Jakarta – Ketua Umum Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM), Emir Moeis, menilai situasi nasionalisme di kalangan generasi muda Indonesia saat ini menghadapi tantangan serius, baik dari faktor internal maupun eksternal. Hal itu ia sampaikan dalam wawancara di sela acara Festival Film “GPM Z Festival” yang digelar di Gedung Gerakan Bhineka Nasionalis, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Minggu (14/9).
Emir menekankan bahwa ketidakadilan di dalam negeri masih menjadi masalah pokok, utamanya dalam sektor perpajakan.
“Yang kecil dipajakin, sementara penambang-penambang batu bara dan nikel kita bayar pajaknya abal-abal. Ini mengkhawatirkan,” ujarnya.
Lebih jauh, Emir juga menyinggung dinamika geopolitik internasional. Ia menilai sikap Presiden Prabowo yang kian tegas terhadap negara Barat adalah langkah berani. “Saya lihat foto-fotonya bersama Kim Jong-un, Xi Jinping, Putin, dan beliau. Wah, saya bangga lihat itu. Ini pilar sosialisme dunia,” kata Emir.
Namun, ia juga mengingatkan agar perkembangan tersebut tidak berubah menjadi gerakan revolusi sosialisme yang bisa mengguncang stabilitas.
“Saya mulai khawatir juga ya, jangan sampai menjadi revolusi sosialis. Apalagi kalau ada peran dari luar. Dunia ini kan selama ini dikuasai para globalis,” tegasnya.
Terkait upaya pemerintah membangkitkan rasa nasionalisme, Emir menilai penting adanya penguatan ideologi di tengah masyarakat. Hal ini mulai terwakilkan dari Presiden Indonesia saat ini yang berjiwa nasionalis.
“Saya bukan pendukung Pak Prabowo, tapi dulu tahun 2009 saya ketua timses ketika beliau jadi cawapres mendampingi Bu Mega. Saya tahu, ideologinya nasionalis, cukup punya jiwa sosialis,” ujarnya.
Emir mengaku berencana mengirimkan salah satu bukunya yang berjudul ‘Marhaenisme, Visi Sosialisme Indonesia’ kepada Presiden.
“Nanti saya mau kirimin buku saya juga ke Beliau, Biar beliau baca,” katanya.
Menurutnya, tantangan terbesar Indonesia bukan hanya persoalan internal, tetapi juga tekanan global. “Selama masih dalam negeri, saya tidak terlalu takut. Tapi kalau sudah globalis main, mau menghalangi kita masuk BRICS, mau menghancurkan tatanan dunia, ini bahaya,” tandas Emir.
Ia menambahkan, sejauh ini dirinya bersyukur karena dinamika protes di dalam negeri tidak berlarut-larut. “Alhamdulillah, demo-nya sudah berhenti di sini. Saya berterima kasih kepada pemerintah dalam hal ini,” pungkasnya. [KS09]




