Koran Sulindo – Maraknya kabar bohong alias hoaks dan ujaran kebencian yang menyebar di media sosial berdampak secara luas. Tidak hanya berdampak secara sosial, juga berdampak secara ekonomi.
Pemilik sekaligus pendiri Facebook, Mark Zuckerberg mengakui hal tersebut. Perusahaannya mengalami penurunan keuntungan setelah hoaks dan ujaran kebencian mendominasi Facebook. Itu sebabnya, Zuckerberg mengatakan, pihaknya secara serius mencegah dan “memerangi” penyalahgunaan di facebook.
“Kami berinvestasi dalam jumlah yang besar untuk sistem keamanan dengan harapan berdampak kepada keuntungan. Kami mengutamakan perlindungan terhadap masyarakat ketimbang memaksimalkan keuntungan,” tutur Zuckerberg seperti dikutip RT.com pada Kamis (2/11).
Zuckerberg menuturkan, pendapatan Facebook pada kuartal (tiga bulan) ketiga pada tahun ini mencapai US$ 10,1 miliar, atau lebih besar 49 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Facebook juga membukukan keuntungan yang mencapai US$ 4,7 miliar atau meningkat 79 persen.
Namun, pada saat yang sama, perusahaan akan menginvestasikan biaya keamanan yang lebih besar hingga mencapai 60 persen biaya operasional pada 2018. Direktur Keuangan Facebook David Wehner mengatakan, berdasarkan survei Thomson Reuters, pihaknya memproyeksikan penjualan sebesar US$ 5 miliar atau tumbuh 30 persen pada 2018.
Harga saham Facebook pada kuartal ketiga tahun ini meningkat dan lebih baik dari perkiraan. Media sosial terbesar di dunia ini bersama dengan Twitter dan Google mendapat tekanan dari politikus Amerika Serikat (AS) karena dituduh terlibat menyebar kabar hoaks pada pemilihan presiden beberapa waktu lalu. Facebook dituduh sebagai alat propaganda Rusia untuk memengaruhi perilaku pemilih.
“Rusia mencoba menggunakan Facebook untuk menyebarkan kebohongan. Padahal, kami membuat dan membangun Facebook untuk menghubungkan serta mendekatkan masyarakat. Karena itu, kami akan melawan mereka,” kata Zuckerberg.
Anggota parlemen AS mengkritik Facebook karena tidak mampu mencegah penyebaran berita palsu dan iklan yang menyesatkan yang diduga dilakukan Rusia. Facebook bahkan dituding mendapat bayaran dalam mata uang Rusia. [KRG]