Ilustrasi/tribratanews

Koran Sulindo – Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap 8 terduga teroris hari ini. Penangkapan dilakukan di Provinsi Banten dan Jawa Barat.

Pada penyergapan pertama, dibekuk terduga teroris berinisial SM alias Abu Ridho (45 tahun) di Jalan Pesanggrahan, Desa Tanjung Baru, Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi, Kamis (23/3) pukul 05.00 WIB. SM diduga tahu dan membantu membangun jaringan kelompok teror di Indonesia dan Filipina Selatan.

Setelah diperiksa, SM dinyatakan juga selalu menjalin komunikasi dengan Anshor Daulah Filipina.

“SM mengetahui dan mendanai terjadinya bom Thamrin,” kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Inspektur Jenderal Polisi Boy Rafli Amar, di Jakarta, Jumat (24/3), seperti dikutip situs ntmcpolri.info.

Abu Ridho ini juga pernah menjalankan perintah dari terpidana mati kasus terorisme jaringan Filipina yang memasukkan sebanyak 17 pucuk M16 dan 1 pucuk M14 ke Indonesia. Ia juga terlibatdalm transaksi jual beli senjata di Nunukan oleh Nanang dan Andi Baso.

“Lima pucuk pistol sudah masuk terlebih dahulu ke Indonesia yang melakukan transaksi adalah Zaenal Anshori di Sangir Talaud. Distribusi senpi tersebut dua pucuk diserahkan untuk aksi teror Thamrin dan tiga pucuk Zaenal Anshori,” ujarnya.

Pada penyergapan kedua, Densus 88 mengamankan terduga BEP di sebuah bengkel di Jalan Aria Putra, Serua, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, pada pukul 13.08 WIB. BEP turut serta di dalam jaringan kelompok SM. Turut serta dalam pelatihan militer bersama kelompok teroris di Filipina Selatan.

Sementara pada penyergapan ketiga, ditangkap satu orang terduga teroris bernama Mulyadi di Kampung Citumenggung, Pandeglang, Banten, pada pukul 08.10 WIB. Pelaku disergap saat mengendarai motor dengan pelat nomor Z 2499 MF.

Pada penyergapan selanjutnya, Densus menangkap terduga teroris bernama Adi Jihadi di Perumahan Cipuenten Agung, Desa Teluk, Kecamatan Labuan Pandeglang, Banten. Dia ditangkap pada pukul 13.24 WIB setelah turun dari mobil.

Adi Jihadi ini adalah adik kandung dari terpidana mati teroris Iwan Rois. Dia ditangkap saat mengendarai mobil Suzuki Ertiga bernomor polisi A 1693 FR warna putih.

Selanjutnya, Densus 88 mengamankan 4 terduga teroris di depan pabrik semen PT Merah Putih di Jalan Raya Cilegon-Anyer, Ciwandan, Cilegon, Banten, pada pukul 12.00 WIB.

Mereka adalah AS (Ahmad Supriyanto) dan IP (Icuk Pamulang), dan Abdul Majid, dan Nang Kosim. Abdul mengalami luka tembak di tangan, sedang Nanang tewas. Keempat orang itu disergap ketika mengendarai Toyota Avanza hitam bernomor polisi B 1479 KKA.

Saat kejadian, masyarakat di sekitar lokasi penyergapan kelompok teroris di Ciwandan itu dilarang keluar rumah, sedang lalu lintas di jalan itu sempat dihentikan petugas berpakaian sipil.

“Yang kita tahu, kita enggak boleh keluar rumah, nengok juga enggak boleh, jalan juga sepi, kayaknya di blokir. Mobil banyak mau nambal, tapi disuruh pergi semua sama polisi,” kata Halim, tukang tambal ban di dekat lokasi kejadian.

Mendadak warga dikagetkan rentetan suara tembakan. Setelah banyak petugas berdatangan, warga baru diperbolehkan keluar rumah. Tapi warga tidak melihat ada orang-orang yang ditangkap, apalagi ada yang tewas.

Menurut polisi, tersangka berusaha kabur saat kendaraannya dihentikan. Petugas kemudian melakukan tindakan pelumpuhan, dan Nanang Kosim tewas.

Jamaah Asharud Daulah

Densus 88 hari ini juga menggeledah rumah terduga teroris berinisial BEP di Jalan Asia Afrika II RT 04/13 No. 26, Kelurahan Kedaung, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten.

Penggeledahan berlangsung selama 2,5 jam, tim kepolisian menyita satu mobil Honda Mobilio warna abu-abu metalik, sepeda motor Yamaha Nuvo, komputer, laptop, beserta 5 boks berisi dokumen, buku-buku dan terlihat juga kabel roll.

Setelah penggeledahan rumah itu terlihat berantakan di bagian ruang tengah dan salah satu kamar tidur.

BEP dikabarkan personal yang aktif dalam bermasyarakat sehingga warga sekitar pun tidak mencurigai sama sekali. Hal tersebut terbukti lantaran BEP pun terlibat menjadi sekretaris RT setempat.

Polisi meyakini para pelaku terafiliasi dengan Jamaah Asharud Daulah (JAD) dan berkolaborasi dengan kelompok teror di Filipina Selatan.

 

Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Hubungan Masyarakat Polri Kombes Martinus Sitompul mengatakan terduga teroris SM dan BEP pernah mengikuti pelatihan militer di Filipina Selatan. [DAS]