 dengan Tentara Merah Lenin mengklaim kemenangan dan mendirikan Uni Soviet.

Segera setelah Revolusi Oktober, kaum Bolshevik menolak berbagi kekuasaan dengan kelompok revolusioner lain, kecuali kaum Revolusioner Sosialis Kiri. Pada akhirnya, mereka menindas semua organisasi politik yang bersaing dan membantai banyak orang Cossack yang menentang revolusi.

Partai Bolshevik lalu mengubah nama menjadi Partai Komunis Rusia pada Maret 1918. Pada Desember 1925, namanya berubah menjadi Partai Komunis Seluruh Serikat. Terakhir, namanya berganti lagi menjadi Partai Komunis Uni Soviet pada Oktober 1952. [BP]